Saturday, April 30, 2016

Sekilas tentang Surah ke-31 dalam Al Qur'an

Bismillahirrahmanirrahim.

Ada salah satu nasyid yang sampai dengan hari ini belum pernah diputar kembali. Serangkai irama syahdu sebagai pengantar dalam perjalanan. Bukan karena tak beralasan. Hanya saja, rangkaian kata pada lirik bahkan judulnya seolah memunculkan suatu ingatan. Secara tak langsung berdampak pada rangkaian lirik lainnya yang juga memiliki suatu kesamaan. Kepergian yang rasanya tak begitu saja dapat dilupakan. Mungkin diri ini harus terus belajar agar bisa lebih mencintai kehilangan :')

Kali ini teringat akan surah ke-31 dalam Al Qur'an, Luqman.

Apakah Anda mengenal Luqman AL-Hakim?

Luqman adalah nama hamba yang Allah jadikan namanya menjadi nama di salah satu surat di Al-Qur'an karena sifat beliau yang amat bijak dan takwa yang dimilikinya serta bagaimana beliau mendidik anaknya agar menjadi pribadi muslim yang setia kepada Allah.

Dalam suatu riwayat, Luqman adalah cicit Azar, ayahnya Nabi Ibrahim as. Luqman hidup selama 1000 tahun, ia sezaman bahkan gurunya Nabi Daud. Sebelum Nabi Daud diangkat menjadi Nabi, Luqman sudah menjadi mufti saat itu, tempat konsultasi dan bertanya Nabi Daud as.

Luqman dijuluki sebagai Ahlul hikmah, mungkin kita sudah sering mendengar hikmah, namun pada kenyataannya kita sering meleset akan arti hikmah tersebut.
Hikmah adalah kemampuan memecahkan masalah dan mampu mencari solusi yang terbaik dari suatu masalah, sehingga hasil dari hikmah itu adalah kemaslahatan bagi orang tersebut. Adapun syarat seseorang dapat memiliki kemampuan untuk memiliki hikmah yang baik adalah kuatnya ibadah kepada Allah serta ilmu yang tinggi, ini terbukti Luqman menjadi guru dari seorang Nabi Daud

Surah Luqman ayat 12 sampai 19.

Kisah ini dibuka dengan penekanan Allaah bahwa Luqman itu orang yang diberi hikmah, orang arif yang secara tersirat kita diperintahkan untuk meneladaninya "walaqod ataina luqmanal hikmah..."

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." ― QS. Luqman : 12

Apa bunyi ayat yang kemudian muncul?

Ayat 13 lebih TEGAS menceritakan bahwa Luqman itu berkata kepada anaknya,

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah (syirik) adalah benar-benar kedzaliman yang besar". ― QS. Luqman : 13

Ini merupakan bentuk tindakan preventif atau pencegahan yang divaliditas dalam Al-Qur'an.

(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui." ― QS. Luqman : 16

"Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)." ― QS. Luqman : 17

"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." ― QS. Luqman : 18

"Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai." ― QS. Luqman : 19

Sampai pada ayat 19, ada 4 kata “laa” (JANGAN) yang dilontarkan oleh Luqman kepada anaknya, yaitu
“laa tusyrik billaah”, 
“fa laa tuthi’humaa”, 
“wa laa tusha’ir khaddaka linnaasi”, dan
“wa laa tamsyi fil ardli maraha”

Luqman tidak perlu mengganti kata “jangan menyekutukan Allah” dengan (misalnya) “esakanlah Allah”. Pun demikian dengan “Laa” yang lain, tidak diganti dengan kata-kata kebalikan yang bersifat anjuran. 

Ketika timbul pertanyaan, Mengapa Luqmanul Hakim tidak menganti "JANGAN" dengan "diam/hati-hati"? Maka secara sederhana dapat dijawab karena ini merupakan bimbingan Allah. Perkataan "jangan" itu mudah dicerna oleh anak, sebagaimana penuturan Luqman Hakim kepada anaknya.

Luqman bukan nabi, tetapi namanya diabadikan oleh Allah dalam Kitab suci karena ketinggian ilmunya. Dan tidak satupun ada nama psikolog kita temukan dalam kitabullah itu.

Kata "jangan" memang dapat diartikan secara positif dan/atau negatif. Hanya saja, membuang kata “jangan” justru menjadikan anak hanya dimanja oleh pilihan yang serba benar.
» Ia tidak memukul teman bukan karena mengerti bahwa memukul itu terlarang dalam
agama, tetapi karena lebih memilih berdamai. 
» Ia tidak sombong bukan karena kesombongan itu dosa, melainkan hanya karena menganggap rendah hati itu lebih aman baginya.
» Dan... kelak, ia tidak berzina bukan karena takut adzab Allah, tetapi karena menganggap bahwa menahan nafsu itu pilihan yang dianjurkan orang tuanya. 

Nas alullaaha salaman wal 'afiyah.

Anak-anak hasil didikan tanpa “jangan” berisiko tidak punya “sense of syariah” dan keterikatan hukum. Mereka akan sangat tidak peduli melihat kemaksiatan bertebaran, tidak perhatian lagi dengan "amar ma'ruf nahi mungkar", tidak ada lagi minat untuk mendakwahi manusia yang dalam kondisi bersalah, karena dalam hatinya berkata: "Itu pilihan mereka, saya tidak demikian". Mereka bungkam melihat penistaan agama karena otaknya berbunyi "Mereka memang begitu, yang penting saya tidak melakukannya". Itulah sebenar-benar paham yang kelihatannya ‘humanis’, toleran, dan menghargai pilihan-pilihan.

Keutamaan Luqman adalah beliau menggabungkan hikmah dan syukur menjadi karakter pendidik yang unggul. Karakter di mana ketika seorang hamba yang pandai berhikmah maka dia akan menjadi pribadi yang tenang akan setiap masalah karena tinggi ilmu yang dimiliki sehingga mudah saja memikirkan jalan keluar yang terbaik, bukan karena melupakannya. Syukur merupakan perilaku yang senantiasa meningkatkan kapasitas diri ketika nikmat di beri atasnya dan akan terus meningkatkan kapasitasnya dalam segi ibadah maupun muamalah ketika nikmat itu di tambah oleh Allah.

Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. ― QS. Luqman : 20

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". Mereka menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)? ― QS. Luqman : 21

Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. ― QS. Luqman : 22

Dan barangsiapa kafir maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu. Hanya kepada Kami-lah mereka kembali, lalu Kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati. ― QS. Luqman : 23

Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. ― QS. Luqman : 24

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah: "Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. ― QS. Luqman : 25

Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi. Sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. ― QS. Luqman : 26

Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur. ― QS. Luqman : 31

Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah. ― QS. Luqman : 33

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. ― QS. Luqman : 34

Referensi:
― surah ke-31 dalam Al Qur'an
― dakwatuna.com
― chat pada salah satu grup wasap
― salah satu lagu nasyid yang belum diputar kembali
________

"ku ingat wajahmu, teduhnya matamu
senyuman pancarkan binar harapan..."

Hari ke-106, Alhamdulillah semua terlihat dan dirasa baik-baik saja terlebih lagi DIA Yang Maha Segalanya senantiasa Memberikan Perhatian-Nya kepada kita semua sebagai hamba-Nya. Semoga aku, kamu, dia, mereka dan kita semua termasuk dalam golongan hamba-Nya yang tidak lupa untuk mengucap syukur atas segala macam nikmat-Nya sekecil apapun itu. Aamiin allahumma aamiin..

Illahi Rabbi, Kasihilah dirinya dalam kesendiriannya disana. Ampunkan dia. Sejahterakannya dengan Kuasa-Mu yang takkan pernah pudar ditelan masa. Sungguh.. hanya kepada-Mu kami berharap dan kepada-Mu pula kami kembali.

Wassalamu'alaykum.

1 comment:

  1. yosh, salam blogger kak!
    semoga bisa saling berbagi inspirasi dan berbagi semangat ;)

    ReplyDelete