Wednesday, July 13, 2016

Kesan Singkat: Sabtu Bersama Bapak

Bismillahirrahmanirrahim.


“Jika ingin menilai seseorang, jangan nilai dia dari bagaimana dia berinteraksi dengan kita, karena itu bisa saja tertutup topeng. Tapi nilai dia dari bagaimana orang itu berinteraksi dengan orang-orang yang dia sayang.” ― Adhitya Mulya, Sabtu Bersama Bapak


Hm.. ngga pernah terpikir sebelumnya untuk me-review sebuah film, apapun itu. Tetapi memang ketika beres nonton (film lain) bersama sepupu beberapa hari lalu tuh sempat berniat untuk memberi tanggapan terhadap film yang ternyata bisa ditonton malam ini.



:)


Sebuah film yang diangkat dari sebuah novel yang dapat terbilang sukses. Menceritakan tentang hadirnya seorang kepala keluarga yang memberikan pendidikan, pengajaran serta bimbingan melalui video yang secara rutin diputar pada hari Sabtu. Mengapa Sabtu???

*kemudian hening*

“Hai, Satya! Hai, Cakra!” Sang Bapak melambaikan tangan.
“Ini Bapak. Iya, benar kok, ini Bapak..



Bapak cuma pindah ke tempat lain.
Gak sakit.
Alhamdulillah, berkat doa Satya dan Cakra. 

Mungkin Bapak tidak dapat duduk dan bermain di samping kalian. 

Tapi, Bapak tetap ingin kalian tumbuh dengan Bapak di samping kalian.
Ingin tetap dapat bercerita kepada kalian.
Ingin tetap dapat mengajarkan kalian.
Bapak sudah siapkan...

***
Film SABTU BERSAMA BAPAK bercerita tentang Gunawan, suami dan bapak dari keluarga Garnida. Dia memiliki seorang istri bernama itje dan dua orang anak bernama Satya dan Cakra. Hidup mereka berubah ketika Gunawan tahu, dia hanya memiliki satu tahun lagi untuk hidup. Dia khawatir tidak dapat membimbing kedua anak hingga dewasa. Dia khawatir membiarkan sang istri mendidik mereka sendiri. 

Gunawan memutuskan sesuatu. Kematian boleh membawanya pergi, tetapi kematian tidak dapat membatasinya dari menyayangi kedua anak. Ia membuat banyak rekaman berisikan pesan-pesan untuk kedua anaknya. Setelah Gunawan berpulang, sang istri memutuskan agar kedua anak dapat bertemu sang bapak satu kali seminggu, setiap hari Sabtu. 

Kehidupan mereka berlanjut. Dengan mengikuti pesan sang bapak, Satya selaku anak pertama terlalu kaku dengan pemikirannya sehingga terasa ada jarak dengan istrinya. Mengikuti pesan sang bapak pula, Cakra fokus bertahun-tahun menyiapkan materi sehingga lupa menyiapkan diri untuk mencari pasangan. Itje, sang ibu, menyimpang sebuah rahasia dan tidak ingin diketahui oleh kedua anaknya. Baginya ketika anak-anaknya kecil tidak menyusahkan dirinya, sehingga iapun tak ingin menyusahkan mereka...
***
Jujur saja, saya sendiri belum pernah membaca novelnya. Ketika mendengar judul film yang akan tayang di bioskop pada momen lebaran ini rasanya sudah tertarik untuk melihat. Seperti rasa penasaran sekaligus 'ingin mengenang' bercampur-baur menjadi satu.


Ini adalah sebuah cerita. Tentang seorang pemuda yang belajar mencari cinta. Tentang seorang pria yang belajar menjadi bapak dan suami yang baik. Tentang seorang ibu yang membesarkan mereka dengan penuh kasih. Dan…, tentang seorang bapak yang meninggalkan pesan dan berjanji selalu ada bersama mereka.

Secara keseluruhan, ini bagus, keren, menarik dan memang tidak sedikit nasehat serta motivasi yang dapat kita ambil untuk kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Hanya saja...
Mohon maaf, rasanya ada beberapa bagian yang kurang pantas untuk ditayangkan. Tidak ingin berkomentar mengenai ini, tetapi rasanya harus. Bagaimana tidak, film ini merupakan tontonan untuk Semua Umur (SU) ― dari tulisan yang terpampang pada bagian penjualan tiket di bioskop-bioskop sih gitu ― Tetapi saya sendiri 'agak' merasa kecewa dengan beberapa bagian yang juga buat saya malu ketika melihatnya. Beberapa bagian yang ngga bisa semudah itu dibilang pantas untuk semua umur. Terlebih lagi dalam ruangan tersebut tidak hanya remaja ataupun dewasa tetapi juga anak kecil yang masih di bawah umur, bahkan usia anak di sebelah saya tadi sekitar tujuh sampai sembilan tahun.

Kembali lagi, untuk keseluruhan dari film tersebut sudah baik. Bisa dibilang recommended, meskipun ngga recommended juga sih sebenarnya karena adanya beberapa bagian yang bagi saya cukup annoying juga. Sehingga mungkin kalau boleh, saya lebih menyarankan untuk membaca novelnya daripada menonton filmnya. Duh, maafkan.. ini hanya pendapat pribadi saja..

Salah satu kalimat yang cukup jleb tuh...
"Waktu dulu kita jadi anak, kita ngga nyusahin orangtua
Nanti kita sudah tua, kita ngga nyusahin anak.."

Menurut saya, Sabtu Bersama Bapak ini mengajarkan pula untuk menghargai kedua orangtua. Tidak hanya seorang Bapak yang dijadikan judul baik dalam novel ataupun film ini, tetapi juga seorang Ibu yang telah menjadi teman hidup Bapak dalam suatu keluarga.

Ayah terimakasih, ananda haturkan kepadamu
yang telah mendidik dan membesarkanku bersama Ibu

Ayah, engkaulah guruku yang terbaik sepanjang usiaku
yang telah membimbing masa kecilku meniti jalan Tuhanku

Allah semoga Kau berkenan membalas semua kebaikannya
menerimanya dan meridhainya di hadirat-Mu..

Selain itu, kita juga diajarkan agar ngga gengsi untuk meminta maaf. Kemudian berusaha untuk tidak mudah menyerah begitu saja. Dalam salah satu bagian dialognya disebutkan,
Kemenangan tuh diraih, bukan dikasih.
Kalau kurang pinter, belajar lagi biar lebih pinter.
Kalau kurang kuat, latihan lebih banyak lagi.

Sampai dengan pertengahan ketika film diputar tuh juga sempat agak kaget karena ternyata apa yang ditonton ngga sesuai dengan ekspektasi dan segala macam hal yang terlintas dalam pikiran. Pada awalnya, terhitung sejak membaca judul ketika film tersebut masih berstatus coming soon tuh merasa bahwa film ini akan melow, melankolis dan sedih-sedihan gitu... :')

Dan ternyata.... cukup salut juga dengan pihak yang memproduksi film ini karena bisa mengemas suatu film menjadi menarik. Hal menariknya disini adalah bahwa ini film yang cukup syedih, tetapi diiringi dengan 'kejutan' yang membuat alur dari film inipun ngga begitu 'flat' dan mudah ditebak (?) 

Lagi-lagi ini hanya sekedar pandangan saya terhadap apa yang telah saya saksikan. Mungkin lain orang memiliki pandangan ataupun pendapat yang lain pula. Nah, pandangan ataupun pendapat yang belainan itu justru yang membuat kita bisa saling melengkapi sekaligus menghargai. Bukan begitu? :)

Sebelum diakhiri...
Alhamdulillah, malam ini ada hal tak terduga lainnya...

Saya memiliki dua orang kakak, satunya di Depok (dalam kota yang sama) dan satunya lagi di Pontianak (Kalimantan Barat). Pukul 20.22 lalu ketika membuka grup keluarga di wasap, kakak saya yang tinggal di seberang mengirimkan sebuah gambar berupa foto empat tiket yang ternyata adalah tiket film yang sama. Ternyata beliau bersama istri dan beberapa keluarga disana-pun menonton film yang sama pada hari yang sama. Uniknya lagi, seat atau tempat duduk kamipun sama. Saya berada di baris C seat 8, dan kakak saya beserta rombongannya berada di baris C seat 7-10. Dan iyaaa, seat 8 termasuk didalamnya, bukan?

Secara ngga langsung bisa romantis juga persaudaraan kita yaaa (/ω\*)
Maha Luar Biasanya Engkau, Illahi Rabbi..
Bukan suatu hal yang penting bagi sebagian besar orang, memang.. Tetapi menurut saya hal ini adalah sesuatu yang tak bisa begitu saja dibilang biasa. Lain tempat, lain kota, lain pulau dengan film di hari dan tempat duduk yang sama. Duh, masyaaAllah..

Jika kalian menyaksikan video ini, artinya sebentar lagi kalian akan menikah. Akan menjadi kepala dari sebuah keluarga. Suami dari seorang istri. Dan Bapak dari seorang anak. Tugas Bapak membimbing kalian, selesai disini.

Tugas kalian sekarang, membimbing keluarga kecil kalian. Selalu ingatkan kepada diri kalian untuk memberikan yang terbaik bagi mereka. Karena kehadiran mreka adalah hal terbaik yang terjadi pada kalian. Sebagaimana kehadiran mama dan kalian, menjadi hal terbaik dalam hidup bapak.

Terimakasih untuk itu. Terimakasih sudah membahagiakan bapak.
Anak-anakku.. Istriku..
Maafkan semua kesalahan bapak.. Maaf..

Illahi Rabbi..
melalui rangkaian kata ini, inginku titipkan
"maaf" dan "terimakasih"-ku yang belum tersampaikan
serta sapaan hangat lainnya untuk dia yang jauh dari jangkauan
semoga Kau senantiasa Memberikannya perlindungan
sampai akhirnya kami dapat kembali disatukan
dalam jannah-Mu di hari kemudian..
Allahumma aamiin~

In YOUR dearest memories,
do you remember loving me?

Was it fate that brought us close and now leaves me behind?
A voice from the past, joining YOURS and mine
Adding up the layers of harmony
And so it goes, on and on
Melodies of life..
To the sky beyond the flying bird
– forever and on

If I should leave this lonely world behind
YOUR VOICE will still remember OUR MELODY
Now I know we’ll carry on
Melodies of life..
Come circle round and grow deep in our hearts,
as long as we remember...
___________
  • Brothers - Kenangan Bersama Ayah
  • Emiko Shiratori - Melodies Of LIfe
  • http://movie.co.id/sabtu-bersama-bapak/
  • http://www.trivia.id/post/7-kutipan-dari-buku-sabtu-bersama-bapak-yang-akan-mengubah-pandanganmu-tentang-pernikahan

3 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Ayu, bunganya bagus yah. Hahahah
    Aku setuju banget sama kamu kak. Ini film banyak pesan yang dapat diambil dan sangat sayang ada yang nggak perlu ditayangkan. Aku kadang terbawa suasana ih. Tapi karena nontonnya sama temen gokil. Aku malu kalau mataku berkaca kaca. Jadi aku tahan jaa. Wkakaka

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, iyaiya kak. Aku sekarang malah penasaran sama novelnya.. mudah-mudahan bisa terbaca juga duh (/ω\*)

      Aku sempat berkaca-kaca juga, tapi segera hilang karena filmnya juga lucu ya ampuuuunn XD

      Delete