Wednesday, May 18, 2016

Darurat Moral, Bagaimana Peran Pemuda 'Masa Kini'?

Bismillahirrahmanirrahim.

dakwatuna.com – Jakarta. Indonesia bukan lagi mengalami darurat hukum, melainkan darurat karakter bangsa. Pasalnya meski instrumen hukum Indonesia sudah lengkap, pemerintah masih mengabaikan karakter kenegarawan dalam tubuh bangsa Indonesia.


Hal itu disampaikan budayawan Garin Nugroho kepada Berita99 dalam diskusi “Indonesia, Darurat Penegakan Hukum” di Jakarta, Selasa (2/7)

MEDAN, kini.co.id – Indonesia saat ini sedang dalam kondisi darurat moral. Demikian diungkapkan Menteri Riset Teknologi Pendidikan Tinggi (Menridtek Dikti), M Natsir.

“Keadaan darurat moral itu ditandai dengan berbagai macam periistiwa dan ancaman terhadap kelangsung hidup generasi muda bangsa ini terutama bahaya narkoba yang telah merambah hampir seluruh kalangan dan profesi,” katanya saat membuka acara Nusantara Mengaji di Universitas Panca Budi (Unpab) Medan belum lama ini. Bahkan, dunia pendidikan di Indonesia saat ini dihantui degradasi moral yang mencekam. Terlebih, saat ini muncul kejadian-kejadian amoral yang terjadi.


***


Indonesia darurat Moral! *pake tanda seru*

Begitulah beberapa postingan yang muncul di timeline pesbuk ketika aku buka, lihat dan baca-baca jejaring sosial tersebut. Sumber dari beberapa postingan yang telah menghiasi halaman 'home'-nya pesbuk tersebut berasal dari salah satu fanpage yang berisi meme gitu.

Memang..

Pertama, ngga bisa mengelak juga pada kenyataan yang terjadi *halah* karena secara disadari ataupun tidak yang namanya moral ataupun tata krama di jaman sekarang ini sudah amat teramat sangat kurang sekali. Pekan lalu, salah satu mata kuliah membahas mengenai kejahatan kesusilaan yang pada kenyataannya memang sedang banyak-banyaknya terjadi. Duh, miris banget loh yaaa :"

Kedua, ketika kita membicarakan "pihak" yang berkaitan dengan permasalahan seperti ini maka siapa yang salah dan seharusnya disalahkan? Kalau kata bang napi tuh “Kejahatan bisa terjadi bukan saja karena ada niat si pelaku, tapi kejahatan juga bisa terjadi karena ada kesempatan. Waspadalah,, Waspadalah.."

Gini loh, anak-anak ataupun pemuda tuh ngga sedikit yang masih labil ataupun ikut-ikutan. Kalau seandainya apa yang mereka LIHAT, TONTON, DENGAR tuh hal-hal baik maka ngga menutup kemungkinan jika mereka akan meniru serta mencontohnya. Nah, kalau ternyata yang mereka LIHAT, TONTON dan DENGAR tuh justru jauh dari kebaikan gimana tuh? Salah siapa? Padahal dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) secara jelas disebutkan bahwa pihak yang memfasilitasi tuh juga merupakan pelaku loh, sekalipun sebutannya pelaku pasif tetapi tetap saja ikut dijatuhkan hukuman. Nah loh~

Duh, ngga mau untuk melanjutkan bagian ini deh yaaa.. karena kalau terus dan terus membahas tentang kejahatan, pelanggaran serta perbuatan melawan hukum tuh bawaannya gregetan sendiri. Aaaaa~ *mengepalkan tangan*

*uhuk*

Baiklah..
Setelah kemarin sempat menyinggung berkaitan dengan 'kejutan' di grup,
kali ini tiba-tiba teringat akan sebuah grup yang... sudah hampir benar-benar aku lupakan *halah*

Mungkin agak sedikit berkaitan juga dengan kemirisan di atas :'

Ketika itu di penghujung SMA. Aku tuh diajak bergabung ke salah satu komunitas oleh salah seorang kawan yang dikenal ketika lomba jejepangan mewakili sekolah pada awal SMA lalu. Karena sebagai murid yang ketika itu merupakan angkatan paling tua, udah gitu hanya tinggal menunggu pengumuman kelulusan saja dan bisa dibilang rada nganggur pula. Duh :'D Akhirnya bersedialah aku bergabung dengan komunitas tersebut.

Ini tuh salah satu kisah sekitar tiga tahun lalu...

Lalala, begitu banyak hal yang terjadi sejak aku dinyatakan bergabung dengan mereka. Karena terlalu banyaknya, sampai-sampai rasanya ngga perlu menceritakan secara rinci dan mendetail karena yaaa... namanya juga 'hampir' benar-benar dilupakan X'D

Adalah sebuah grup yang sebenarnya sebagian besar dihuni oleh mereka yang berada di bawah aku. Selisih usianya sekitar dua sampai empat tahun di bawah aku, meskipun beberapa diantaranya seumuran dan ada juga yang lebih tua. Salah satu hal yang membuat teringat adalah pada waktu itu saja.. mereka.. yang di bawah aku.. ngga gitu bisa yang namanya mengendalikan emosi. Duh, syedih banget ketika harus mengingatnya. Karena dari satu kata sepele saja tuh bisa menjadi panjang kali lebar kali tinggi dan bahkan berlarut-larut. Hanya dari satu kata tuh bisa menyinggung semuanya yang bahkan juga membuat mereka dengan mudahnya melontarkan kata-kata kasar yang ngga banget deh yaaa. Argh! Selama ini.. sepanjang aku bergabung dengan komunitas jejepagan tuh yaaa.. baru kali ini yang rasanya benar-benar annoying bangetz *pake z* -______-

Grr.. ketika mengakhiri paragraf di atas sadja rasanya syudah syangat syebal syekali. Bagaimana kalau harus menjelaskan mengenai siatuasi dan kondisi grup ketika itu? Duh, ngga sanggup deh -______-
Semoga aku, kamu, dia, mereka, kalian dan kita semua senantiasa menjadi hamba yang dicintai-NYA. Aamiin :'

Kembali kepada kalimat, "Indonesia darurat Moral"

Sebelum mengkhawatirkan yang lebih jauh lagi, sebenarnya ada beberapa lainnya yang juga aku khawatirkan. Baiklah, maksudnya tuh beberapa grup lainnya yang juga aku khawatirkan. Salah satu diantaranya adalah grup yang saat ini sedang sibuk menggarap suatu acara yang insyaaAllah akan diadakan sekitar bulan Oktober mendatang. Grup yang sejujurnya aku banggakan pada masanya. Duh :' *ambil tisu*

Hal seperti ini terkadang juga buat diri ini teringat akan pernyataan, "Jangan terus berada pada zona nyaman". Ini tuh salah satu pernyataan yang cukup ngena dan dalam situasi tertentu sempat dihindari. Ntah karena terlalu jleb ataupun ntahlah.. Dan untuk aku khususnya, salah satu langkah konkret yang mungkin telah aku lakukan untuk 'keluar' dari zona nyaman adalah yaaa ketika bergabung dengan grup semacam itu. Dalam hal ini boleh disebut sebagai grup duniawi :'D

*menghela napas*

Sekali lagi memang.. yang namanya penyesalan itu datangnya belakangan, karena kalau yang di awal tuh namanya pendaftaran (?)
Mungkin dalam perjalanan hidup sampai dengan saat ini tuh sempat sesekali menyesali apa yang telah terjadi ketika itu. Tetapi sebagian besar setelahnya justru bersyukur karena darisanalah diri ini mendapat pembelajaran yang begitu berarti. Semoga untuk selanjutnya ngga akan ada lagi kejadian atau peristiwa serta pengalaman hidup yang terlambat untuk disyukuri. Allahumma aamiin.

Duh, rangkaian kata ini ditulis secara spontan dan mengalir begitu saja karena 'terlanjut' dibuat gregetan dengan kabar remaja serta pemuda belakangan ini. Salah satu komentar dari postingan yang sempat aku lihat di timeline pesbuk tuh kurang lebih seperti ini, "Astaghfirullah, sudah akhir zaman.." *kemudian terdiam*

Apa yang harus dilakukan anak muda itu sama seperti yang mesti dilakukan seorang petani. Ia wajib mempersiapkan diri untuk menghadapi musim hujan. Bila ia menghabiskan seluruh hasil panennya, tentu ia akan miskin saat sudah tidak panen lagi. (Ibnu al Jauzi, Shaid Al-Khâtir)


Duhai diri..
Sebagai umat akhir zaman, jangan sampai kita justru menghabiskan sisa waktu yang dimiliki untuk 'pasrah' dengan perubahan waktu serta perkembangan zaman
Manfaatkan sisa waktu yang masih DIA beri untuk terus dan terus introspeksi serta berbenah diri karena sungguh.. kita tuh ngga tau sampai kapan kesempatan seperti ini masih dapat kita nikmati
Ngga perlu sibuk menyia-nyiakan hidup untuk mempermasalahkan orang lain, tetapi alangkah baiknya untuk mengembalikan kepada diri sendiri. Ngaca dulu deh pokoknya.
Sudah baik-kah kita? Sudah benar-kah kita? Sudah sempurna-kah kita?
Tidak ada manusia yang benar-benar sempurna, tetapi berusaha untuk menyempurnakan diri tuh bukan menjadi hal yang salah bukan?
Think smart, broh!
*menatap sinis ke depan kaca*


Jadi...
Bagaimana nasib bangsa ini ada di tanganmu, wahai pemuda!
Jangan jadi pemuda yang sia-sia deh.
Jangan jadi pemuda yang justru bikin malu deh.
Jangan jadi pemuda yang nyebelin, menyusahkan sana dan sini deh.

Aaaaa~

Yuk berbenah!
Yuk Introspeksi diri!
Yuk semangat menuju perubahan!

Salam sehat dan SEMANGAT!

No comments:

Post a Comment