Monday, July 4, 2016

Ternyata Ini Adalah Rintikan Hujan Salju

Bismillahirrahmanirrahim.

Ternyata benar, untuk menghasilkan suatu tulisan perlu menunggu momennya. Meskipun ngga bisa dipungkiri juga bahwa sebenarnya tiap saat pasti ada momen yang terjadi dalam hidup kita, hanya saja seringkali manusianya yang kurang peka. Ckck.

Pagi ini ternyata dihadirkan dengan kesedihan. Suatu hal yang sebelumnya memang tidak diharapkan. Illahi Rabbi, jadikan kami hamba-Mu yang tetap berada dalam koridor ketaatan. Semoga kami dapat mengambil hikmah dalam tiap kejadian.
Allahumma aamiin.

Hujan itu mengingatkan akan ketakutan. Rasa khawatir yang berlebihan terhadap suatu kejadian. Terkadang justru hilang dan menjauh dari ingatan. Illahi Rabbi, jaga dan berikan kami kekuatan..

Ketika hujan sudah terlanjur datang. Aneka macam pikiran semakin meradang. Seketika teringat tempat untuk pulang. Tetapi bagaimana jika perbekalan kita masih kurang?

Istighfar.

Mengenai salju..
Sebelumnya aku hanya satu kali pernah bercerita tentangnya.
Adalah sapaan pelepas rindu yang tiada terkira.
Yang bahkan sampai dengan hari inipun belum benar-benar tersampaikan padanya.
Sudahlah, tidak mengapa :)

Butir-butir kecil yang mulai jatuh perlahan.
Menjadi saksi bisu akan kisah tak terlupakan.
Kisah pengantar yang kehadirannya tak diinginkan.
Semoga darinya kita dapat mengambil pelajaran.

Berikutnya tentang rindu.
Beberapa hari ini ada perasaan yang hadir dalam kalbu.
Tanpa jelas kemana rasa itu tertuju.
Illahi Rabbi, semoga kami senantiasa dalam penjagaan-Mu.
Dan tetap pada ajaran-Mu, duhai Dzat Yang Maha Satu.

"Kau sudah berjuang keras...", sanjungku pada diri ketika itu.
Ketika tanah belum menggumpal menjadi batu.
Ketika air laut itu masih jelas berwarna biru.
Ketika langit cerah, tiada kelabu.
Ketika rintikan hujan belum berubah menjadi salju...

Kemudian, untuk selanjutnya bagaimana?
Apakah tanah, laut dan langit akan kembali seperti sediakala?
Apakah salju akan pergi dan menghilang begitu saja?
Akankah rintikan hujan menjadi seperti sebelumnya?
...

Rangkaian kata ini belum benar-benar berakhir.
Rasanya masih ada hal yang belum 'ikut' terukir.
Selanjutnya, perkenankan diri ini untuk kembali berpikir.
Sehingga diri ini tak menjadi hamba yang menyalahkan takdir.

...

Teruntuk kau Yang Terkasih,
Aku ingin mengucapkan terimakasih
Atas segala macam hal yang kau kasih
Sungguh.. Engkaulah sebaik-baik Maha Pengasih

2 comments:

  1. Aduh keren banget ini. Aku merasakan yg sama. Rimanya mantep euy

    ReplyDelete
  2. Duh, kakent :')
    Suatu kehormatan loh mendapat komentar dari salah seorang penyair hebat :') *terharu

    ReplyDelete