Saturday, July 16, 2016

Jadikan Diri Lebih Bijaksana di tengah Perkembangan Teknologi yang Semakin Menggila

Bismillahirrahmanirrahim.

Pada kesempatan kali ini, ingin sekedar mengingatkan terkhusus untuk diri saya sendiri. Jadilah orang yang cerdas dalam memanfaatkan teknologi, bukan malah dimanfaatkan oleh teknologi.

Langsung saja..
Berikut ini salah satu bacaan yang didapat dari dua grup sekitar empat hari yang lalu...

Assalamu'alaikum 

PENTINGNYA SILATURAHIM FISIK
Bismillahirrahmanirrahim

Petikan khutbah Jumat di Masjidil Haram

PECANDU HAND PHONE

Imam Masjidil Al Haram Asy-Syaikh Su’ud asy-Syuraim dalam sebuah Khutbah Jumat beliau berkata: 
"Adakah dari kita yang tidak melihat perubahan dalam kehidupannya setelah masuknya WhatsApp, Facebook, Instagram dan yang lainnya dalam kehidupannya ?"

Bacalah ! 

Hal ini merupakan "Ghazwul fikri" yang menyerang akal. 
Namun sangat disayangkan kita telah tunduk padanya dan kita telah jauh dari dien Islam yang lurus dan dari dzikir kepada Allah.

Kenapa hati kita mengeras? 

Itu karena seringnya kita melihat cuplikan video yang menakutkan, dan juga kejadian-kejadian yang di-share..

Hati kita kini memunyai kebiasaan yang tak lagi takut pada sesuatu pun. Oleh karena itulah, hati kita menjadi mengeras bagai batu. 

Kenapa kita terpecah belah dan kita putus tali kekerabatan ?

Karena kini silaturrahmi kita hanya via WhatsApp saja, seakan kita bertemu mereka setiap hari. 

Padahal bukan begitu tata cara bersilaturrahim dalam agama Islam karena seharusnya kita perlu datang secara fisik, mengucap salam, bersalaman, membawa oleh-oleh, saling ingat mengingat kan, nasihat menasihati, saling doa mendoakan, dll.

Kenapa kita sangat sering mengghibah (ngrumpi), padahal kita tidak sedang duduk dengan seorang pun ?

Itu karena saat kita mendapatkan satu message yang berisi ghibah terhadap seseorang atau suatu kelompok, dengan cepat kita sebar ke grup-grup yang kita punya. 

Dengan begitu cepatnya kita mengghibah, sedang kita tidak sadar berapa banyak dosa yang kita dapatkan dari hal itu.

Sangat disayangkan, kita telah menjadi pecandu.

Kita makan, handphone ada di tangan kiri kita.

Kita duduk bersama teman-teman, HP ada di genggaman. 

Berbicara dengan ayah dan ibu yang wajib kita hormati, akan tetapi handphone ada di tangan pula.

Sedang mengemudi kendaraan, HP juga di tangan. 

Sampai-sampai anak-anak kita pun telah kehilangan kasih sayang dari kita, karena kita telah berpaling dari mereka dan lebih mementingkan handphone.

"Aku tidak ingin mendengar seseorang yang memberi pembelaan pada teknologi ini. 
Karena sekarang, jika sesaat saja HP kita tertinggal, betapa kita merasa sangat kehilangan... 
Ah, andai perasaan seperti itu ada juga pada shalat dan tilawatul (pembacaan) Quran kita..."

Adakah dari kita yang mengingkari hal ini?

Dan siapa yang tidak mendapatkan perubahan negatif dalam kehidupannya, setelah masuknya teknologi ini pada kehidupannya dan setelah menjadi pecandu?

Demi Allah,

Siapakah yang akan menjadi teman kita nanti di kubur ? 

Apakah HP ? 

Mari kita sama-sama kembali kepada Allah, jangan sampai ada hal-hal yang menyibukkan kita dari dien (agama) kita. Karenanya kita tidak tahu, berapa lamakah sisa umur kita.

ALLAH berfirman:
“Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit." - QS.Thoha : 124. 

Semoga handphone yang kita miliki adalah wasilah untuk kebaikan dan bukan wasilah dalam keburukan..

Jangan disembunyikan nasihat ini, agar tidak menjadi seseorang yang menyembunyikan ilmu... 

Semoga bermanfaat

***

Sekitar ba'da isya lalu sempat ada diskusi unik di salah satu grup teknologi (bukan nama grup sebenarnya). Berawal dari pertanyaan yang dilemparkan oleh sang ketua, yaitu:

"Mengapa kamu menyukai teknologi?"

Setiap orang yang tergabung dalam grup tersebut diminta untuk memberikan jawaban pada list yang telah disediakan. Dari sana juga saya sekaligus mengevaluasi diri saya sendiri, apakah saya sudah memanfaatkan penggunaan teknologi dengan sebaik mungkin? apa yang menjadi alasan saya menggunakannya? kebutuhan? biar ngga kudet? biar dibilang gawl *pake w* atau....? apakah sejauh ini penggunaan teknologi yang saya lakukan masih dalam batasan yang wajar atau....? Tentunya saya bertanya kepada diri dan berusaha menjawabnya sesuai dengan tanggapan dari penghuni grup lainnya.

Hal ini juga berkaitan dengan pembahasan pada hari sebelumnya di grup lainnya mengenai penyebaran informasi yang belum dapat dipastikan ke-valid-annya atau dapat dikatakan hoax. Maka, sudahkah diri ini menjadi netizen yang cerdas dalam memilah informasi? Sudahkah melakukan klarifikasi sebelum dipublikasi?

Masih berkaitan dengan bacaan di atas. Seketika diri ini teringat akan suatu hal yang terjadi beberapa tahun lalu. Ketika itu saya tengah duduk di bangku kelas XII atau sama dengan kelas tiga SMA. Di samping ikut organisasi serta kegiatan di kalangan pelajar (internal ataupun eksternal ruang lingkup sekolah), saya juga sedang gencar-gencarnya aktif di beberapa komunitas. Kali ini ngga akan bahas lebih lanjut mengenai komunitas yang dimaksud.

Siang itu nongkrong di NQ bersama salah seorang kawan, sebut saja NN. Sambil mengisi waktu luang, saya sempat sibuk bergulat dengan papan keyboard handphone (ketika itu belum hitz yang namanya touchscreen) untuk membaca dan berbagi cerita dengan beberapa kawan komunitas. Nah, NN tuh sempat bilang: "Ki, aku iri deh sama hape kamu. Dia diperhatiin terus sama kamu..."

*terdiam sejenak*

Kalimat sederhana yang begitu jleb bahkan sampai dengan hari ini masih saya ingat. Nasehat sekaligus teguran ketika itu, tentunya saya yakin bahwa dia ingin agar saya dapat introspeksi dan berusaha berbenah diri. Terimakasih yaaa kamu, iya.... kamuuuu... :')

Rasanya ngga beda jauh juga dengan chat yang malam lalu saya dapatkan. Nasehat sekaligus teguran yang pada dasarnya memiliki kesimpulan yang sama, hanya saja dikemas dengan bahasa yang berbeda. Untuk malam inipun terimakasih banyak, termasuk kepada beliau beliau sebagai perantara yang DIA kirimkan untuk mengingatkan saya melalui chat di dua grup berbeda sekitar empat hari lalu. Terimakasih banyak :')

Yaaa, itulah..
Seringkali diri ini lepas kendali sehingga dengan begitu mudahnya justru dikendalikan oleh benda mati. Iya, tak bernyawa tetapi begitu memperdayakan. Dalam kasus ini, saya akui bahwa tidak hanya sekali-duakali-tigakali dikalahkan oleh perangkat kecil, tipis dan tak bernyawa itu.

*istighfar*

Oleh karenanya, yuk sama-sama berusaha menjadi manusia yang bijaksana dalam menjalani kehidupan di dunia yang fana ini. Termasuk bijaksana dalam menempatkan diri. Jangan sampai diri ini dikendalikan oleh perkembangan teknologi yang terjadi. Jangan sampai adanya teknologi justru benar-benar menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang sebenarnya jauh. Mari saling mengingatkan dalam kebaikan.

Terakhir,
Kepada siapa saja yang berada dimana saja dan sebelumnya telah saya rugikan atau kecewakan, mohon maafkan atas segala macam salah dan kekhilafan. Semoga diri ini dapat lebih berbenah dan menuju perbaikan.

Salam sehat dan SEMANGAT!

5 comments:

  1. Terima kasih sudah di ingatkan mbak.. Sekarang memang lg pada kecanduan medsos.. Semoga kita tidak trkena dampak buruk
    #blogwalkingan
    tinulis(dot)com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, kak.. semoga kita bisa menjadi manusia yang cerdas dan bijaksana dalam memanfaatkan teknologi yang kian berkembang *aamiin Terimakasih kembali, kak. Saling mengingatkan ^_^/

      Delete
  2. Iya, kak.. semoga kita bisa menjadi manusia yang cerdas dan bijaksana dalam memanfaatkan teknologi yang kian berkembang *aamiin
    Terimakasih kembali, kak. Saling mengingatkan ^_^/

    ReplyDelete
  3. Terima kasih Lucky tulisannya bisa bermanfaat terus.. Semangat menebar kebaikan dalam tulisan tulisan luar biasa. ~

    ReplyDelete
  4. Terima kasih Lucky tulisannya bisa bermanfaat terus.. Semangat menebar kebaikan dalam tulisan tulisan luar biasa. ~

    ReplyDelete