M : kenal aku dari kapan?L : *ckck* dari kamu kecil tuh juga udah kenal -.-M : aku baru kenal sekarang loh *kalau ngga salah tanggal 24 Desember*L : *menghela napas tanpa komentar*M : abisnya kayaknya aku dijutekin terus sebelumnya tuh, ngga pernah diajak ngobrolL : lah, ngga coba ajak ngobrol duluan sih ._.M : abisnya jutek, aku kira galak banget lohL : *ngangguk tanpa sebab (?)M : ehh, taunya ngga jutek koq.. baik banget malah *ini tuh garagara aku janjiin mau ngajak dia ke toko buku*L : *diem*M : *colek-colek lalu meluk ~///~L : *menghela napas*
Thursday, December 31, 2015
28 di penghujung 2015
Thursday, December 24, 2015
sekilas tentang yang telah lalu
Assalamu'alaykum.
Hai, malam~ ehh... pagi~ ( '-' )ノ)`-' )
Baiklah..
Jadi tuh malam ini ada keponakan yang bermalem
Katanya sih ngajak barengan nonton pilem
Rencananya mau nonton pilem serem
Yang nantinya bisa bikin mikir macem-macem (?) :x
Singkat cerita tuh ketika mereka dateng, aku lagi 'utak-atik' kamar :'D
Agak gimanaaaa gitu soalnya kalau aku 'utak-atik' kamar tuh pasti sok sok mendetail gitu, bahkan sampai hal yang sebenarnya ngga diinget atau diperhatikan nantinya *halah (?)
Lanjut yaa..
Kemudian tuh pilem jadi ditonton sama para keponakan
Bertepatan dengan aku yang asik 'utak-atik' kamar yang berantakan X'D
Akhirnya mereka pada nonton bertigaan
Yasyudah jadinya aku tetap asik di kamar sendirian *siulsiul
Nah,
Taukah bahwa ada hal yang baru aku sadari
Ternyata aku emang suka nulis dan corat-coret sejak dulu sekali
Beberapa bundel tulisan tuh tadi aku temui
Dari mulai yang mendingan, gaje sampai yang tak dimengerti :'D
Sebelum diskip..
Alhamdulillah, tadi tuh melihat banyak 'kenangan'
Dari beragam tulisan dan coretan yang berserakan
Seketika senyum, haru, sedih, rindu datang silih bergantian
Ahh sudahlah.. bagian ini tak usah dilanjutkan X'D
Alhamdulillah, abis 'utak-atik' kamar akunya lalala dan baca-baca. Beberapa keponakan masih asik nonton di ruang sebelah. Sampai tengah malam, salah satu keponakan yang masih duduk di tahun pertama SMP ngajak ngobrol gitu. Katanya sih dia ngga gitu tertarik sama pilemnya ._.
Berikut pembicaraan singkatnya, aslinya ngga gini banget koq ^^'v
M : Ngga tidur?
L : Belum bisa ~o~
M : Aku mau begadang ahh
L : Lah, ngapain? Jagain rumah?
M : Yaudah deh, tiduran aja *sambil tarik selimut*
L : *lanjut baca*
beberapa menit kemudian...
M : Lagi ngapain sih?
L : Nih, baca-baca ini
M : Koq aku ngga ada?
L : Coba sini liat hapenya
M : *kasih hape*
L : Ngga mau masa -.-
M : Yaudah deh, kapan kapan aja
L : *ngangguk*
M : Duh, terus aku ngapain?
L : Lah, terserah aja ._.
M : *maenin hape*
L : Btw punya Duel Otak ngga? X'D
M : Udah aku apus, tapi nih donlotin lagi *sodorin hape*
L : *donlotin*
Dan akhirnya...
Malah beneran diajakin dia maenan Duel Otak, padahal ngga maksud serius juga itu tanyanya tadi ~o~
Udah gitu akunya jadi ngga boleh tidur, bahkan sampai yang pada nonton pilem tuh selesai nonton dan keheningan di rumah mulai tercipta (?)
Tapi... Alhamdulillahnya dia belum beruntung untuk menang (/ω\*)
btw terlampir tuh screenshot sebagai kenang-kenangan X'D
Epilog
Rabu, 24 Desember 2015 04:35 - 05:06
M : Ibu perpus, cariin buku yang bagus dong
L : Nih *sodorin buku*
M : Ahh, ini mah ngga bagus
L : -_- *sodorin buku lagi*
M : Ahh, ini juga ngga bagus
L : Kalau ngga bagus mah ngga dibeli -.-
M : Emang dimana belinya?
L : Toko buku, banyak
M : Yaudah deh, nanti aku cari sendiri aja *liat-liat lemari buku*
L : *lanjut ngetik*
M : Kalau di gramedia itu gimana? Banyak ngga?
L : Lebih lengkap malah disana mah
M : Bagus-bagus ngga bukunya?
L : Kalau ngga bagus yaaa ngga dijual ~o~
M : Emang udah pernah kesana?
L : Syudah dongs
M : Aku mah belum pernah
L : Koq kasian banget sih ._.
M : Emang beneran bagus bukunya?
L : Dibilang, kalau ngga bagus mah ngga dijual ~o~
M : Tapi nanti ngga bagus lagi
L : Coba kesana aja dulu ~o~
daaaaann berlanjut cukup panjaaaaaanggg :"
M : Nanti anterin ke gramedia yaaa
L : Nabung aja dulu
M : Kalau udah nabung, anterin yaaa
L : Gampang
M : Emang tiap hari ke toko buku?
L : Ngga tiap hari juga, kalau sempat aja
M : Nanti giliran aku udah nabung malah ngga sempat nganter aku
L : Bisa diatur itu mah, yang penting nabung dulu aja
lalala dan lalalaaaaa ~o~
M : Nanti anterin yaaa :D
L : Iyaaa *fyuuuuhh ~o~
MasyaaAllah ( ̄^ ̄゜)
Semoga hal-hal yang dilakukan di penghujung malam dan awal hari ini tuh bukan merupakan suatu kesia-siaan *aamiin*
Oiya, belakangan ini tuh terngiang perkataan siapaaaa gitu aku lupa yang isinya, "pokoknya kita harus tetap melaksanakan shalat lima waktu dalam kondisi apapun..."
Sepertinya kata-kata itu beberapa hari ini jadi motivasi buat ngingetin terus supaya ngga ninggalin shalat, bahkan syukur-syukur bisa mengutamakan dan menyegerakan shalat :')
Baiklah, kalau begitu aku akhiri sampai disini~
Terimakasih banyak untuk blog yang sudah setia menemani (?)
*padahal jarang posting -.-v
Salam SEMANGAT dari Rawakalong! (ง ˙o˙)ว
Saturday, December 19, 2015
Pelatihan Ruqyah Syar'iyyah
Ada seorang yang punya printer baru, sebut saja namanya X. Suatu ketika kawannya yang bernama Y berkunjung dan melihat printer baru yang dimilikinya itu. Setelah si X mengambilkan air, kemudian si Y memuji printer X tanpa mengatasnamakan Allah. Ketika si Y pulang ternyata printer X tidak dapat digunakan. Nah, hal seperti ini bisa menjadi contoh dari gangguan 'ain. Pada akhirnya si X mengambil sisa air minum yang sebelumnya diminum oleh Y. Kemudian membaca ayat yang telah disebut di atas lalu mengusap ke printer miliknya itu, ternyata printernya dapat kembali berfungsi. MasyaaAllah.
Thursday, December 17, 2015
Akhirnya aku punya 'alasan' (/ω\*)
Bismillahirrahmanirrahim~
Hey, malam~
kepada jiwa yang kelam,
yang mungkin sedang muram
dan mengundang aura suram (?)
ahh, payah nih -.-
*menghela napas*
Baiklah, cukup lewati bait di atas --;
Seharusnya aku posting hari Senin lalu, tepat setelah malamnya mendapat "alasan" mengapa aku harus berusaha untuk menambah postingan disini :')
Hm...
Minggu malam lalu, aku menemukan sesuatu
Adalah blog yang ditulis oleh orang itu (?)
'Teman lama' yang sebenarnya baru satu kali bertemu
Dan dari blog itulah aku mendapat 'hal baru' *o*/
Jadituh akunya merasa kagum gitu
Oleh tulisan sederhana yang ketika dibaca justru bikin haru
Mungkin memang hanya aku yang merasa kayak gitu
Tapi bagaimanapun aku suka cara penyampaian si penulis itu
Tanpa rencana akhirnya mulai baca-baca
Lalu dan lalu lanjut ke postingan setelah dan setelahnya
MasyaaAllah dan aku merasa itu luar biasa
Yaaa... terlihat jelas seperti apa cirikhas tulisannya *acung jempol*
Singkat cerita aku seolah terpacu
Untuk memposting apa saja yang aku mau
Dan juga harus memberi 'ciri' pada tulisanku
Meskipun aku ini hanya seorang 'anak baru' X'D
Hari Senin-nya aku mulai siap dengan dua bait tulisan
Tetapi terhenti karena ada kabar yang cukup bikin jantungan
Hal tak terduga yang mau tak mau harus dilakukan
Akhirnya postingan tertunda dan tak dilanjutkan :'D
Finally... malam inilah rasanya ingin posting sesuatu ~(>, <~)(~> ,<)~
Belakangan ini tuh kadang meluangkan buat nonton アニメ, mulai dari yang menggemaskan sampai menyebalkan ckck :'D
Kadang terpikir juga...
Meskipun ngga sering.. tapi kehidupan di dunia ini tuh kadang memang kayak 漫画, bahkan yang 少女.. (/ω\*)
*fyuuuhh~
Ngga berani melanjutkan untuk saat ini deh, intinya sih memang ada saat-saat dimana kita bisa tersenyum bahkan tertawa secara mendadak karena teringat akan hal yang kitapun ngga menyangka akan tiba-tiba mengingatnya *halah XD
Baiklah.. terimakasih banyak untuk siapa saja yang sudah hadir dan menemani, khususnya untuk beberapa minggu terakhir~
Selamat melanjutkan SEMANGAT!
ゆめをえがくよ!
Oiya, terakhir...
hari Minggu lalu aku bertemu dengannyaaa
sosok indah yang aku caricari sejak lama
perkenalkan, ひまわり namanya
dan ini.... aku lampirkan fotonya >\\\<d
Wednesday, November 25, 2015
Bermain Peran...
Ingin marah, tapi sama siapa?
Illahi rabbi... bolehkah aku memiliki perasaan seperti ini?
Seperti ada sesuatu yang mengganjal dalam hati
Ingin diutarakan, tetapi siapalah diri ini?
Seolah hanya sosok manusia yang tak berarti...
Ingin teriak, tapi untuk apa?
Pro dan/atau kontra mungkin biasa terjadi
Tetapi bagaimana jika terjadi berulang kali?
Terlebih dengan pihak yang memang itu itu lagi
Ahh, semakin terpikir bahwa diri ini tak ada artinya lagi...
Ingin bercerita, tapi siapa yang bisa aku percaya?
Satu - dua kali sudah aku coba tuk mengalah
Tanpa tau siapa sebenarnya pihak yang salah
Dengan segala macam rupa berusaha tak mengundang amarah
Tetapi mengapa masih saja dipenghujung bertemu resah?
Ingin mengadu, tapi siapa yang mau tau?
Seiring dengan berjalannya waktu
Tak ku temui suatu hal yang keliru
Tetapi rasanya masih ada ragu
Yang ahh... tak ingin dirasa tetapi begitu mengganggu...
-- Fiksi semu yang tak kunjung berlalu (?) --
Rawakalong, 2015年11月25日 21時35分
Tuesday, October 27, 2015
Menanti Hujan Reda
Bismillah... 'nemu' bacaan bagus nih :)
Mungkin saat ini keadaan justru sebaliknya. Bukan "Menanti Hujan Reda" tetapi justru "Menanti Hujan Turun"..
Tetapi taukah? Semoga bacaan tersebut dapat menjadi 'pengingat' ketika DIA sudah berkehendak untuk menurunkan hujan serta mendatangkan musim hujan, maka tak ada lagi satu pun orang yang justru malah mengeluh karenanya.
Yaaa.. manusia mah bisa apa sih? Tetap yakin dan berbaik sangka sama Allah, karena DIA tuh tau banget deh apa yang terbaik buat hamba-Nya. InsyaaAllah :)
#PrayForIndonesia #Pray4Indonesia
Selamat membaca :)
***
AISYI tertegun. Ia memandangi rintik hujan di luar yang semakin deras turun. Sementara Bunda yang sedang membersihkan rumah sekali-sekali melirik ke arahnya. Berulang kali Aisyi melirik jam mungil di pergelangan tangan kirinya. Matanya tidak lepas dari rintik hujan.
Ketika sudah lewat hampir 15 menit, Aisyi menurunkan tas yang sudah digendongnya. Mulutnya mengeluarkan bunyi “Hhhhh” yang panjang.
“Kenapa?” Bunda akhirnya bertanya demi melihat putri tersayangnya tampak seperti sedang kesal.
Aisyi menatap Bunda. “Itu Bunda, hujannya kok tidak berhenti-henti. Kalau begini, Aisyi jadi tidak bisa pergi…”
Bunda tersenyum, “Lho, kamu kan bisa pakai payung….”
“Iya tapi coba Bunda lihat, anginnya besar sekali. Mana sudah mau meluap lagi airnya….” Mulut Aisyi sedikit manyun sekarang.
Bunda tertawa kecil.
“Lho Bunda kok malah tertawa sih? Aisyi sudah telat setengah jam nih…”
“Memangnya kamu ada acara apa sih hari Minggu ke sekolah segala?” Tanya Bunda yang kemudian duduk di samping Aisyi.
“Besok Aisyi jadi petugas upacara. Sekarang kan perlu berlatih sama teman-teman…”
Bunda merapikan kerudung kecil Aisyi yang masih terus memandang ke luar. Anak kelas 4 SD itu berharap hujan akan segera berhenti.
“Dari kemarin pagi hujan terus. Jalanan kan jadi becek Bunda…, dan kita tidak bisa kemana-mana…”
Bunda tersenyum. Ia mendekap putri tersayangnya itu. “Aisyi, Aisyi…. Kamu ingat sesuatu?”
“Apa Bunda?”
“Apa yang terjadi beberapa bulan kemarin?”
Aisyi mengerutkan kening, berusaha untuk mengingat-ingat sesuatu. “Apa ya?”
Bunda tertawa kecil, “Nah anak Bunda sekarang pelupa deh…”
Aisyi memandangi wajah Bunda lama. “Apa sih Bunda?”
“Aisyi,” ujar Bunda,
“Kamu tahukan kalau sebelum dua bulan yang lalu hampir tidak pernah hujan sekalipun?”
Aisyi mengangguk.
“Nah, sekarang kok diturunkan hujan oleh Allah, Aisyi malah jadi kesal…”
“Iya tapi inikan tidak berhenti dari kemarin Bunda…. Jadinya kita sulit ke luar rumah…”
“Hei sayang, dulu kamu pernah berdoa supaya diturunkan hujan. Supaya kamu bisa hujan-hujanan. Supaya kamu tidak kepanasan….”
Aisyi sekarang terdiam.
“Nah sekarang, setelah hujannya selalu turun mestinya kamu bersyukur deh…”
“Begitu Bunda?”
Bunda mengangguk. “Kamu tahu sayang, hujan yang turun dari kemarin pagi ini adalah rahmat Allah yang sedang turun ke bumi. Kepada kita.”
“Kenapa Bunda?”
“Ya coba kamu pikir deh, dengan hujan turun ini, sampah-sampah yang tadinya tersangkut di selokan, di sungai-sungai jadi terbawa hanyut..”
“Tapikan Bunda, jadinya banjir. Jalanan kita jadi jeblok.”
“Nah itu dia. Sebenarnya banjir itu tidak akan terjadi kalau kita mau membuang sampah pada tempatnya. Lagipula, coba Aisyi pikir lagi deh, ada mahluk-mahluk Allah lain yang sangat memerlukan air agar tetap bisa hidup.”
Aisyi mengangguk. “Seperti apa Bunda?”
Bunda melirik ke luar, hujan masih belum berhenti juga. “Ya seperti cacing, ikan, belut, kodok dan lainnya. Bisa Aisyi bayangkan tidak bagaimana kondisi mereka ketika berbulan-bulan lamanya tidak ada hujan turun—waktu kemarau itu?”
Bunda berhenti sejenak, kemudian melanjutkan, “Nah, mereka juga sama seperti kita, kepanasan. Dan dengan adanya air hujan ini, mereka bisa tetap hidup. Karena mereka sangat memerlukan air. Yang lebih kasihan lagi, mereka tidak akan berkembang biak jika tidak ada air.”
Aisyi mengangguk. “Tapi kan Bunda bagusnya sih diselang-seling ya, tidak hujan terus dan tidak kemarau terus…”
Bunda tersenyum. “Aisyi sayang, kalau itu terserah kehendak Allah. Nah, yang paling penting adalah bagaimana kita ini mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita ini. Percayalah, kemarau dan musim hujan sama bermanfaatnya bagi kita…”
“Walau misalnya ketika musim hujan terjadi banjir Bunda?”
Nunda mengangguk, “Betul. Itu artinya Allah sedang menegur kita, itulah akibatnya kalau membuang sampah sembarangan. Nah Aisyi suka buang sampah sembarangan tidak?”
Aisyi terdiam, kemudian berkata, “Nghh, cuma kalau buang bungkus permen saja Bunda. Lagipula ketika itu tidak ada tempat sampahnya, Bunda.”
“Itu juga sama sampah. Sekecil apapun sampah ya tetap sampah. Kelihatan kecil ya? Coba Aisyi pikir deh, jika saja ada seribu orang yang berpikiran sama seperti kamu, maka akan ada seribu bungkus permen yang menjadi sampah. Berserakan di jalan-jalan dan selokan.”
Aisyi terdiam. Ia memandangi Bunda. Bunda kembali bicara, “Nah, jika di dekat kamu tidak ada tempat sampah, bungkus permennya bisa kamu simpan dulu di tas, atau di saku baju kamu.”
Aisyi tersenyum. “Iya Bunda, aku janji tidak akan membuang sampah di mana lagi.”
“Itu anak yang sholehah. Sekarang karena hujannya juga belum berhenti, sambil menunggu reda, lebih baik Aisyi membantu Bunda membersihkan ruang belakang ya?”
“Terus janji dengan teman-teman di sekolah gimana Bunda?”
“Aisyi...” Bunda mengecup kening Aisyi, “Percaya deh, teman-teman kamu pasti mengerti. Lagipula kamu telat juga bukan di sengaja. Nah, kalau setengah jam lagi masih belum reda, nanti ayah deh yang akan mengantar kamu ke sekolah…”
“Terima kasih, Bunda. ..”
Hujan masih terus turun di luar. Aisyi segera menyimpan tasnya di meja, mengikuti Bunda ke belakang.
islampos.com
***
Saturday, October 24, 2015
Kursi kecil bulat berwarna merah
Kursi ini seolah tak bermakna
Tapi taukah yang sesungguhnya?
Bahwa kursi ini punya cerita
Tentang dua anak lelaki yang terlihat begitu ceria
Pagi ini aku tuh ada janji
Satu 'agenda' sampai sore nanti
Yang bahkan buat aku bolos kelas pengganti ^^v
Tapi InsyaaAllah ngga sedikit ilmu yang didapat disini
Nah, ternyata aku kepagian ._.
Padahal dari rumah sudah 'agak' ngaretan
Tapi tetap ontime dong sampai tempat tujuan
Daaaann ternyata malah dateng duluan :'D
Sampai lokasi, aku berdiri
Setelah mematikan mesin motor yang aku kendarai
Segera melihat henpon untuk mengabari
Bahwa aku telah berada di lokasi
Sesaat kemudian mucul pesan lainnya
Yang isinya berkata bahwa 'saya telat sampai sana'
Lalu helaan nafas malah muncul seketika
Tapi bersyukur karena bukan aku yang datang lebih lama~
Ngga lama setelah itu ada dua anak kecil berlari
Mulai mendekat sambil membawa kursi
Dengan lucunya mereka menghampiri
Sambil malu-malu meletakkan sebuah kursi
Tanpa berkata, mereka kembali ke rumahnya
Yang letaknya tepat di seberang sana
Tak lama itu terlihat lagi mereka bersama ayahnya
Kemudian berkata "Abi, koq kursinya ngga didudukin" ._.
Daaaann singkat cerita, duduklah aku di kursi itu
Senyam-senyum gaje teringat kedua anak kecil itu
Kemudian mengetik sambil menunggu
Daaaann bersiap untuk memulai aktivitasku
Terimakasih untuk dua anak lelaki kecil yang ngga sempat aku foto yang telah hadir pagi ini...
Alhamdulillah *o*/
Friday, October 16, 2015
Mentari, sore itu...
***
Jum'at, 04 September 2015 17:30
Ada orang yang sok sibuk, ngerasa dirinya paling sibuk dan paling capek gitu *fyuuuuhh -_-
Sebut saja namanya Mentari.
Siang itu Mentari terlelap tepat 13 menit setelah merebahkan tubuhnya ke ranjang. Ntah mengapa, dia begitu merasa lelah ketika itu. Ia pun tertidur pulas tidak lama kemudian.
Matahari yang sebelumnya menampakkan cahayanya secara perlahan mulai tenggelam. Ya, tanpa disadari saat ini ternyata sudah sore. Tetapi Mentari juga belum terbangun dari tidur panjangnya.
Tetiba dari kejauhan muncul suara gaduh yang kian mendekat. Pada akhirnya, Mentari terbangun karenanya. Karena suara yang ntah dari mana asalnya, yang telah membangunkan bahkan menyelamatkan dari mimpi panjangnya. Katanya.
Diceritakannya bahwa Mentari memimpikan hal-hal yang dirasa menyebalkan pada masa lalunya. Mulai dari ‘pentas seni’, 'hewan liar’, 'berlari’, 'lawan’, 'musuh’, 'perpisahan’ dan semacam itu. Ntah, aku pun tak begitu mengerti. Hanya saja, ada satu hal yang dia simpulkan dari semua itu. Seolah mimpi itu berkata bahkan menantangnya untuk melepas semuanya, semua hal yang ada dalam mimpinya. Begitu katanya.
...
Mentari meninggalkan ruang kamar selama beberapa saat, lalu melihat jam ke arah ponsel.
Kenapa ke ponsel?
Bukankah terdapat jam yang cukup besar di dinding kamarnya?
Sesaat setelah Mentari melihat layar ponsel, rasanya seperti ada hal yang begitu menarik hatinya. Ternyata ada sebuah pesan singkat yang akupun tak tau dari siapa dan berisi pesan yang seperti apa ._.
Hening.
Mentari terdiam sebelum akhirnya mengetik beberapa kalimat balasan.
Wajahnya begitu datar. Tanpa ekspresi sedikitpun.
Aneh -.-
Usai mengetik, dia kembali meletakkan ponsel miliknya itu.
Tunggu dulu, kali ini ada yang berbeda...
Lihat!
Wajah Mentari terlihat begitu sumringah, bercahaya daaaann seketika menghapus tatapan datar yang sebelumnya.
Ada apa?
Kenapa?
Mengapa?
Apa yang terjadi?
Ah, Mentari enggan mengatakannya.
Seketika aku terdiam.
Hal apa yang bisa membuat gadis kecil itu begitu bercahaya, seolah ada suatu hal yang “wah” yang baru saja ia lalui.
Apakah berkaitan dengan pesan singkat yang baru saja diterimanya?
Tetapi, bukankah sampai ketika mengetik balasanpun hanya tatapan datar yang terlihat dari wajahnya?
Ah Mentari, kau gadis kecil yang selalu membuatku bingung...
***
Sunday, August 23, 2015
Sudahkah memaksimalkan pemanfaatan waktu?
"Kata-kata adalah pedang. Siapa yang ngga pandai mengendalikannya, maka itu ngga hanya melukai orang lain tetapi juga diri sendiri.."
Assalamu'alaykum.
Lagi 'ngga sengaja' melihat-lihat draft di blogger, ternyata ada tulisan tertanggal 23 Agustus 2015 yang belum diposting :'D
Baiklah... aku ulangi lagi kutipan pembuka di atas..
Semoga catatan beberapa bulan ehh tahun yang lalu ini tuh bisa menjadi bahan renungan sekaligus kritikan teruntuk diri sendiri *aamiin! :')
***
"Kata-kata adalah pedang. Siapa yang ngga pandai mengendalikannya, maka itu ngga hanya melukai orang lain tetapi juga diri sendiri.."
Ntah mengapa selalu teringat kata-kata itu. Payahnya... ingatan akan kutipan itu tuh justru hadir ketika 'ada' hal yang sudah terlanjur.
...
Seketika terdiam.
Kemudian hening.
._.
Manusia memang ngga ada yang sempurna. Sama sekali ngga ada. Tiap orang pasti ada kurangnya, apapun dan siapapun itu. Jadi yaaa bisa dibilang kalau itu suatu hal yang wajar, bukan begitu?
Perkembangan teknologi memang sudah begitu marak. Apalah aku yang ketika awal masuk SMA tuh masih belum kenal Line, What'sApps, Ktalk, WeChat, Path, Instagram, serta seluruh staff dan jajarannya (?) Ckck. Bisa berkeliaran dan 'gentayangan' di grup-grup pesbuk aja tuh udah waaaaahh banget *o*/
Ckck.
Lain halnya dengan jaman sekarang yaaa...
Jaman sekarang tuh....
Adaaa aja orang yang berdoa lewat status.
Adaaa aja orang yang minta bantuan lewat like.
Adaaa aja orang yang ngucapin apa gitu lewat grup dan dilanjut kopas, bukan malah japri atau bilang langsung kepada ybs.
Adaaa aja orang yang kadang ngerasa kesindir kalau kita update / post sesuatu yang bisa dilihat publik.
Pokoknya jaman sekarang tuh ada-ada aja deh yaaa ~o~
mungkin posisi aku disini juga sebagai pelaku... *menghela napas*
Satu hal yang perlu diingat dan HARUS terus diingat (!)
Mau se-sering apapun kita 'gentayangan' di dunia maya tuh, pokoknya update / post hal-hal yang bermanfaat. Jangan cuma duniaaaaa terus-terusan aja deh. Jangan cuma nafsu dan maksiat terus yang di-post. Nasehat, kritik, saran juga perlu tuh buat diri pribadi dan apdetan lain yang berguna juga buat orang yang melihat dan membacanya.
Hidup di dunia cuma sekali, broh! Jangan malah sia-siakan sisa waktu yang dimiliki buat hal ngga berguna. Udah bukan lagi jamannya. Basi-Banget-Malah.
Sekarang tuh lagi jaman-jamannya buat introspeksi diri, berbenah diri dan banyak-banyak siapin bekal untuk kehidupan yang 'sebenarnya' deh.
Sebagai ilustrasi gini....
Jika saat ini, ketika rangkaian kata ini diposting tuh usia aku 20 tahun. Lalu usia ketika kematian datang menghampiri yaaa itunglah 60 tahun. Berarti aku hidup di dunia sudah 1/3 perjalanan.
Pertanyaannya...
Udah buat ngapain aja itu waktu selama 20 tahun?
Jalanin maksiat terus?
Ngejar dunia terus?
Manfaatin waktu sia-sia terus?
Berdiam diri tanpa usaha dan pasrah menjalani hidup gitu aja?
Hura-hura?
Foya-foya?
Sedikit atau bahkan ngga pernah bersyukur?
Atau....
Apaaaaa?
Pertanyaan selanjutnya....
40 tahun sisanya mau diisi dengan apa aja tuh?
Sama kayak list di atas?
:'|
Usia produktif tuh yaaa sebenarnya adalah masa-masa remaja. Dan itu tuh yaaa sekarang-sekarang ini. Kalau usia produktifnya aja udah berlalu begitu saja tanpa ada sesuatu yang "wah" gitu, terus gimana? Bangga?
Tiap harinya diisi buat chatting sambil mesra-mesraan sama dia yang bukan mahram kita, bangga gitu?
Tiap harinya mikirin sosok yang ngga seharusnya dipikirin dan sekali lagi... itu bukan mahram kita, bangga gitu?
Tiap harinya jalan-jalan, hangout, main bareng sama dia yang bukan mahram kita terlebih ngga ada batasan dalam interaksi, bangga gitu?
Tiap hari sibuk bersolek memperindah diri biar 'menarik' di mata manusia tapi giliran ibadah tuh pake pakaian se-kena-nya dan se-ada-nya, bangga gitu?
Tiap harinya sibuk berdakwah sih katanya, syuro alias rapat sana-sini eeehh taunya ada modus tersembunyi karena pengen liat doi yang bukan mahram, bangga gitu?
Tiap harinya disibukkan dengan deadline dunia sampai-sampai seolah berkata "ngga ada waktu" buat aktivitas akhirat, lalu bangga gitu?
Tiap harinya sibuk berkhayal sana-sini, berharap yang muluk-muluk tapi ngga ada tindakan nyata yang dilakukan karena hanya mengharapkan keajaiban lalu bangga gitu?
*istighfar (╥_╥`)
*istighfar (╥_╥`)
*istighfar (╥_╥`)
Sekali lagi... manusia memang ngga ada yang sempurna,
tapi bukan menjadi suatu hal yang salah apabila kita mencoba untuk menyempurnakan diri, bukan?
:')
Ntah bagaimana seharusnya aku meng-ekspresikan diri dalam momen seperti sekarang ini. Intinya sih lagi-lagi ingin meng-kritik dan mengingatkan diri sendiri.
Bukankah selain menjadi motivator terbesar, diri sendiri juga dapat menjadi musuh atau lawan terkuat? Ngga rela juga kalau penyesalan yang hadir terlebih dahulu sedangkan sebenarnya masih bisa di-antisipasi sebelumnya.
Baiklah.. agak mulai OOT rupanya :'D
SEMANGAT perubahan!
Kalau bukan diri sendiri yang memulai perubahan (dalam hal baik tentunya), siapa lagi?
Kalau bukan sekarang, mau menunggu sampai kapan lagi?
Kalau terlanjur menyesal, mau gimana lagi?
Selamat berSEMANGAT, duhai para pejuang!
buang semua mimpi percuma
hadapkan diri pada kenyataan
BANGKIT dan ayun satu langkah baru
katakan bahwa, "AKU ADALAH AKU"
-Base jam
***
Hm..
Bahkan rasanya sampai saat ini tuh masih belum bisa memaksimalkan pemanfaatan waktu nih. Mudah mudahan ada perubahan ke arah positif di kemudian hari yaaa *aamiin!
Terimakasih sudah menjadi tempat pelarian aku untuk meluapkan ekspresi yaaa, blog. Meskipun ngga ingat juga itu rangkaian kata di atas diketik dalam rangka memperingati (?) momen yang seperti apa :'D
Salam sehat dan SEMANGAT!
(ง ˙ω˙)ว
Wednesday, August 5, 2015
Lembaran terakhir sebuah pengantar
"Hendaklah di antara kalian mengadukan segala urusannya hanya kepada Allah saja, walaupun hanya tali sandal yg putus." (HR.Tirmidzi)
Orang bodoh adalah orang yang tau perbuatannya salah tapi tetap dilakukan
Kehilangan adalah cara Allah menyadarkan kita bagaimana menghargai apa yang (dulu) kita miliki...
"Maafin orang tuh emang susah, tapi lebih susah lagi kalau ga bisa maafin orang. Udah sakit hati, badan, dan ngga dapet pahala pula.." #NAH!
Jika terlalu banyak menaruh harapan kepada manusia, maka bersiaplah untuk kecewa.
Sehebat apapun rasa Cinta dan sayang dari manusia, tak seberapa dgn Cinta dan sayangnya Allah pada kita...
"Demi Allah, andai kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian jarang tertawa dan sering menangis." (HR Tirmidzi – Shahih)
SYUKUR menjadikanmu Merasa CUKUP, dan IKHLAS yang menjadikanmu Kuat.
Dan tolong jangan ulangi lagi kesalahanmu itu ketika hidayah dan kasih sayang Allah telah datang menyapamu ya
"cepat berkemas", katanya || baiklah, terimakasih dan selamat.... malam ;)
...
Pada akhirnya.. hanya rangkaian kata yang tersampaikan pada postingan kali ini...
Cukup senang rasanya bisa melihat dan membaca kembali 'kertas kering' yang mungkin tak lagi diingat :)
Penjelasan, kisah, cerita dan yang lebih lanjut telah lebih dulu hilang ditelan sang fajar yang perlahan mulai menyinari HARI BARU ini :')
Terimakasih.
Terimakasih.
Terimakasih teruntuk A, H, A, S, S, R, F, N, F, N, G, T, T, B, D, S, dan lainnya yang belum aku sebutkan.. Especially B, D, S, R, N, W, T, F, N yang secara tidak langsung tuh ngga bosan menyadarkan diri ini #astaghfirullah :"
Yaa Rabb.. maafkanlah angkuhku ini yang seringkali LALAI dalam bersyukur~
Semoga ini yang terakhir, meskipun kalau tidak karenaNYA dan-nya.. aku ngga akan bisa sekuat ini :')
Ini mungkin kesempatan terakhirku untuk tidak membenci diriku sendiri. (Ouma Shu/Guilty Crown)
bismillahirrahmanirrahim..
:)
Rawakalong, 05 - 08 - 2015 05:30
Monday, July 13, 2015
Teruntukmu, duhai gadis salju...
- - - - - - - - - - - - - - - - - - -
For: Fumiki 'Lucky' Asari Chan / LY
06 - 06 - 1995
Semoga kau masih mengingat tanggal-tanggal ini :)
→
→ 29 Juli 2011
→ 5 Agustus 2011
→ 30 September 2011
dan tanggal lain yang telah kita lalui :)
Uhibbuki fillah, ukhtiku :)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Itu salah satu penghujung surat tak bertanggal yang aku dapat darimu. Kamu... iya kamuuuuu... *tunjuktunjuk*
***
Ada satu hal yang menarik darimu, yaitu na-ma-mu.
Kali pertamanya aku tau bahwa atas KuasaNYA kita dipertemukan, aku merasa kagum ketika mendengar kau menyebutkan namamu. Bagaimana bisa seorang yang memiliki nama luar biasa (bagiku) ternyata juga memiliki pemahaman agama yang bisa dibilang "wah" untuk gadis seusiamu. Menarik dan membuatku tertarik, pikirku ketika itu.
Lagi-lagi atas KuasaNYA, ternyata kita disatukan dalam 'forum' yang sama. Seolah aku merasa bahwa DIA memang ingin kita lebih dekat. Saling mengenal satu sama lain dan hal itu bisa membuatku semakin kagum padamu.
Untuk ke-sekian kalinya... ternyata DIA Mendengar dan Mengabulkan apa yang aku inginkan. Seketika saja aku dan dirimu menjadi kita! Rasanya tak ada hari tanpa kebersamaan diantara kita kala itu. Sungguh.. suatu hal indah yang telah DIA berikan.
Semakin hari, kitapun semakin saling mengenal satu sama lain. Mengenal lebih dan lebih. Rasanya... tiada hari tanpa adanya cerita dan kisah yang saling kita bagi. Adaaaa saja hal-hal 'ajaib' yang terasa begitu menyenangkan dan tak ingin dilewatkan.
Hari-haripun kian berlalu. Tanggal, bulan dan tahun yang berganti rasanya tidak berpengaruh terhadap kedekatan kita. Rasa nyaman, saling memiliki dan saling menjaga yang ku rasa ketika itu. Betapa Maha Baiknya DIA yang telah menghadirkan dirimu dalam kehidupanku. MasyaaAllah.
Seperti yang sebelumnya aku katakan, bahwa pergantian musimpun tidak menimbulkan apapun yang berbeda antara aku dan kamu. Kita tetap seperti biasanya walaupun kita sama-sama tau bahwa di luar sana banyak yang membicarakan kita. Ntah apapun itu... tanpa adanya rasa bersalah, kita tetap bersama. Yaaa.. memang hal yang terjadi diantara kita bukanlah suatu hal yang salah, iya kan?
Sampai hari itu tiba.....
Akupun tak ingat betul, bagaimana ini semua berawal. Satu hal yang aku ingat bahwa rasanya mulai muncul beberapa kejanggalan yang mungkin baru aku sadari belakangan ini. Tapi apapun itu... rasanya tak bisa lagi merubah apa yang telah terjadi.
Ntah darimana, bagaimana, karena apa dan aaarrgghh... aku benar-benar tidak menyadari bagaimana semua ini bermula!
Satu hal yang aku tau pasti, sampai dengan hari ini...
Aku dan kamu kini tak lagi menjadi kita :')
Cukup berbeda pada awalnya...
Aku. Sebelumnya adalah aku yang hampir mengetahui segala macam aktivitasmu. Akulah yang tau hal-hal yang telah, sedang dan ingin kau lakukan. Akulah yang sempat jadi tempatmu mengadu. Akulah yang sempat menjadi tempatmu berbagi, berkisah, bercerita yaaa... mengenai banyak hal. Mulai dari hal yang 'agak' penting, hingga hal yang memang sama sekali tidak penting. Tapi taukah? Itu begitu menyenangkan :'D
Namun kini... kau adalah sosok yang aku kenang..
Ini bukan lagi kisah 'kita'. Karena lebih tepatnya kini menjadi kisah 'kalian'.
Sekarang kau memiliki dia dan mereka, yang bisa dan memang telah menggantikanku :)
Tak ada hal yang aku sesalkan. Mungkin semua ini karena kesalahanku, atau mungkin... Sudahlah.. memang seperti ini yang terjadi, bukan?
Adakah perbedaan yang menghalangiku dan menghalangimu, sehingga tak lagi bisa menjadi kita? :')
Ingatkah kau...
Rasanya tempo hari kita telah selesai memerankan 'tokoh utama' dalam sebuah 'drama' aneh (?) yang masih cukup jelas dalam ingatanku saat ini?
Masih belum begitu merelakan, tetapi apa yang bisa aku lakukan?
Biarkan kisah kita tetap terjaga dalam ingatan, lebih tepatnya ingatanku. Karena aku rasa dirimu kini tak lagi jelas mengingatnya :)
Semoga kita tetap bisa saling menjaga dan saling menguatkan. Meskipun bukan melalui lisan atau ucapan. Tetapi melalui diriNYA-lah doa untukmu aku titipkan. Semoga bisa sampai tempat tujuan ^^v
...
Malam ini seketika teringat..
Hal yang mungkin menurutmu tak lagi perlu aku ingat..
Ntah bagaimana caranya aku bisa menyampaikan, bahwa diriku begitu merindukanmu... kawan....
Aku memang bukanlah orang sepertimu. Yaaa... aku begitu tertinggal jauh darimu, bahkan aku telah menyadari itu sejak pertamakali kita bertemu.
Satu hal lagi... aku bukanlah seorang pujangga(wati) yang pandai merangkai kata agar terlihat indah ketika dibaca. Lagi-lagi aku menyadari bahwa aku memang tidak sepertimu. Tetapi.. Bukankah tiap orang memiliki bakat dan potensi diri berbeda? Mungkin aku unggul pada lain hal darimu :p
Aku ingin menyampaikan rangkaian kata ini secara langsung padamu. Tetapi apa dayaku...
Ada 'yang lain' bahkan ketika kita bertemu. Ntah hanya perasaanku atau apapun itu, seolah terlihat dari dirimu bahwa kau tak ingin melihatku :')
Ntahlah...
Satu hal yang pasti, aku tak mungkin mengatakan bahwa tulisan ini ditujukan untukmu.....
Kelak ketika kau 'tak sengaja' membaca tulisan ini... Ketahuilah bahwa ketika itu dan setelah itu juga aku tetap akan berdoa untukmu.. :)
Jika hal yang telah lalu tidak dapat kembali 'lagi' sekalipun aku begitu menginginkannya, maka ijinkan aku untuk tetap mengenangnya dalam ingatan. Dan itu adalah salah satu hal indah atau mungkin 'indah' yang telah DIA berikan :)
Terimakasih banyak karena telah hadir, menemani, mengisi, mendampingi, mengikuti daaaann menjadi bagian dari kehidupanku.
Kalau rasanya aku dan dirimu tak bisa menjadi kita lagi, semoga DIA mengijinkan kita bersama di jannahNYA nanti *aamiin :)
Tetap SEMANGAT yaaa kamuuu...
Ada atau tak adanya kita, samasama berjuang untuk menakhlukkan GUNUNG FUJI yaaa *o*/
hihihi :'D
Aku rasa sudahi dulu saja, nanti sang gerimis justru mengundang sang hujan untuk datang (?)
Terakhir.... maafkan aku karena tak begitu mengingat tanggal yang telah muncul di awal ^^v
Tapi aku rasa kamupun tak lagi mengingatnya, bukan? :)
Terimakasih yaaa atas balasannya... :)
Aku senang menerimanya, meski....
ahh.. tidak apa-apa :)
sahabat.. tibalah masanya
bersua pasti ada berpisah...
bila nanti kita jauh berpisah
jadikan rabithah pengikatnya
jadikan doa ekspresi rindu
semoga kita bersua di surga...
-- senandung ukhuwah
dengan rasa sayang karenaNYA...
teruntuk dia yang masih dalam penjagaanNYA,
gadis salju~
Rawakalong, 13 Juli 2015 05:33
Friday, May 29, 2015
Bedah Buku: "Ladies, Belanjakan saja semua Uangmu"
28 Mei 2015
Oleh: Ai Nur Bayinah, S.El., M.M.
***
Ternyata uang itu setelah diterima, jangan malah dibendung atau ditahan. Dalam Islam itu tidak diperbolehkan untuk menahan uang. Buktinya apa?
Dapat dilihat misalnya kalau kita menahan uang sampai banyak, maka akan diwajibkan untuk zakat. Berarti Islam memang mengajarkan agar uang tidak hanya untuk ditahan atau ditimbun.
Pemuda pemimpin
Sebagian besar follower Rasulullah SAW di awal Islam adalah pemuda. Umar bin Khaththab selalu meminta pendapat para pemuda pada saat bermusyawarah dalam pemerintahannya.
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah"
[QS. Al-Ahzab : 21]
Ciri pemuda terbaik
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik."
[QS. Ali-Imran : 110]
Bener ngga sih, harus perempuan yang mengatur keuangan?
Jawabnya pendapat masing-masing atau berdasarkan pengalaman pribadi aja deh yaaa :p
Siapa sosok shahabiyyah yang paling pandai mengurus uang?
Jawabannya adalah Siti Khadijah, karena beliau kaya dan sukses. Beliau punya tiga hal yang seharusnya juga kita contoh:
・Mandiri
・Percaya diri
・Peduli
Financial Planning
Meluruskan Pola Belanja
Fakta:
- Perempuan lebih senang belanja dibandingkan dengan laki-laki
- 70% masyarakat tak punya rencana keuangan jangka panjang
- Perilaku keuangan di kalangan pelajar dan mahasiswa cenderung konsumtif
- ...
Financial Literacy
"Dan janganlah kamu serahkan kepada orang- orang yang belum sempurna akalnya , harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik."
[QS. An-Nisa' : 5]
Look This Example
Ini kisah mengenai saudara kembar, sebut saja fulan dan fulanah. Mereka sama-sama diberi uang saku sebanyak Rp 600.000,00 / bulan.
~ Bulan pertama
Fulan merupakan seorang yang gemar menabung. Paling tidak, dia selaku menyisakan uang sakunya Rp 5.000,00 / hari.
Fulanah merupakan seorang yang 'tidak tahan' menahan uang sakunya tersebut, sehingga belum mencapai akhir bulan tuh terkadang uangnya sudah terlanjur habis tak tersisa.
~ Bulan kedua
Seperti yang terjadi pada bulan sebelumnya, Fulan masih tetap menyisihkan Rp. 5.000,00 dari uang saku bulanannya itu. Sisa uang yang masih dia miliki terkadang ikut dia simpan, ataupun dia gunakan untuk membeli apapun yang kiranya menjadi kebutuhannya.
Fulanah juga tak beda jauh dari bulan sebelumnya. Dalam satu hari, dia jajan bisa mencapai Rp 20.000,00 bahkan lebih. Itu juga baru buat makan aja, belum dan lain-lainnya ._.
~ Bulan ketiga
Fulan masih tetap melakukan kebiasaan menabung sebanyak Rp 5.000,00 tiap harinya. Dan sebagaimana bulan-bulan sebelumnya, uang yang masih tersisa kadang ikut ditabung atau digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat, tidak hanya sebatas untuk makan dan jalan-jalan saja.
Sama halnya dengan Fulanah yang juga sama seperti bulan sebelumnya, dia menggunakan uang tersebut untuk membeli apapun yang disukainya. Hingga pada suatu hari, ketika Fulanah pulang dari 'belanja'... ia bertabrakan dengan seseorang yang menyebabkan kacamatanya terlepas kemudian patah. Sedangkan ia tak memiliki cukup uang untuk mengganti kacamatanya itu.
Fulan yang mengetahui hal tersebut pun dengan segera memberikan sebagian uang tabungannya kepada Fulanah agar Fulanah dapat mengganti kacamatanya.
~ Bulan berikutnya
Apa yang dilakukan oleh Fulan juga masih tetap sama seperti bulan-bulan sebelumnya.
Begitu juga yang dilakukan oleh Fulanah dengan kacamata barunya.
~ Bulan ke-duabelas
Fulan masih tetap melakukan kebiasaannya untuk menyisihkan uang saku bulanannya sebesar Rp 5.000,00.
Fulanah juga masih terbilang kurang pandai dalam me-manage keuangan.
Hingga pada suatu hari di akhir tahun...
Ada acara studytour di sekolah mereka dengan biaya Rp 500.000,00 / siswa. Nah, kira-kira apa yang selanjutnya terjadi?
Kalau Fulan, jelas. Dia memiliki tabungan untuk dapat mengikuti studytour tersebut. Bagaimana dengan Fulanah? Di satu sisi dia ingin mengikuti studytour, tetapi di sisi lain dia pun memperhitungkan mengenai keuangan. Dia sudah bertekad untuk tidak meminta bantuan si Fulan agar tidak merepotkan saudara kembarnya itu. Dia bisa saja mengikuti studytour dengan 2 opsi:
Pertama, menggunakan uang saku bulanannya tersebut, tetapi dia harus mengorbankan hal-hal yang ingin dia beli dan lalala.
Kedua, dia merelakan untuk tidak mengikuti studytour tersebut, sehingga uang sakunya-pun masih utuh.
Kira-kira, hal apa yang akan dilakukan oleh si Fulanah?
Lalu, hikmah apa yang dapat diambil dari kisah tersebut?
*jeng.. jeng.. jeng..*
*jawab sendiri aja deh yaaa, agak lelah juga buat ngetik X"Dv
"Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya."
[QS. Al-Kahf : 7]
"Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
[QS. An-Nahl : 97]
Q-A session
(+) Bagaimana yaaa kalau kita punya uang, sudah berusaha supaya ngga menghamburkan uang itu begitu saja tapi ternyata malah mengeluarkan uang itu tanpa disadari, kemudian menyesal diakhirnya?
(-) Hal yang paling pertama kita lakukan adalah menentukan prioritas. Nah, karena prioritas tiap orang tuh berbeda makanya kita harus bisa menempatkan prioritas dengan tepat.
"Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu dan meninggalkan isteri, hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya, (yaitu) diberi nafkah hingga setahun lamanya dan tidak disuruh pindah (dari rumahnya). Akan tetapi jika mereka pindah (sendiri), maka tidak ada dosa bagimu (wali atau waris dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat yang ma'ruf terhadap diri mereka. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
[QS. Al-Baqarah : 240]
***
Jadi sepertinya yang ingin lebih ditekankan oleh beliau adalah bagaimana kita dapat mengelola pengeluaran kita bukan untuk hal-hal yang sia-sia atau lebih banyak mudharatnya, melainkan justru untuk hal-hal yang bermanfaat berdasarkan apa yang menjadi prioritas kita. Terlebih lagi, bagaimana kita mengelola serta mengatur pengeluaran bukan hanya untuk hal-hal dunia semata, tetapi juga untuk hal-hal lain yang bisa menjadi 'tabungan' atau perbekalan kita di akhirat :)
Mohon maaf jika banyak hal yang kurang dalam rangkaian kata, kalimat dan paragraf di atas. Itu tadi intisari dari apa yang telah aku dapat dan begitulah yang bisa disampaikan ^^'v
Ingin tau lebih lanjut? Silahkan saja beli buku karangan beliau tersebut ehhehehe :D
Wa'alaykumussalam.
Tuesday, May 26, 2015
Kisah Marbot Masjid Atta’awun Cisarua Puncak Bogor
sumber: Official Account LOVE INDONESIA
Bismillahirrahmanirrahim..
Cerita ini nyata yang mengisahkan dua sahabat yang terpisah cukup lama; Ahmad dan Zaenal. Ahmad ini pintar sekali. Cerdas. Tapi dikisahkan kurang beruntung secara ekonomi. Sedangkan Zaenal adalah sahabat yang biasa-biasa saja. Namun keadaan orang tuanya mendukung karir dan masa depan Zaenal.
Setelah terpisah cukup lama, keduanya bertemu. Bertemu di tempat yang istimewa; di koridor wudhu, koridor toilet sebuah masjid megah dengan arsitektur yang cantik, yang memiliki view pegunungan dengan kebun teh yang terhampar hijau di bawahnya. Mesjid tersebut adalah mesjid At-Ta’awun yang berada di puncak Bogor.
Adalah Zaenal, sudah menjelma menjadi seorang manager kelas menengah. Necis. Parlente. Tapi tetap menjaga kesalehannya.
Ia punya kebiasaan. Setiap keluar kota, ia sempatkan singgah di masjid di kota yang ia singgahi. Untuk memperbaharui wudhu, dan sujud syukur. Syukur-syukur masih dapat waktu yang diperbolehkan shalat sunnah, maka ia shalat sunnah juga sebagai tambahan.
Seperti biasa, ia tiba di Puncak Pas, Bogor. Ia mencari masjid. Ia pinggirkan mobilnya, dan bergegas masuk ke masjid yang ia temukan.
Di sanalah ia menemukan Ahmad. Cukup terperangah Zaenal ini. Ia tahu sahabatnya ini meski berasal dari keluarga tak punya, tapi pintarnya minta ampun.
Zaenal tidak menyangka bila berpuluh tahun kemudian ia menemukan Ahmad sebagai merbot masjid..!
“Maaf,” katanya menegor sang merbot. “Kamu Ahmad kan? Ahmad kawan SMP saya dulu?”.
Yang ditegor tidak kalah mengenali. Lalu keduanya berpelukan, Ahmad berucap
“Keren sekali Kamu ya Mas… Manteb…”. Zaenal terlihat masih dlm keadaan memakai dasi. Lengan yang digulungnya untuk persiapan wudhu, menyebabkan jam bermerknya terlihat oleh Ahmad. “Ah, biasa saja…”.
Zaenal menaruh iba. Ahmad dilihatnya sedang memegang kain pel. Khas merbot sekali. Celana digulung, dan peci didongakkan sehingga jidatnya yang lebar terlihat jelas.
“Mad… Ini kartu nama saya…”.
Ahmad melihat. “Manager Area…”. Wuah, bener-bener keren.”
“Mad, nanti habis saya shalat, kita ngobrol ya. Maaf, kalau kamu berminat, di kantor saya ada pekerjaan yang lebih baik dari sekedar merbot di masjid ini. Maaf…”.
Ahmad tersenyum. Ia mengangguk. “Terima kasih ya… Nanti kita ngobrol. Selesaikan saja dulu shalatnya. Saya pun menyelesaikan pekerjaan bersih-bersih dulu… Silahkan ya. Yang nyaman”.
Sambil wudhu, Zaenal tidak habis pikir. Mengapa Ahmad yang pintar, kemudian harus terlempar darik kehidupan normal. Ya, meskipun tidak ada yang salah dengan pekerjaan sebagai merbot, tapi merbot… ah, pikirannya tidak mampu membenarkan.
Zaenal menyesalkan kondisi negerinya ini yang tidak berpihak kepada orang-orang yang sebenarnya memiliki talenta dan kecerdasan, namun miskin.
Air wudhu membasahi wajahnya…
Sekali lagi Zaenal melewati Ahmad yang sedang bersih-bersih. Andai saja Ahmad mengerjakan pekerjaannya ini di perkantoran, maka sebutannya bukan merbot. Melainkan “office boy”.
Tanpa sadar, ada yang shalat di belakang Zaenal. Sama-sama shalat sunnah sepertinya.
Setelah menyelesaikan shalatnya Zaenal sempat melirik. “Barangkali ini kawannya Ahmad…”, gumamnya.
Zaenal menyelesaikan doanya secara singkat. Ia ingin segera bicara dengan Ahmad.
“Pak,” tiba2 anak muda yg shalat di belakangnya menegur.
“Iya Mas..?”
“Pak, Bapak kenal emangnya sama bapak Insinyur Haji Ahmad…?”
“Insinyur Haji Ahmad…?”
“Ya, insinyur Haji Ahmad…”
“Insinyur Haji Ahmad yang mana…?”
“Itu, yang barusan ngobrol sama Bapak…”
“Oh… Ahmad… Iya. Kenal. Kawan saya dulu di SMP. Emangnya udah haji dia?”
“Dari dulu udah haji Pak. Dari sebelum beliau bangun ini masjid…”.
Kalimat itu begitu datar. Tapi cukup menampar hatinya Zaenal… Dari dulu sudah haji… Dari sebelum beliau bangun masjid ini…
Anak muda ini kemudian menambahkan, “Beliau orang hebat Pak. Tawadhu’. Saya lah yang merbot asli masjid ini. Saya karyawannya beliau. Beliau yang bangun masjid ini Pak. Di atas tanah wakafnya sendiri. Beliau biayai sendiri pembangunan masjid indah ini, sebagai masjid transit mereka yang mau shalat. Bapak lihat hotel indah di sebelah sana? … Itu semua milik beliau… Tapi beliau lebih suka menghabiskan waktunya di sini. Bahkan salah satu kesukaannya, aneh. Yaitu senangnya menggantikan posisi saya. Karena suara saya bagus, kadang saya disuruh mengaji saja dan azan…”.
Zaenal tertegun, entah apa yang ada di hati dan di pikiran Zaenal saat itu
***
Ada pelajaran dari kisah pertemuan Zaenal dan Ahmad. Jika Ahmad itu adalah kita, mungkin begitu bertemu kawan lama yang sedang melihat kita membersihkan toilet, segera kita beritahu posisi kita yang sebenarnya.
Dan jika kemudian kawan lama kita ini menyangka kita merbot masjid, maka kita akan menyangkal dan kemudian menjelaskan secara detail begini dan begitu. Sehingga tahulah kawan kita bahwa kita inilah pewakaf dan yang membangun masjid ini.
Tapi kita bukan Haji Ahmad. Dan Haji Ahmad bukannya kita. Semoga ia selamat dari rusaknya nilai amal, sebab ia tetap tenang dan tidak risih dengan penilaian manusia. Haji Ahmad merasa tidak perlu menjelaskan apa-apa. Dan kemudian Allah yg memberitahu siapa dia sebenarnya…
“Al mukhlishu, man yaktumu hasanaatihi kamaa yaktumu sayyi-aatihi”
Orang yang ikhlas itu adalah orang yang menyembunyikan kebaikan-kebaikannya, seperti ia menyembunyikan keburukan-keburukan dirinya.
[Ya’qub YahimaHullah, dalam kitab Tazkiyatun Nafs]
masyaaAllah :')
Thursday, May 21, 2015
Tentang Takdir : Kenapa Saya yang Disalahkan Jika Tuhan Sudah Tahu Apa yang Akan Saya Lakukan?
Bismillahirrahmanirrahim..
Kenapa Saya yang Disalahkan Jika Tuhan Sudah Tahu Apa yang Akan Saya Lakukan? (Tentang Takdir)
Berikut ini adalah potongan diskusi tentang “takdir” oleh Nouman Ali Khan dan Brother Eddie dalam acara The Deen Show.
Pertanyaan:
Saya kesulitan memahami konsep takdir dalam Islam. Jika Tuhan sudah menakdirkan siapa yang akan menghuni surga atau neraka, kenapa saya harus repot-repot berusaha?
Jawaban:
Ada sebuah analogi sederhana untuk memahami hal ini. Guruku menjelaskan hal ini kepadaku karena dulu aku punya pertanyaan yang sama. Bayangkan aku akan mengadakan pesta. Aku membuat dua daftar tamu, siapa saja yang akan aku undang. DAFTAR A dan DAFTAR B. DAFTAR A adalah daftar rahasia orang-orang yang akan aku undang, tak ada yang tahu siapa yang ada dalam daftar ini, hanya aku yang tahu. DAFTAR B terbuka untuk umum. Siapa saja bisa masuk dalam DAFTAR B asalkan mereka bisa menjalankan syarat-syarat yang kuberikan.
Kau, misalnya, ingin datang ke pestaku. Kau punya dua pilihan. “Mungkin aku ada dalam DAFTAR A atau mungkin aku harus berusaha masuk ke dalam DAFTAR B. Jika kau berkata, “Yaaa, aku mungkin sudah ada dalam DAFTAR A, tak perlu repot-repot, bersusah payah masuk ke DAFTAR B dengan segala persyaratannya,” kau tahu itu membuktikan apa? Itu membuktikan bahwa kau tak terlalu ingin datang ke pestaku. Tapi jika kau berkata “Mungkin aku ada dalam DAFTAR A atau mungkin tidak, tapi aku ingin sekali datang ke pesta ini. Apa yang harus kulakukan? Aku akan berusaha sekuat tenaga mengerjakan sebaik-baiknya syarat-syarat yang diberikan untuk masuk dalam DAFTAR B.”
Seperti itulah sebenarnya takdir bekerja. Allah memutuskan siapa yang akan masuk surga dan siapa yang akan masuk neraka, ada sebuah DAFTAR RAHASIA. Tapi, ada juga sebuah DAFTAR TERBUKA. Lakukan ini, ini dan ini, kau akan masuk DAFTAR TERBUKA. Luar biasanya, setelah kau masuk dalam DAFTAR B, setelah semua jerih payahmu, kau menyadari bahwa namamu juga ada dalam DAFTAR A. Semua orang yang terpilih dalam DAFTAR B, namanya sudah ada dalam DAFTAR A, dan semua orang yang tidak bersusah payah untuk masuk dalam DAFTAR B, namanya juga tak ada dalam DAFTAR A.
Artinya, Allah secara misterius memandu sebagian orang, tapi orang-orang itu adalah mereka yang memang sudah bersusah payah sejak awal untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhkan larangan-Nya. Allah secara misterius memutuskan sebagian orang tak layak mendapat petunjuk, tapi tahu tidak, mereka memang orang-orang yang sejak awal tak berbuat apapun untuk mendapat petunjuk Allah. Kedua hal tersebut, dalam filosofi disebut “KEHENDAK TUHAN” dan “USAHA MANUSIA.” Di dalam Islam, keduanya berpadu. Dan ada satu kalimat dalam Al Quran, yang menjelaskan perpaduan ini, di surat Al Fatihah, ayat “IYYAKA NASTA'IN.” (Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan) Kata “nasta’in” dalam bahasa Arab sangat penting. Ada beragam cara kita meminta pertolongan.
Akan kuberikan analogi dari kalimat ini.
“Ban mobilku kempes, tapi aku duduk-duduk saja di dalam mobil, mendengarkan radio. Lalu kau lewat dan aku berkata, “Sob, bisa tolong gantikan ban mobilku? Akan kubukakan bagasinya.” Lalu aku duduk-duduk saja di mobil selagi kau mengganti ban mobilku. Itu meminta bantuan, tapi itu cara yang cukup konyol dalam meminta bantuan.
Sekarang bayangkan banku kempes, aku lalu keluar dari mobil, kukeluarkan dongkrak, kucoba dongkrak sendiri, tapi aku tak cukup kuat, lalu kau lewat dan aku berkata, “Hei, Danny, sepertinya badanmu cukup besar, bisakah kau membantuku?” Aku berusaha lebih dulu, lalu aku meminta bantuanmu. Itulah yang disebut “nasta’in.” Aku sudah berusaha sekuat tenaga, setelah itu aku meminta bantuanmu.
Apa yang kita pelajari dari itu? Satu-satunya saat kita berhak meminta pertolongan Allah adalah setelah kita melakukan apa lebih dulu? Berusaha lebih dulu. Jika kita tak berusaha, kita tak berhak memohon pertolongan Allah. Itu yang selalu Allah lakukan. Para sahabat bertempur dalam Perang Badr. Para malaikat tiba sesudahnya. Para malaikat tak ada di sana sebelum peperangan terjadi. Para sahabat tak bilang kepada para malaikat, “Bro, kami sudah bertempur sejak jam 3, dari mana saja kalian?” Tidak, tidak, tidak. Kau harus berusaha lebih dulu, lalu pertolongan datang.
Apa yang terjadi pada Ibrahim Alaihissalam? Dia dilemparkan ke dalam api lebih dulu, lalu apinya menjadi dingin. Usaha manusia lebih dulu, pertolongan Allah setelahnya. Tapi kedua hal itu adalah satu-kesatuan dan itu pada dasarnya penjelasan sederhana dari “Takdir.” Setelah kau berusaha sekuat tenaga, Alllah berkehendak memberimu petunjuk.
www.nakindonesia.tumblr.com
Fb: Nouman Ali Khan Indonesia
IG, youtube: nakindonesia
Twitter: NoumanAliKhanID