Thursday, January 14, 2016

Minyak goreng aja JUJUR, masa kamu ngga?

"Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki amanah. Dan tidak ada agama bagi orang yang tidak setia pada janji." - HR. Ahmad dan Ibnu Hibban

Assalamu'alaykum.
Salam sehat dan SEMANGAT!
(ง ˙o˙)ง

Allah SWT berfirman, yang artinya: "Dan barang siapa taat kepada Allah dan Rasul (Muhammad) maka mereka bersama-sama orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah atas mereka dari para nabi, shidiqin, syuhada dan orang-orang yang shalih; dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya." - QS. An-Nisa' : 69

Salah satu hal yang membuat kita ingin menjadi orang yang shidiq atau jujur adalah karena berdasarkan ayat tersebut, balasan yang telah menanti adalah dapat disejajarkan dengan apa yang diperoleh nabi-nabi, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang shalih. MasyaaAllah :')

JUJUR
merupakan salah satu sifat yang dimiliki oleh para nabi Allah, sejak jaman nabi Adam sampai dengan nabi Muhammad SAW. Allah telah menyuruh kita untuk senantiasa berlaku jujur sehingga kita dapat dikatakan sebagai orang yang jujur.

Rasulullah SAW pernah bersabda, "Sesungguhnya kejujuran itu akan mengantarkan kepada kebaikan dan kebaikan akan mengantarkan kepada surga. Maka hendaknya seseorang senantiasa berlaku jujur sehingga ia dapat tercatat sebagai seorang yang jujur di sisi Allah." - HR. Bukhari dan Muslim

Suatu hari, ada seorang kafir yang hendak masuk Islam. Ia sangat kesulitan meninggalkan beberapa tindakan negatif yang sudah dilakukannya sejak masa kejahiliyahannya. Kemudian tahukah bagaimana Rasulullah memberi nasehat kepadanya? Ternyata Rasulullah hanya berkata singkat padanya, "Jangan berbohong!". Kalimat singkat tersebut mengandung nilai edukasi yang tinggi sekaligus mengingatkan akan pentingnya sebuah kejujuran.

Kalau ditelusuri lebih jauh, dalam semua agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia memang menganjurkan para pemeluk agamanya untuk berbuat jujur. Jujur merupakan salah satu hal yang memang begitu mudah untuk diucapkan, tetapi butuh niat serta tekad yang kuat untuk dapat di-aplikasikan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada kenyataannya tidak sedikit orang yang merasa khawatir untuk berbuat jujur, padahal jujur merupakan salah satu sifat terpuji. Mereka merasa khawatir akan resiko, dampak serta akibat hukum dari kejujuran yang mereka lakukan. Rasanya memang terdengar 'agak' bertolak belakang, tetapi itulah salah satu hal kecil yang tanpa kita sadari telah banyak terjadi di sekitar kita bahkan tidak menutup kemungkinan jika kitapun adalah salah satu diantara mereka.

Ada sebuah kalimat yang aku dapat dari salah satu buku karya Ahmad Rifa'i Rif'an: Jika kejujuran telah cacat, maka akhlak yang lain juga tercederai. Itulah sebab mengapa agama memberi prioritas terhadap sikap jujur.

Shidiq atau jujur pada diri manusia itu ada tiga macam, yaitu:

- Jujur pada niat.
Orang yang hatinya shidiq, ketika ia berbuat kebaikan maka hatinya memang niat untuk berbuat kebaikan. Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang hatinya shidiq, yaitu hatinya membenarkan bahwa ia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta mengakui kebenaran terhadap apa yang dibawa oleh Rasul Allah.

- Jujur pada lisan
Bentuk kejujuran pada lisan yaitu senantiasa berkata yang benar dan tidak berdusta. Dalam Firman Allah disebutkan, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar." (QS. Al-Ahzab : 70) Selain itu Rasulullah juga pernah bersabda, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik dan benar atau lebih baik diam." (HR. Bukhari dan Muslim).

- Jujur pada perbuatan
Allah SWT berfirman, "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan berkata, 'kami telah beriman' sedang mereka tidak diuji?" (QS. Al-Ankabut : 2) Alangkah anehnya apabila seseorang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya akan tetapi tidak mau shalat, tidak mau zakat, serta tidak mau melakukan segala macam perbuatan yang diperintahkan oleh Rabb nya. Perbuatan jujur tentu saja tidak hanya sebatas ucapan atau lisan saja, tetapi juga di hati serta diamalkan lewat perbuatan kita. Inilah sifat yang dimiliki para nabi dan orang-orang yang beriman.

Dalam Islam, seseorang boleh saja berkata tidak jujur. Tetapi perlu diingat bahwa hal ini dilakukan pada saat keadaan darurat atau terpaksa, misalnya menyangkut masalah nyawa atau akidah kita.

Manusia tidak punya nilai sama sekali di hadapan manusia yang lain ketika integritasnya tercoreng di masyarakat. Kejujuran itu mencerminkan hampir dari keseluruhan akhlak. Bahkan kejujuran dijadikan sebagai salah satu kunci untuk meraih kesejahteraan di yaumul akhir kelak.

Jujur merupakan salah satu sikap sederhana yang mampu menarik kepercayaan dari manusia lain. Seperti yang diketahui, kita mengenal Rasulullah sebagai manusia teladan yang memberi banyak sekali contoh tentang pentingnya integritas. Bahkan Abu Jalal yang selama hidupnya memusuhi Islam dan sempat mau membunuh Rasulullah saja pernah mengatakan, "Kami tidak mendustakanmu, wahai Muhammad. Kami hanya mendustakan agama yang engkau dakwahkan." Dari situ dapat terlihat bahwa tidak ada yang meragukan kredibilitas Rasulullah, itulah mengapa semenjak kecil beliau sudah menyandang julukan Al-Amin, yang dapat dipercaya.

Jujur adalah salah satu syarat mutlak untuk meraih kebahagiaan. Secara psikologis, orang yang jujur hatinya akan selalu tentram, damai dan bahagia. Tidak ada rasa waswas ataupun takut. Lain halnya dengan orang yang lebih suka berdusta, hidup mereka akan menjadi tidak tenang bahkan jiwanya seolah terus dihantui rasa khawatir karena takut kebohongannya terbongkar.

Masih berkaitan dengan hal tersebut... Salah satu hal yang disayangkan adalah bahwa ketidakjujuran tampaknya sudah menjadi hal yang cukup dominan serta sudah mewabah pada hampir semua aspek kehidupan dalam masyarakat. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa jujur merupakan salah satu perilaku terpuji, tetapi tidak sedikit orang yang lagi-lagi khawatir akan dampak serta akibat yang akan terjadi apabila mereka berbuat suatu kejujuran. Mereka justru lebih senang 'berlindung' serta 'bersembunyi' dibalik ketidakjujuran sampai-sampai harus repot-repot mengupayakan agar perbuatan dusta yang dilakukan tidak mudah terbongkar. Padahal kalau dipehatikan lebih jauh, hal seperti itu hanya sekedar menyangkut dunia semata. Mereka seolah lupa atau mungkin justru sengaja lupa bahwa segala macam perbuatan di dunia ini akan dimintakan pertanggungjawabannya di akhirat kelak, baik perbuatan terpuji ataupun perbuatan tercela.

Fenomena semacam ini terjadi dimanapun, kapanpun dan dilakukan oleh siapapun yang juga menjadi pemicu banyaknya kasus atau peristiwa yang ramai diberitakan serta diperbincangkan. Nah, selanjutnya hal yang perlu dipertanyakan apakah kita termasuk salah satu diantara mereka? Apakah kita merupakan golongan orang yang lebih senang 'bersembunyi' di balik ketidakjujuran? Sepanjang perjalanan hidup di dunia sampai saat ini, sudah berapa banyak ketidakjujuran yang kita perbuat? Mari renungkan dan tanyakan pada diri...
*terdiam*
*tertunduk*
*ntms*
*ngomong depan kaca*

Bagaimana agar kita dapat memulai sebuah pola hidup berlandaskan kejujuran?
Jawabannya adalah sederhana dengan memulai dari diri sendiri. Jangan sampai hati membenarkan tetapi raga mengingkari. Jangan sampai keinginan nurani diberontak oleh raga sendiri. Senantiasalah meminta fatwa dari hati nurani, karena nurani senantiasa menggetarkan suara kebenaran. Ingatlah bahwa Rasulullah pernah berwasiat, "Istafti qalbaka" minta fatwalah kepada hatimu. Ketika raga yang tertaut dengan jiwa telah menuruti panggilan nurani, saat itulah diri kita tak akan pernah bertindak menentang kebenaran hakiki.

Teruntuk kau, para pejuang sejati.
Selamat malam dan selamat berbenah diri.
Kalau bukan diri ini yang memulai, maka siapa lagi?
Kalau bukan saat ini, maka mau menunggu sampai kapan lagi?
Kalau terlanjur menyesal, maka tak ada yang dapat diperbuat lagi.
Ingatlah bahwa kematian bisa tiba-tiba datang menghampiri.
Oleh karenanya, maka segeralah kita bangkit dan berdiri.
Siap berkemas untuk perubahan ke arah yang lebih baik lagi.

MINYAK GORENG AJA JUJUR, MASA KAMU NGGA?

__________
Referensi:
- Al Qur'an
- Al Hadits
- Salah satu buku karya Ahmad Rifa'i Rif'an
- Buku Panduan Keislaman untuk Remaja
- Postingan gambar terlampir yang membuatku ingin membuka bahasan tentang jujur :')

No comments:

Post a Comment