Wednesday, March 16, 2016

Bagian 3: Shadow Economy

Bismillahirrahmanirrahim.

...

"Sekali lagi, Bapak Calon Presiden, aku tidak datang untuk minum. Dan jelas sekali, aku tidak datang untuk berbasa-basi." Suaraku menggantung di ruangan.

Orang dengan kemeja putih itu terdiam. Hanya sebentar, kemudian kembali tersenyum hangat -khas seseorang yang pandai mengendalikan diri. Aku tau, keahlian itu sangat diperlukan bagi seseorang yang bertarung memperebutkan suara orang terbanyak.

"Baiklah kalau begitu. Apa yang bisa kubantu? Aku baru saja menerima agenda ini. Sangat mendadak, terus terang. Aku seharusnya berkampanye di kota penting siang ini. Tapi penasehat ekonomiku mendesak, bilang pertemuan ini serius. Apakah ini soal dana kampanye? Dukungan dari para pengusaha?" Orang berkemeja putih diam sejenak, tersenyum, "Oh ya, bahkan aku belum berkenalan. Siapa nama Anda?"

"Orang-orang memanggilku si Babi Hutan." Aku menjawab datar.

Kali ini ruangan itu lengang. Ekspresi wajah orang berkemeja putih benar-benar berubah sekarang. Dia tidak tahan lagi, menoleh ke arah penasehat ekonominya dengan wajah masam, "Apakah ini lelucon? Siapa orang ini? Bagaimana dia menyela semua kesibukan dan bertingkah tidak sopan di depanku?"

"Tidak ada yang sedang melucu saat ini, Bapak Calon Presiden." Aku yang menjawab, "Anda bertanya siapa namaku dan aku menjawabnya dengan akurat, Si Babi Hutan. Di mana letak tidak sopannya?"

Orang dengan kemeja putih menatapku, terdiam.

"Orang-orang terdekat juga menyebutku Bujang. Siapa nama asliku? Itu tidak penting, hanya orangtuaku yang tahu. Siapa aku? Nah, itu pertanyaan menarik. Aku adalah jagal nomor satu di keluarga Tong. Aku hanya meminta waktu Anda tiga puluh menit dan Anda hanya punya dua pilihan atas hal itu. Membatalkan pertemuan ini, berangkat menuju kota penting tempat Anda hendak kampanye semula, atau berbesar hati mendengarkan. Dua-duanya punya resiko. Tapi saranku, sebaiknya pilih opsi yang kedua. Itu pilihan terbaik. Sama dengan nomor pemilihan Anda, bukan?"

...

...

...

...

...

"Baik. Tiga puluh menit telah habis. Terimakasih atas waktunya." Aku berdiri menjulurkan tangan.

Orang berkemeja putih lengan panjang itu patah-patah ikut berdiri, menyeka dahinya yang berkeringat, gemetar menerima tanganku.

"Semoga sukses dengan pemilihan Anda. Selamat siang."

Aku mengangguk untuk terakhir kali -juga ke arah penasehat ekonominya, kemudian melangkah meninggalkan ruangan itu.

...

...

...

Ruangan itu kembali lengang. Orang berkemeja putih lengan panjang terduduk di atas kursi, mengembuskan napas. Ia meraih perlahan kartu nama berwarna putih di atas meja jati, membaca namaku di atasnya, "Si Babi Hutan", dengan empat angka di bawahnya. Nomor telepon genggamku.
______

Bagian 3: Shadow Economy -"Pulang"

No comments:

Post a Comment