Tuesday, February 14, 2017

Sebagai Konsumen, Tentu Kita Punya Cerita

Bismillahirrahmanirrahim.

Tiap orang memiliki kebutuhan akan sandang, pandan dan papan yang serupa meskipun tak sama. Kebutuhan tersebut dapat terpenuhi dengan cara yang berbeda-beda dan juga di tempat yang berbeda. 


Seperti yang kita ketahui bersama, Indonesia merupakan salah satu negara dengan ribuan masyarakat yang konsumtif. Hal ini cukup jelas terbukti dengan dibangunnya berbagai macam pusat perbelanjaan maupun kuliner, termasuk yang ‘maret-maret’ yang kian hari kian bertambah. 



Tidak terlepas dari itu, pertengahan Desember 2016 lalu, saya sempat membuat postingan sekaligus untuk mengingatkan bahwa kita sebagai konsumen merupakan pihak yang dilindungi oleh Undang-Undang. Oleh karena itu, kita harus bisa menjadi konsumen yang cerdas terlebih di era perkembangan zaman seperti ini..


Baru saja dua hari lalu ketika membaca weptun, saya diingatkan akan dua kata yang mungkin akan menjadi sajian utama pada postingan kali ini. Yap, kata tersebut adalah "Mini Market"

Ada apa sih di mini market?


...

Sebagai seorang konsumen, pastinya kita memiliki kisah dan cerita tersendiri yang kita alami, baik itu membuat kita menyanjung si pelaku usaha ataupun sebaliknya.



Baru saja kemarin, setelah menghadiri peristiwa sejarah di pedalamannya kota tetangga, saya sempat mampir di sebuah mini market. Ialah salah satu yang maret-maret, dimana saya membeli dua botol minuman dan satu plastik permen. Usai mengambil barang yang hendak dibeli, saya menyerahkan selembar uang kepada penjaga kasir. Ketika itu total yang harus dibayar XX.700,00 gitu, lalu saya sempat terkejut karena dikembalikan dengan PAS. Tanpa dikurangi untuk donasi ini atau itulah dan tanpa pembulatan.

Ini mungkin suatu hal yang biasa saja memang, tetapi tidak bagi saya. Ketika itu bukan kali pertama-kedua-ketiganya saya berbelanja di mini market macam itu. Nah, salah satu yang menjadi pembeda adalah uang kembalian sejumlah XX.300,00 yang diserahkan oleh si penjaga kasir. Sebelumnya, masih di tempat yang sama, ketika total belanja tidak utuh gitu maka ditanya dengan pertanyaan mainstream,
"sekian ratusnya mau didonasikan?"
Mungkin sebagian besar kita adalah orang yang merasa ngga enak gitu yaaa, kalau bilang "ngga mau" nanti khawatir dibilang "yaelah, sekian ratus doang"..
Lalu kalau mau tanya-tanya "donasinya kemana?" khawatir nanti ekspresi si penjaga kasir berubah karena berpikir "yaelah, sekian ratus doang tapi perhitungan banget"..
Rasanya disitulah dilema seorang konsumen hadir begitu saja (?) dan mungkin itu hanya bagian dari pikiran negatif yang ada pada diri saya karena tak menutup kemungkinan bahwa sebagian lainnya ada yang acuh tak acuh, tidak begitu peduli dan bodo amatlah..



Apabila merujuk lagi kepada hak-hak kita sebagai konsumen, maka tindakan yang dilakukan oleh penjaga kasir kemarin rasanya cukup saya apresiasi. Suatu tindakan yang berbeda apabila dibandingkan dengan penjaga yang tidak menyampaikan informasi dengan jelas ataupun memberi tanggapan yang kurang enak ketika kita hendak meminta informasi.


Hal tersebut sebagaimana Hak-Hak Konsumen yang disebutkan dalam Pasal 4 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen:
  • Huruf a, konsumen memiliki hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa
  • Huruf c, konsumen memiliki hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa
  • Huruf g, konsumen memiliki hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif
  • Selengkapnya mengenai Hak-Hak Konsumen

Pada saat keluar dari mini market tersebut, saya kembali teringat bahwa sekitar empat atau lima tahun lalu sempat ogah singgah di yang maret-maret satunya karena merasa tidak dapat informasi yang seharusnya. 

Ketika itu saya hendak ke rumah seorang kawan di daerah Kelapa Dua Depok. Perjalanan kesana diiringi dengan turunnya hujan. Karena merasa tidak nyaman dengan alas kaki yang telah basah kuyup, akhirnya saya memutuskan untuk berhenti di sebuah mini market dan membeli kaos kaki cadangan. Singkat cerita, saya mengambil kaos kaki dengan harga yang tercantum sekitar lima belas ribu rupiah. Namun ketika hendak membayar, si penjaga kasir meyebutkan bahwa total belanja hampir dua puluh lima ribu rupiah. Duh, gimana coba? Ketika itu saya masih memang belum mengetahui bahwa konsumen dilindungi oleh Undang-Undang, masih belum ada ilmunya. Jadi yaaa pada akhirnya hanya nerimo gitu aja meskipun sampai ketika saya keluar dari sana tidak 'bertemu' dengan tanda-tanda bahwa si penjaga kasir menyesal ataupun meminta maaf untuk itu.

Berikutnya di yang maret-maret yang sama dengan tempat saya membeli kaos kaki meskipun lokasi berbeda, untuk beberapa kali saya sempat mendapati (lagi) (lagi) (dan lagi) harga barang dan label yang tercantum tidak sesuai. Padahal saya ini tipe orang yang memperhatikan beberapa kali antara nama barang dan label harga sebelum membeli. Hal ini sudah menjadi kebiasaan mungkin yaaa, bukan karena apa-apa tetapi sebagai salah satu wujud antisipasi agar uang yang saya bawa tidak sampai kurang dari apa yang saya beli.

Oleh karena beberapa kalinya mendapati label yang tidak sesuai dengan barang yang ada di atasnya, hal itu sampai saat ini berdampak kepada diri saya yang merasa ogah memilih belanja di yang maret-maret satu itu. Iya, hanya untuk yang maret-maret satu itu saja karena saya merasa masih banyak yang maret maret lainnya. Lha wong sekarang tuh di pinggir jalan, dua mini market berbeda nama senantiasa operasi bersebelahan atau seberang-seberangan. Namanya juga perkembangan jaman. Ckck.

-

Mungkin itu tadi hanya segelintir kisah singkat saya ketika berbelanja di mini market, dalam postingan ini yaitu di salah satu yang maret-maret. Lebih jauh dari itu tentu saja masih banyak aneka ragam lainnya yang terjadi ketika kita melakukan transaksi, memilih barang, berkeliling sekaligus numpang ngadem *ehh dan juga lainnya.

Untuk beberapa waktu belakangan ini, saya menjadi orang yang apabila masuk yang maret-maret jadi bingung sendiri dengan apa yang hendak dibeli. Itu terjadi biasanya karena alasan masuk ke yang maret-maret tersebut hanya untuk ke mesin yang berisi uang (re: a-te-em), kemudian ketika hendak keluar jadi merasa ngga enak juga hingga pada akhirnya keliling cukup lama karena itu tadi... bingung mau beli apa. Yaaa, namanya juga ngga rencana buat beli meskipun pada akhirnya yang dibeli biasanya minuman atau permen ._.

Tentu saja sebagai seorang konsumen, saya tidak bermaksud menyalahkan pembangunan yang kian marak bahkan di daerah pedalaman yang sudah mulai ramai. Hanya saja, untuk sesekali saya berpikir bahwa pembangunan pusat perbelanjaan termasuk mini market dan yang maret maret itu secara disadari ataupun tidak justru menyingkirkan toko ataupun warung di pinggiran jalan secara perlahan. Oleh karena itu, beberapa bulan terakhir kalaupun ingin membeli sesuatu, saya mencoba memilih untuk belanja di warung ataupun toko dekat rumah kecuali apabila memang yang hendak dicari tidak ada di toko atau warung tersebut. Selain dapat membuat senang si penjual, hal itu mudah-mudahan bisa menjadi salah satu pintu rezeki si penjual sekaligus memotivasi agar mereka tetap semangat melanjutkan usahanya selama yang mereka lakukan itu halal.

Sebagai penutup...
Yuk, sesekali kita tengok saudara dan tetangga sekitar kita. Apabila mereka memang seorang pengusaha, maka hargai usaha mereka dengan cara menjadi konsumen ataupun pelanggan mereka. Bukankah yang namanya berbagi itu indah? Bukankah kita dapat lebih bahagia ketika melihat oranglain bahagia karena apa yang kita lakukan?

Jadi, bagaimana cerita kalian sebagai konsumen?
termasuk ketika menjadi konsumen di yang maret-maret itu tadi (^^;)

:)

Mohon maaf lahir dan bathin.

Selamat berbagi.
Selamat berbuat baik.
Selamat menebar kebaikan.

2 comments:

  1. Iya loh, aku termasuk yang ngerelain aja ketika kembalian yang receh itu ditawarin untuk amal. Karena sungkan awalnya untuk nolak, lama-lama kebiasaan ngasihnya. Terus Alhamdulillah ke minimarket kalo nyari barang yang di warung nggak ada aja. Solnya kalo beli diwarung,apalagi warung tetangga. secara gak langsung udah ngebantu mereka juga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa, bener banget kak :'D
      Akupun sebenarnya ada keinginan buat tanya tanya mengenai donasi, tapi selalu mengurungkan niat buat nanya huhu :(
      Iyaaa.. ebelah rumah juga warung, kadang milih beli jajanan juga ke sebelah ^^'d

      Delete