Bismillahirrahmanirrahim.
Hai kawan,
pada kesempatan kali ini aku ingin sedikit mengingatkan
bahwa pada kenyataannya kita ini hanya lakon dalam pertunjukkan
yang siap berlaga dalam sebuah panggung kehidupan
“Sungguh, teman-teman sekolah akan menertawakan aku sekenyangnya melihat sandiwara bagaimana manusia, biasa berjalan sepenuh kaki, di atas telapak kaki sendiri, sekarang berjalan setengah kaki, dengan bantuan dua belah tangan. Ya Allah, kau nenek-moyang, kau, apa sebab kau ciptakan adat yang menghina martabat turunanmu sendiri begini macam? Tak pernah terpikir olehmu, nenek-moyang yang keterlaluan! Keturunanmu bisa lebih mulia tanpa menghinakan kau! Sial dangkal! Mengapa kau sampaihati mewariskan adat semacam ini?”
[Pramoedya Ananta Toer]
Apabila kita melihat kehidupan lebih mendalam, maka akan kita dapati aneka ragam sandiwara. Para pemain peran dalam tayangan televisi boleh jadi memainkan peran yang tidak sesuai dengan bagaimana dengan kehidupannya di dunia nyata. Tokoh antagonis dalam suatu drama belum tentu merupakan seorang yang berkepribadian keras dalam kehidupannya, begitupun sebaliknya.
Kawan,
pada kesempatan inipun aku kembali ingin mengingatkan
jangan sesekali memberi penilaian berdasarkan penampilan,
jangan sesekali memberi penilaian pada apa yang ditangkap oleh indera penglihatan dan pendengaran
jangan...
Orang yang terlihat sederhana, boleh jadi adalah seorang hartawan
hanya saja ia tak menunjukkan kekayaannya secara berlebihan
Orang yang mungkin terlihat hina, boleh jadi adalah seorang terhormat
sosok panutan yang tak mementingkan gelar ataupun pangkat
Orang yang bersikap acuh tak acuh, boleh jadi adalah seorang yang setia
meskipun terlihat tidak peduli, namun ia senantiasa menjaga lewat doa
Dunia ini mungkin bukanlah sebuah opera, karena bagaimanapun inilah dunia. Namun pada kenyataanya, ada sandiwara yang menjadi penghias di dalamnya.
Ketika kita menghadapi suatu kegagalan, maka anggaplah ia sandiwara
karena kita yakin bahwa ada sukses yang nantinya akan menjadi nyata
Ketika kita menemui suatu kesedihan, maka anggaplah ia sandiwara
karena kita yakin bahwa sudah ada kebahagiaan yang siap menyambut kita
Ketika kita menghadapi suatu penyesalan, maka anggaplah ia sandiwara
karena kita yakin bahwa hal itu sebagai awalan untuk tercapainya suatu impian
Oleh karena itu, kawan..
sekali lagi aku ingin sedikit mengingatkan
jadikan diri sebagai penebar kebermanfaatan,
perankanlah segala hal yang mengarah pada kebaikan
agar nantinya tak ada pihak yang kita rugikan
dengan begitu kitapun dapat merasakan kebahagiaan,
kebahagiaan yang dirasa dalam sandiwara kehidupan
:)
"Dunia ini panggung sandiwara...." aku jadi reflek nyanyiin lagu Nike Ardila, Luk.
ReplyDeleteMakasih udah diingatkan untuk jadi lebih baik lagi
Iya kak, pas ngetik inipun aku sempat teringat lagu itu meskipun tau awalnya aja (^^;)
DeleteTerima kasih kembali kak, semoga kita bisa saling mengingatkan selagi masih di dunia yang penuh dengan sandiwara ini :)
Sebenarnya banyak diantara kita yang berdandiwara dalam menebar kebaikan, apakah kita dinilai atas kesandiwaraan kita? Adakah kebaikan yang dibangun tanpa sandiwara?
DeleteSemoga kita nantinya akan menjadi lebih baik ya. Melakukan perubahan diri dan kontemplasi diri agar lebih baik lg.
ReplyDeleteAllahumma aamiin. Sama-sama mengingatkan dan selamat menuju perubahan yang lebih baik lagi, kak :)
DeleteJadi inget cerita Mesut Oziel. Doi kan tattoan ya, padahal muslim. Ketika ditanya soal tersebut, dia cuma jawab, "Only God can judge me"
ReplyDeleteWah.. tanggapan kak Yos sendiri menenai jawabannya itu gimana, kak? (^^;)
Deletememang kita nggak tau kak, mana yang bersandiwara ataupun yang memang asli. tapi yaaa nantinya akan bergantung kepada diri kita sendiri, bagaimana memposisikannya dalam kehidupan
ReplyDeletehalah, aku ngomong opo toh
Iya kak, rasanya lagu yang mengandung lirik bahwa "dunia ini panggung sandiwara" memang tidak sepenuhnya salah (^^;)
DeleteMakanya aku ngga berniat menjadi pengacara karena ngga tau klien kita itu sedang bersandiwara atau ngga :(
*ehh, malah OOT
hayuks nyanyiiiii
DeleteHidup ini memang sandiwara.. apakah cintanya juga sandiwara
ReplyDeleteMasih jadi misteri...
Duh, kata "nya" yang dimaksud tuh yang mana kak?
DeleteBisa kali langsung di-cc orangnya :p *ups
belum di cc udah diblock duluan
Deletekaya belum pdkt udah ditolak duluan
nyessssss
hidup penuh dengan panggung sandiwara. Bagaimana kita pintar pintar memainkan peran dalam kehidupan
ReplyDeleteYap, selamat menjalankan peran di panggung dunia yang penuh dengan sandiwara ini kak! ;)
DeleteJadi? Bagaimana sebaiknya kita berperan?? Apakah jadi baik? atau sebaliknya? karena keseimbangan harus ditemukan.. jika semua orang baik? lalu siapa yang jadi penjahatnya??
ReplyDeleteBerperan sebagaimana ketentuan serta aturan Hukum yang berlaku, baik itu hukum Agama dan juga hukum Negara :)
Delete*uhuk* anak hukum ceritanya (^^')v
Tapi jangan bersandiwara menjalaninya. :)
ReplyDeleteYap, nikmati tapi jangan merasa terpaksa ^^/
Delete"Dunia ini panggung sandiwara... (gak tau lagi terusannya)."
ReplyDeleteHahaha.
Ada yang aku setuju dan gak setuju, sih. Wajarlah, ya. Aku bukan orang yang menganggap kesedihan, kegagalan, atau hal buruk lainnya adalah sandiwara. Sebagai anak teater, aku tau kalau sandiwara itu sementara, selo aja nanti juga lewat. Nah, aku gak pengin kayak gitu. Aku menganggap hal-hal buruk itu adalah cambuk. Mungkin kita hanya beda penyebutan istilahnya aja kali ya.
Aku termasuk juga yang gak mudah percaya sama orang lain, ya karena itu... penuh sandiwara. Kalau belum kenal deket banget atau tau kelakuannya banget, gak mau nilai apa-apa dulu. Kecewa nanti. :))
Iya kak, akupun ngga gitu hapal ^^'
DeleteWah, terima kasih kak.. seringkali perbedaan cara pandang dan pola pikir bisa menjadi inspirasi *o*/
Sekitarku banyak banget yang memasang topeng yang jenisnya juga banyak. Klo ketemu si A pake topeng B. Klo ketemu B pake topeng C. Pinter pinternya kita deh nyari tahu orang ininlagi beneran atau pake topeng hehehe
ReplyDeleteNah, sedih yaaa ketika kita tau kalau sikap seseorang di depan A atau B atau C atau yang lainnya itu beraneka macam.. terlebih lagi ketika dari sikapnya ada yang saling bertolakbelakang :(
DeleteSesungguhnya, kehidupan ini emang gak usah diambil hati. Sandiwara dimana-mana. APalagi issue soal Jakarta yg baru2 ini terjadi. Sandiwara berat tuh!
ReplyDeleteYap, cukup nikmati dan berperan sebagaimana ketentuan serta aturan yang berlaku saja yaaa kak ;)
DeleteSelamat melanjutkan peran di panggung kehidupan! :3
Saya kurang setuju, deh, kalau menganggap kegagalan sebagai suatu sandiwara. Sebaliknya, jika harus diumpamakan, sebaiknya kesuksesan lah yang dianggap sandiwara.
ReplyDeleteKalau gagal itu sandiwara, kita cenderung akan masa bodo, ga mau "berperan" lebih banyak, toh sandiwara ini, kan?
Emm, gimana sih.
Ehh? Gimana yaaa?
DeleteSebelumnya berpikir seperti itu karena merasa kalau kita harus yakin bahwa setelah gagal ataupun hal buruk tuh terjadi, nantinya akan ada hal baik yang sudah menanti ._.
Tapi setelah baca komen kak dhika, seketika jadi ikut mikir lagi ^^'a
Mungkin ada perbedaan sudut pandang yaa (^^;)a
ReplyDeleteSetuju. Sebagai manusia kita harus bisa berperan sbg penebar manfaat untuk makhluk hidup lain. Meski sering dianggap sandiwara, menebar manfaat wajib hukumnya agar hidup tak sia-sia.
Iya kak, usah terlalu mengambil hati terhadap pandangan oranglain kepada kita. Selama yang dilakukan sesuai dengan ketentuan serta aturan hukum Agama dan juga hukum Negara maka kenapa harus ragu untuk berbuat baik? :)
DeleteAku kdg mash suka liat org dr penampilan. Habis itu sadar, emang aku siapa berani ngejudge orang? Kudu sadar diri krn dunia ini cuma panggung
ReplyDeleteIya kak, kadang kalau ada keinginan menilai orang dengan pandangan kurang bagus, maka kita harus mengembalikan kepada diri kita juga.. "udah bagus belum yaaa kitanya?" :(
DeletePernah mengalami salah menilai orang dari penampilan.
ReplyDeleteDan setelah itu, saya istighfar 100 kali.
Berusaha meminta maaf pada seseorang tersebut melalui sang Pemilik Hidup.
Mashaallah..
Lancang benar hati dan pikiran ini.
Anggap aja dunia ini sandiwara, kita lakonnya, Tuhan penulis skenarionya. Tapi jujur, ketika kondisi lagi down banget, aku sering menyalahkan keadaan. Dan berharap ini cuma mimpi. Tapi-tapi.. ini nyata, ini bukan sandiwara. Huhuhu..
ReplyDeleteagak berat ya baca postingannya -_-
ReplyDelete