Oleh.
Ust. Abdul Wahid, Lc, M. E. I
(Dengan beberapa ringkasan serta tambahan kata-kata dari saya pribadi)
Sisi-sisi bagi umat muslim:
- Lingkungan keluarga
"Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan." (QS. At-Tahrim : 6)
- Masjid
“Hanyalah yang
memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut
(kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang
mendapat petunjuk.”
(QS- At-Taubah : 18)
- Sekolah, Kampus, atau Majelis
“Hai
orang-orang yang beriman, apabila dikaakan kepadau, ‘Berlapang-lapanglah dalam
majelis’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan member kelapangan untukmu. Dan
apabila dkatakan, ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-Mujadillah : 11)
Apa saja yang
harus dipersiapkan oleh pelajar atau mahasiswa sebagai kader dakwah?
- MENTAL >>> Kita harus siap segala macam pemahaman yang mungkin akan berlainan, bahkan bertentangan.
- NIAT >>> Kalau niat sejak awalnya sudah ngga benar, maka untuk ke depannya akan menjadi ngga benar juga. Naudzubillah.
Sebaiknya mengucapkan niat sebelum melaksanakan suatu hal, ketika melaksanakan hal tersebut, serta setelah melaksanaan hal itu.
Apakah ILMU
yang kita cari?
- “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, yang Menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali-Imran : 18)
- “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhan-nya? Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang yang berakal-lah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar : 9)
Nah, ilmu yang
kita cari tuh jangan sampai membuat
kita melupakan-Nya!
Inti dari
sebuah ilmu adalah… “RASA TAKUT”
“Dan mereka
berteriak di dalam neraka itu, ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami
mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan.’ Dan
apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi
orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi
peringatan? Maka rasakanlah (Azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim
seorang penolong pun.” (QS. Faathir : 37)
Maka,
sebaik-baik ilmu adalah yang merupakan wahyu, berasal dari Allah yaitu
Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Dikatakan
bahwa, sungguh HINA jika seorang anak menyia-nyiakan segala peluh dan
perjuangan seorang ayah. Karena beliau-lah yang bertanggung jawab atas
keluarganya, serta atas hartanya. Tidak sedikit pula remaja ataupun anak-anak
yang dalam usia menuju dewasa bahkan anak yang kiranya masih di bawah umur
seringkali lebih mengutamakan untuk menjaga komunikasi dengan teman-teman ataupun
orang yang bukan mahramnya melalui segala macam media sosial atau messenger (seperti: What’sApp, Line,
WeChat, KakaoTalk, Y!Mail, Facebook, Twitter, Mig33, dan sebagainya). Mereka
dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengakses itu semua. Dan sebagian
besar dari mereka menghabiskan waktu untuk berbincang atau chatting dengan teman mereka atau semacamnya, bukan kepada orangtua
mereka yang seharusnya lebih mereka utamakan dari itu semua. Mereka lebih
mengkhawatirkan orang lain, bukan orangtua mereka, seperti bertanya “sudah
makan atau belum?” dan sebagainya. Pernahkah kita bertanya kepada Ayah atau
Ibunda kita, apakah mereka sudah makan? Coba tanyakan hal tersebut pada pribadi
masing-masing…~
Ada 2 kisah
masyhur yang dapat kita teladani:
- Di suatu Universitas ada seorang dosen yang merupakan seorang pemikir yang luar biasa. Beliau telah menyalurkan pemikiran-pemikiran hebatnya ke dalam sebuah buku karyanya. Suatu ketika beliau mengatakan bahwa tak seharusnya umat Islam merasa kesal atas berbagai aksi pembakaran Al-Qur’an yang telah terjadi dibeberapa negara. Beliau melanjutkan bahwa Al-Qur’an yang sebenarnya hanya terdapat di lauh mahfuzh, beliau bahkan sampai menertawakan hal tersebut. Di saat yang bersamaan pula ada seorang mahasiswa yang dengan percaya dirinya, dia menghampiri sang dosen. Mahasiswa tersebut mengambil buku hasil karya sang dosen lalu meludahinya, kemudian menginjak buku tersebut di hadapan sang dosen dan rekan-rekannya. Tanpa pikir panjang, sang dosen pun marah dan memaki-maki mahasiswa tersebut atas apa yang telah dia lakukan. Dengan santainya mahasiswa tersebut berkata, “Mengapa Bapak marah karena saya menginjak buku karya Bapak?”. Sang dosen pun menjawab, “Jelas saja saya marah atas apa yang telah kamu lakukan terhadap buku itu, karena itu adalah buku yang berisi segala hasil pemikiran saya.” Mahasiswa tersebut pun menjawab, “Tidak seharusnya Bapak marah bahkan sampai memaki-maki saya karena ini hanya sebuah buku, sedangkan pemikiran Bapak hanya ada dalam otak Bapak.” Dan dalam waktu yang cukup singkat, sang dosen pun segera merapikan segala barang bawaan beliau lalu meninggalkan ruangan dengan rasa malu. Subhanallah :’)
- Suatu ketika ada seorang Ustadz dan pende** sedang melakukan percakapan. Sang pende** pun berkata, “Para penganut Agama Islam itu bodoh karena mereka menyembah apa yang tidak berwujud dan tidak nyata. Berbeda dengan agama saya yang menyembah ‘sesuatu’ yang benar-benar nyata.” Kemudian sang Ustadz pun beranjak dari tempat duduknya untuk membuat secangkir teh dengan gula yang agak dilebihkan. Kemudian Ustadz tersebut memberikan teh itu kepada pende**, kemudian sang Ustadz menanyakan bagaimana rasa teh tersebut. Maka pende** itu pun berkata bahwa teh yang diminumnya manis. Sang Ustadz bertanya sekali lagi dengan pertanyaan yang sama, maka pende** tersebut tetap berkata bahwa teh yang diminumnya itu manis. Kemudian sang Ustadz meminta pende** untuk menggambarkan bagaimana rasa manis yang ia maksudkan. Terdiam. Pende** itu berulang kali berkata bahwa teh itu manis, kemudian terdiam. Dan pada akhirnya sang Ustadz pun berkata bahwa Rabb yang disembah oleh umat Muslim itu seperti rasa manis yang dikatakan pende**. Yaitu merupakan sesuatu atau Dzat yang tidak dapat dilukiskan serta digambarkan secara nyata, tetapi itu tuh ada dan terasa secara nyata. Subhanallah :’)
Mari rumuskan
kesimpulan dalam kedua kisah yang subhanallah
tersebut :’)
Salah satu
poin yang cukup penting dari kedua cerita tersebut adalah “Kepercayaan diri seorang muslim itu harus terbina.” Dan itu hanya
merupakan salah satu hikmah yang dapat kita simpulkan. Al-Qur’an dan As-Sunnah
yang merupakan kunci utama yang memang harus kita jaga serta tanamkan dalam
diri kita masing-masing.
Ada seorang pende** yang mengatakan, “Hilangkan
Al-Qur’an dari dalam dada seorang muslim, maka itulah kehancuran muslim yang
sesungguhnya.” Nah, terlihat jelas dari kalimat tersebut bahwa Al-Qur’an
merupakan kunci utama umat Muslim. Ialah sebagai pedoman serta petunjuk dalam
kehidupan untuk senantiasa menuju ke jalan-Nya. Maka apabila seorang Muslim
tidak menanamkan nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Qur’an, bersiaplah dia
untuk merasakan yang namanya kehancuran. Naudzubillah. Semoga kita bukan
merupakan golongan yang seperti itu.
Kembali lagi
kepada ilmu, dalam menuntut ilmu itu kita harus memperhatikan ADAB. Sebagai
contoh, seorang guru. Beliau adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang juga sebagai
panutan serta teladan bagi muridnya. Apabila guru bersikap terlalu hedonis,
maka secara otomatis muridnya akan bertindak jauh lebih hedonis. Maka hati-hatilah
dalam bertindak dan selalu waspada akan segala hal yang terjadi di sekeliling
kita. Usahakan agar kita yang dapat membaur dengan sesama, jangan sampai
melebur atau terbawa oleh arus yang dapat membawa kita kepada kehancuran.
Kemudian sebagai seorang murid, kita tuh harus tetap hormat terhadap guru kita.
Siapapun beliau dan seperti apapun beliau. Pokoknya jangan mau kalah sama 'KUNG
FU PANDA' yang begitu mempunyai rasa hormat kepada gurunya.
Akidah yang
benar itu tidak dapat menentukan bahwa orang yang memiliki akidah tersebut akan
selalu benar. Tak menutup kemungkinan pula bahwa akidah seseorang itu memang
tepat, tetapi orang tersebut tidak dapat menerapkan akidahnya sesuai dengan
ilmu yang dia miliki. Dapat dikatakan bahwa dia hanya sekedar tau saja.
Nah, oleh
karena itu.. Dalam menuntut ilmu, kita harus memperhatikan hal-hal berikut:
- Dimana kita dapat menerapkan ilmu itu?
- Pada saat apa ilmu itu harus kita terapkan?
- Bagaimana cara menerapkan ilmu tersebut?
Lalu, apakah
selesai pencarian kita akan ilmu dengan sebatas penerimaan ijazah?
Tentu saja
TIDAK !!!
Tugas kita
sebagai mahasiswa sekaligus sebagai generasi penerus bangsa adalah untuk
mengembalikan segala macam pandangan, pemikiran serta pemahaman dari
orang-orang terdekat dan orang-orang di sekitar kita agar dapat sama-sama
menuju ke suatu jalan yang benar-benar diridhai-Nya. Suatu hal penting yang
harus diingat adalah AMANAH. Sesungguhnya AMANAH itu yang harus kita jaga, dan
AMANAH itu bukan hanya berupa lembaran-lembaran.
Semoga
bermanfaat dan dapat memotivasi kita untuk lebih MANTAB ke depannya ;;)
*aamiin
allahumma aamiin~
Asik jjuga ni tulisan..., kayaknya butuh 4 jam nulis artikel ini .
ReplyDelete