Sunday, August 7, 2016

Sudut Pandang

Bismillahirrahmanirrahim.

Ada hal yang seharusnya membuat kita saling melengkapi. Tetapi kadang justru membuat diri tak terkendali. Kemudian ego dalam diri yang mendominasi. Sampai akhirnya kesalahpahaman-pun terjadi.

Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda
yang kurang sekolahan.
Memandang jagung itu,
sang pemuda melihat ladang;
ia melihat petani;
ia melihat panen;
dan suatu hari subuh,
para wanita dengan gendongan
pergi ke pasar…
Dan ia juga melihat
suatu pagi hari
di dekat sumur
gadis-gadis bercanda
sambil menumbuk jagung
menjadi maisena.
Sedang di dalam dapur
tungku-tungku menyala.
Di dalam udara murni
tercium kuwe jagung
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda.
Ia siap menggarap jagung
Ia melihat kemungkinan
otak dan tangan
siap bekerja
Tetapi ini :
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda tamat SLA
Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa.
Hanya ada seonggok jagung di kamarnya.
Ia memandang jagung itu
dan ia melihat dirinya terlunta-lunta .
Ia melihat dirinya ditendang dari diskotik.
Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalase.
Ia melihat saingannya naik sepeda motor.
Ia melihat nomor-nomor lotre.
Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal.
Seonggok jagung di kamar
tidak menyangkut pada akal,
tidak akan menolongnya.
Seonggok jagung di kamar
tak akan menolong seorang pemuda
yang pandangan hidupnya berasal dari buku,
dan tidak dari kehidupan.
Yang tidak terlatih dalam metode,
dan hanya penuh hafalan kesimpulan,
yang hanya terlatih sebagai pemakai,
tetapi kurang latihan bebas berkarya.
Pendidikan telah memisahkannya dari kehidupan.
Aku bertanya :
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
di tengah kenyataan persoalannya ?
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya mendorong seseorang
menjadi layang-layang di ibukota
kikuk pulang ke daerahnya ?
Apakah gunanya seseorang
belajat filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran,
atau apa saja,
bila pada akhirnya,
ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata :
“ Di sini aku merasa asing dan sepi !
- W.S. Rendra -

Masih berbicara tentang bagaimana kita menilai sesuatu. Baik makhluk hidup, benda mati bahkan asa; angan dan bayang semu. Tanggapan serta pandangan atas semua yang dirasa perlu. Dan pada akhirnya membuahkan hasil pemikiran yang tidak hanya satu..

Sudut pandang anda menentukan apa yang anda lihat. Apa yang anda lihat menentukan kesimpulan anda, menentukan tindakan anda.

Tiap pribadi memiliki gagasan yang berbeda. Meskipun sama, tetapi tetap saja tidak seluruhnya. Maka, bagaimana kita dapat menyikapinya? Merasa terganggu atau justru diuntungkan karenanya?

Jika anda melihat dari paradigma yang sempit, anda akan ahli dalam memberikan keputusan yang sempit.

Sesuatu itu bergantung bagaimana penilaian kita. Baik itu kejadian, peristiwa bahkan makhluk yang hadirnya terasa nyata. Oleh karenanya, tanyakan pada diri yang memberi penilaian tentangnya. Apakah menyeluruh atau justru sekilas berlalu saja.

Dari sudut pandang tertentu, anda seorang yang lemah. Dan dari sudut pandang tertentu anda orang yang sangat kuat. Diri anda ditentukan dimana anda berdiri melihat dirimu.

Tak jarang pula diri ini merasa telah dibodohi. Dipenuhi beragam pemikiran usil yang datang dari dalam diri. Hal itu membuat diri ini tak begitu yakin dengan langkah selanjutnya yang akan ditapaki. Dari sanalah yang namanya galau mulai terjadi. Ckck.

Lihatlah persoalan dari kacamata orang lain. Dengan demikian anda melihat permasalahan dengan lebih menyeluruh.

Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran manusia lainnya. Mulai dari kehidupan sehari-hari, juga dalam segala macam aktivitas lainnya. Oleh karenanya, kita harus bisa lebih peka dengan keadaan di sekeliling kita. Termasuk juga untuk mengambil hikmah dari setiap kejadian yang tengah menimpa.

Angka 6 dan 9 tergantung anda melihat dari bawah atau atas. Huruf “O” dan angka nol, tergantung bagaimana paradigma anda melihatnya.

Sekali lagi, setiap orang mempunyai penilaian yang berbeda. Hal itulah yang membuat mereka begitu istimewa. Hanya saja, bagaimana diri menyikapi perbedaan yang ada? Oleh karenanya, jadikan diri agar tidak dikuasai oleh ego semata.

Paradigma yang berbeda membuat kita berbeda dalam melihat sesuatu. Kemampuan dalam melihat dari berbagai paradigma, membuat kita mampu untuk mengambil keputusan yang terbaik.

Sekali lagi, kita membutuhkan hadirnya orang-orang di sekitar kita. Dengan adanya mereka, pemikiran yang kita miliki menjadi semakin terbuka. Hal tersebut terjadi karena istimewanya diri kita. Oleh karenanya, berusahalah untuk meninjau kembali tiap kali kita memiliki pandangan ataupun paradigma.

Kebijaksanaan selalu datang dari penggabungan dua paradigma yang melahirkan kesimpulan baru.

Tidak selamanya bertahan pada argumentasi pribadi dapat membantu. Karena terkadang hal itu menandakan bahwa kita dikendalikan oleh nafsu. Oleh karenanya, jadilah pribadi yang mudah menerima pendapat serta gagasan baru. Hingga pada akhirnya kita dan juga yang lainnya dapat bersatu.

Keputusan yang berasal dari satu paradigma hanya menguntungkan satu paradigma, kesimpulan yang bersumber dari banyak paradigma, berpotensi menguntungkan semua pihak.

Sekali lagi, berusahalah untuk tidak memandang sesuatu dari satu sisi saja. Cobalah untuk menghargai serta mempertimbangkan masukan lainnya. Jangan sampai terjadi perpecahan karena adanya pola pikir yang berbeda. Sekali lagi, berusahalah untuk dapat saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

Saat anda mengubah persepsi anda, anda mengubah dunia yang anda rasakan.

Menjadi suatu hal yang wajar ketika terjadi perbedaan pendapat dan pandangan. Jangan sampai hal tersebut dilakukan untuk mencari keuntungan. Terlebih lagi apabila tidak sedikit orang yang justru dirugikan. Duhai diri, berusahalah untuk menjadi pribadi yang dapat memberikan kebermanfaatan.

Tak ada paradigma terbaik, yang ada hanyalah paradigma menyeluruh. Setiap sudut sangat menentukan keseluruhan gambar.

Manusia itu adalah makhluk unik. Oleh karenanya, maksimalkan keunikan yang ada pada diri kita masing-masing. Selama yang kita lakukan itu baik, maka mengapa harus takut? Dalam hal ini ada kaitannya pula dengan persepsi yang kita miliki. Tetapi satu hal yang perlu diingat adalah bahwa kita harus tetap berusaha menghargai pandangan oranglain. Noted!

Setiap sudut pandang memiliki keindahan tersendiri dan keburukan tersendiri. Jangan mengejek kelemahan sudut pandang orang lain karena ia juga memiliki kelebihan dan anda juga memiliki kelemahan.

Terakhir...
Ngga ada seorangpun di dunia ini yang sempurna. Siapapun orang itu, pasti ada kelemahan yang ia miliki. Tetapi lagi-lagi menjadi satu hak yang perlu diingat adalah bahwa berusaha untuk menyempurnakan diri seperti menutupi kekurangan dengan kelebihan yang kita miliki tak menjadi hal yang salah, bukan?

Alhamdulillah..
Terimakasih banyak atas hadirnya orang-orang sekitar yang tak bosan untuk memberikan nasehat serta pelajaran baru bagi diri ini.
Semoga DIA senantiasa mencintai aku, kamu, dia, mereka dan kita semua. Aamiin.

__________

Referensi: http://www.bijakkata.com/2014/05/paradigma-sudut-pandang-Kumpulan-kata-Mutiara-Bijak.html?m=1

No comments:

Post a Comment