Wednesday, January 15, 2020

Muhammad 'Izzan As Syamil

Bismillahirrahmanirrahim.

Tentang sebuah "Nama"

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tertulis bahwa:
na.ma
/n/ kata untuk menyebut atau memanggil orang (tempat, barang, binatang, dan sebagainya
/n/ gelar; sebutan
/n/ kemasyhuran; kebaikan (keunggulan); kehormatan
Namun, "Apalah arti sebuah nama?"

Kalimat tanya tersebut menjadi satu kalimat yang cukup banyak dikenal. Kalimat yang apabila dibaca berulang kali memiliki kesan bahwa nama bukanlah suatu hal penting yang berarti. Lantas, untuk apa mereka sendiri (orang-orang yang mengucapkan kalimat tanya itu tadi) memiliki nama sampai saat ini? Bukanlah nama bukan menjadi hal berarti yang perlu mereka miliki?
/okeskip

Keutamaan Ilmu dalam Pemberian Nama

Sebagian kaum muslimin menyadari bahwasanya nama memiliki peran penting sekaligus syi’ar bagi yang memiliki nama.

Dalam Al Qur'an juga diceritakan bahwa Dia (Allah) mengajarkan berbagai macam nama (benda) kepada nabi Adam sebagaimana firman-Nya:
وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلْأَسْمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى ٱلْمَلَٰئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبِـُٔونِى بِأَسْمَآءِ هَٰؤُلَآءِ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ 
Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!” 
قَالُوا۟ سُبْحَٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَآۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْحَكِيمُ 
Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” 
قَالَ يَٰـَٔادَمُ أَنۢبِئْهُم بِأَسْمَآئِهِمْۖ فَلَمَّآ أَنۢبَأَهُم بِأَسْمَآئِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكُمْ إِنِّىٓ أَعْلَمُ غَيْبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنتُمْ تَكْتُمُونَ 
Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-namanya, Dia berfirman, “Bukankah telah Aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?” 
(QS. Al Baqarah : 31-33)
Akan tetapi, karena tidak memiliki ilmu dalam masalah syari’at Allah (terutama yang berkaitan dengan pemberian nama), sebagian daripada mereka terjatuh pada kekeliruan-kekeliruan dalam memberikan nama.
Sebagai contoh, seseorang yang memberi nama anak mereka "Bukhari" karena orang tuanya kagum pada salah satu perawi hadits yang mendapat julukan demikian. 
Perlu diketahui, pada dasarnya "Bukhari" bukanlah sebuah nama, namun nisbat kepada sebuah tempat. Nama lengkap beliau, Imam Bukhari, adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al Mughirahbin Bardizbah Al Ju'fi Al Bukhari. Beliau lahir di Bukhara, Uzbekistan, sehingga ia dikenal dengan nama Al Bukhari.
Oleh karena itu, dalam memberikan sebuah nama pun kita harus memiliki ilmu tentangnya.
Al 'Ilmu bila amalin kasysyajari bila tsamarin
Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah

Memberi Nama yang Baik

Syaikh Bakar Abu Zaid rahimahullah berkata,
“Wahai saudaraku seiman, aku tekankan bahwa nama menunjukkan akan orangnya, jika judul buku menunjukkan isi buku, maka nama menunjukkan keyakinan orangnya. Bahkan pandangan, ilmu dan keyakinan seseorang bisa diketahui lewat namanya. 
Nama ibarat bejana dan tanda bagi seseorang, nama mempunyai hubungan erat dengan orangnya. Dari nama seorang anak, dapat diketahui sifatnya, begitu pula sifat ibu bapaknya. Tidaklah akhlak yang baik pada diri seorang anak melainkan berkaitan erat dengan namanya, ini adalah perkara yang ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, telah dikenal dan tertanam di hati seorang hamba.”
Rasulullah -sholallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
إِنَّكُم تُدْعَونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَسْمَائِكُم وَأَسْمَاءِ آبَائِكُم فأَحْسِنُوا أَسْمَاءَكُم 
“Sesungguhnya kalian akan dipanggil di hari Kiamat dengan nama-nama anak kalian dan dengan nama ayah-ayah kalian. Maka perbaguslah nama kalian.” 
(Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad hasan)
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bersama bahwa sebuah nama merupakan suatu hal penting yang akan memberikan pengaruh pula dalam kehidupan seseorang.

Nama bagi Buah Hati KAMI

Nama bagi buah hati pertama kami sudah menjadi bahan diskusi bersama sejak beberapa bulan sebelumnya, tepatnya setelah USG kedua yang menyatakan bahwa kemungkinan besar bayi kami berjenis kelamin laki-laki. Wallahu a’lam.

Berawal dari obrolan ringan di perjalanan dan di sela-sela aktivitas, suami saya bertanya apakah saya telah menyiapkan nama hingga akhirnya beliau berpesan untuk mulai mencari opsi nama yang akan diberikan kepada putra pertama kami.
“Pokoknya harus ada kata Muhammad-nya,” begitu pesan beliau.
Saya sendiri belum mempunyai kriteria khusus untuk nama yang nantinya akan kami berikan –kecuali keinginan saya agar anak kami nanti mempunyai nama panggilan yang dapat ditulis dengan tiga Bahasa, yaitu Indonesia; Arab; serta aksara Jepang. Hehe..

Penghujung bulan Sembilan, bertepatan dengan berkurang usianya suami saya di dunia, beliau tetiba mengirimkan pesan berisi rangkaian nama yang beliau usulkan. Akan tetapi, setelah coba diperhatikan kembali ternyata rangkaian tersebut tidak dapat membentuk arti kecuali apabila tiap katanya berdiri sendiri. Percakapan tersebut akhirnya berakhir tepat ketika adzan ashar berkumandang.

Masih mencari rangkaian nama yang tepat bagi janin yang ada di dalam rahim ini, kami sempat mencari beberapa referensi nama melalui berbagai macam media, mulai dari penelusuran internet bahkan dari buku. Ini hal yang asyik banget! Seriusan! Dari apa yang kami lakukan ini, secara tidak langsung saya pribadi belajar sekaligus mendapatkan kosa kata baru (karena kebetulan kata yang kami cari berasal dari Bahasa Arab).

Akhirnya setelah USG terakhir, usia kandungan ketika itu sekitar 34-35 minggu, kami sepakat atas sebuah rangkaian nama. Ya, ialah Muhammad ‘Izzan As Syamil.

Perkenalkan Jagoan Kecil KAMI

Muhammad ‘Izzan As Syamil
Muhammad ‘Izzan As Syamil

Muhammad

Kata “Muhammad” sebagaimana yang menjadi syarat mutlak dari suami saya bahwa “Pokoknya harus ada kata Muhammad-nya” –seperti nama beliau juga, tentu saja diambil dari nama Baginda Besar umat Muslim se-dunia, Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alayhi wa salaam.

Di mana pada nama ini ada harap serta keinginan kami berdua agar putra kami kelak dapat meneladani budi pekerti Rasulullah, mulai dari kesehariannya hingga membiasakan diri menjalankan sunnahnya. Bukankah seperti ini pula harapan para orang tua lainnya yang juga menyematkan nama Baginda pada putranya?

‘Izzan

Kata ini saya peroleh dari surah Maryam ayat 81,
وَٱتَّخَذُوا۟ مِن دُونِ ٱللَّهِ ءَالِهَةًۭ لِّيَكُونُوا۟ لَهُمْ عِزًّا 
“Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka,”
Dalam Bahasa Arab, ‘Izzan dapat berarti “kemuliaan” ataupun “pelindung”.

photo_2020-01-16_23-09-22.jpg

Apabila kata ‘Izzan dalam surah Maryam tersebut berarti “pelindung”, suami saya memilih arti “kemuliaan” bagi jagoan kecil kami itu.

Syamil

Kata yang bermakna “menyeluruh” ini dipilih oleh suami saya. Tempo hari –sebelum jagoan kami lahir– saya sempat berkata kepada suami saya bahwa kata ini mengingatkan saya pada Al Qur’an. Tidak ada hubungannya dengan arti kata ini, akan tetapi di balik rangkaian nama yang kami sematkan pada putra pertama kami, ada harapan agar kelak ia menjadi seorang pecinta Al Qur’an. Aamiin allahumma aamiin.

Muhammad ‘Izzan As Syamil

Alhamdulillah, tanpa melalui perdebatan yang sia-sia, akhirnya inilah rangkaian nama yang siap untuk kami berikan pada buah hati kami. Dan benar saja, pada 6 Desember bertepatan dengan hari Jum’at, lahirlah seorang jagoan mungil yang ketika itu langsung mendapatkan panggilan ‘Izzan. Yaa… Muhammad ‘Izzan As Syamil lengkapnya. Muhammad yang memiliki kemuliaan secara menyeluruh –bisa juga berarti Muhammad yang memberi perlindungan secara menyeluruh.

Semoga kelak ‘Izzan dapat menjadi sebaik-baik hamba sebagaimana harapan kami yang tertuang menjadi rangkaian namanya. Semoga ia senantiasa dapat meneladani segala macam kebaikan yang ada pada diri Baginda, Rasul terkasih yang mulia. Semoga ia dapat menjadi pribadi mulia sekaligus teladan bagi generasinya, serta dapat memuliakan sesamanya. Kemudian yang paling utama, semoga kelak ia memiliki kecintaan penuh kepada Rabbnya berikut utusan-Nya, baik itu Nabi dan Rasul serta Malaikat-Nya.
Nak, semoga kelak engkau menjadi pribadi yang dapat menutupi segala macam kekurangan yang ada pada orang tuamu. Sungguh, kami ini bukanlah sosok sempurna, maka menjadi harap kami agar kau dapat menyempurnakan ketidaksempurnaan yang ada pada diri kami nantinya.
Terakhir, doakan kami selalu agar dapat menjadi sebaik-baik orang tua yang dapat terus mengajarkan serta memberikan teladan agar terus bertambah kecintaanmu pada Rabbmu, pada Agamamu, pada Nabimu, juga pada orang tua dan orang-orang di sekitarmu.
Aamiin allahumma aamiin.

15 Januari 2019,
ditulis dengan rasa syukur tak terhingga
bertepatan dengan 40 hari 'Izzan bersama kami berdua
LY

No comments:

Post a Comment