Saturday, November 5, 2016

Sebuah Buku: "Sabtu Bersama Bapak"

Bismillahirrahmanirrahim.

#Resensi Bulan November



Judul Buku : Sabtu Bersama Bapak

Penulis : Adhitya Mulya
Penerbit : GagasMedia
ISBN : 979-780-721-5
Cetakan : 22
Tahun Terbit : 2016
Tebal: 277 Halaman
Resensor: L. Yuniasari


***


“Jika ingin menilai seseorang, jangan nilai dia dari bagaimana dia berinteraksi dengan kita, karena itu bisa saja tertutup topeng. Tapi nilai dia dari bagaimana orang itu berinteraksi dengan orang-orang yang dia sayang.” ― Adhitya Mulya, Sabtu Bersama Bapak

Sebuah novel yang telah difilmkan serta ditayangkan di berbagai bioskop. Novel ini menceritakan tentang hadirnya seorang kepala keluarga yang memberikan pendidikan, pengajaran serta bimbingan melalui video yang secara rutin diputar pada hari Sabtu. Mengapa Sabtu???


:)


Di mata seorang anak, mungkin ada kalanya orangtua terkesan cerewet atau terlalu banyak berbicara. Memberi tahu ini-itu yang tidak perlu ataupun mengatakan hal yang dirasa tidak penting. Padahal apabila disadari, maksud dari apa yang dikatakan orangtua adalah suatu kebaikan. Sekedar berbagi pengalaman, agar sang anak dapat menjadi pribadi yang lebih baik, kuat, cerdas dan mampu mengambil keputusan yang tepat dalam menjalani kehidupannya di dunia. Mungkin ini menjadi salah satu nasehat untuk diri saya pribadi.


Ini adalah sebuah cerita. Tentang seorang pemuda yang belajar mencari cinta. Tentang seorang pria yang belajar menjadi bapak dan suami yang baik. Tentang seorang ibu yang membesarkan mereka seorang diri dengan penuh kasih. Dan… tentang seorang bapak yang meninggalkan pesan dan berjanji selalu ada bersama mereka.


Januari 1993, Sabtu sore yang dingin. Itje menggendong Cakra yang masih berumur lima tahun dan menggandeng Satya yang berusia delapan tahun. Mereka masuk ke sebuah ruang. Kedua anak itu masih menangis, rasanya sudah sekitar dua minggu ini mereka selalu sedih. Di ruang itu Itje sudah menyiapkan sebuah video player dan sebuah TV kemudian memutarnya di hadapan kedua anaknya...


"Hai, Satya! Hai, Cakra!" Sang Bapak melambaikan tangan.

"Ini Bapak. Iya, benar kok, ini Bapak.."
"Bapak cuma pindah ke tempat lain. Gak sakit. Alhamdulillah, berkat doa Satya dan Cakra."


"Mungkin Bapak tidak dapat duduk dan bermain di samping kalian."

"Tapi, Bapak tetap ingin kalian tumbuh dengan Bapak di samping kalian."
"Ingin tetap dapat bercerita kepada kalian."
"Ingin tetap dapat mengajarkan kalian."


"Ketika kalian punya pertanyaan, kalian tidak pernah perlu bingung ke mana harus mencari jawaban."

"I don't let death take these, away from us."
"I don't give death, a chance."
"Mungkin kalian belum mengerti kalimat barusan. Pada waktunya, kalian akan mengerti."


...

"Bapak ada di sini. Di samping kalian."
"Bapak sayang kalian."

***


Novel ini mengisahkan seorang laki-laki bernama Gunawan Garnida, suami sekaligus bapak dari keluarga Garnida yang memiliki seorang istri bernama Itje Garnida dan dua orang anak bernama Satya dan Cakra. Hidup mereka berubah ketika Gunawan mengetahui bahwa dia hanya memiliki satu tahun lagi untuk hidup. Dia khawatir tidak dapat membimbing kedua anaknya hingga dewasa. Dan dia khawatir apabila membiarkan sang istri mendidik kedua anak mereka seorang diri.


Dengan latar waktu tertanggal 27 Desember 1991, Gunawan memutuskan untuk melakukan sesuatu. Kematian boleh saja membawanya pergi, tetapi tidak dapat membatasinya dalam menunjukkan rasa sayang dan kepeduliannya pada kedua anaknya. Akhirnya ia memutuskan untuk membuat banyak rekaman berisikan pesan-pesan yang ditujukan pada kedua anaknya. Kemudian setelah Gunawan berpulang, sang istri memutuskan agar kedua anak dapat bertemu sang bapak satu kali dalam seminggu, yaitu setiap hari Sabtu.


Hari demi haripun berlalu sampai ketika mereka beranjak dewasa. Dengan mengikuti pesan sang bapak, Satya selaku anak pertama terlalu kaku dengan pemikirannya sehingga terasa ada jarak dengan istrinya. Sementara itu, dengan mengikuti pesan sang bapak pula, Cakra fokus bertahun-tahun menyiapkan materi sehingga lupa menyiapkan diri untuk mencari pasangan.

Kehidupan mereka berlanjut hingga terungkap bahwa Itje, sang ibu ternyata menyimpan sebuah rahasia yang tidak ingin diketahui oleh kedua anaknya. Baginya pada saat anak-anaknya masih kecil, mereka tidak menyusahkan dirinya sehingga iapun tak ingin menyusahkan mereka.

Secara keseluruhan, kisah yang diceritakan dalam novel ini terbilang bagus, menarik dan memang tidak sedikit nasehat serta motivasi yang dapat kita ambil untuk kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.


Menurut saya, Sabtu Bersama Bapak ini mengajarkan pula untuk menghargai kedua orangtua. Tidak hanya seorang Bapak yang dijadikan judul baik dalam novel ataupun film ini, tetapi juga seorang Ibu yang telah menjadi teman hidup Bapak dalam suatu keluarga yang juga telah banyak berjasa mulai dari melahirkan, merawat, mendidik, hingga membesarkan anak.


...

"Jika kalian menyaksikan video ini, artinya sebentar lagi kalian akan menikah. Akan menjadi kepala dari sebuah keluarga. Suami dari seorang istri. Dan Bapak dari seorang anak. Tugas Bapak membimbing kalian,
selesai disini."


"Tugas kalian sekarang, membimbing keluarga kecil kalian. Selalu ingatkan kepada diri kalian untuk memberikan yang terbaik bagi mereka. Karena kehadiran mreka adalah hal terbaik yang terjadi pada kalian. Sebagaimana kehadiran mama dan kalian, menjadi hal terbaik dalam hidup bapak."


"Terimakasih untuk itu. Terimakasih sudah membahagiakan bapak. Untuk terakhir kalinya, Bapak ucapkan, Bapak sayang kalian."


"Assalamu'alaykum."

Setelah membaca novel ini secara tidak langsung kita diajarkan agar tidak gengsi untuk meminta maaf kepada orangtua. Kemudian kita juga diingatkan untuk berusaha tidak mudah menyerah begitu saja dalam keadaan seperti apapun. Dalam salah satu pesan yang disampaikan oleh Gunawan disebutkan,

"Mengejar mimpi itu butuh untuk dimulai sedini mungkin. Karena ada banyak sekali hal-hal yang menentukan dan membatasi pilihan kita ke sana..."


"Bapak minta kalian bermimpi setinggi mungkin. Dengan syarat, kalian merencanakannya dengan baik."


"Bapak minta kalian bermimpi setinggi mungkin. Dengan syarat, kalian rajin dan tidak menyerah."

"Bapak minta kalian bermimpi setinggi mungkin. Tapi mimpi tanpa rencana dan action, hanya akan membuat anak istri kalian lapar."


"Kejar mimpi kalian."

"Rencanakan."

"Kerjakan."

"Kasih deadline."

"Bapak sayang kalian."


...


...

...

Akhir kata,

Hari ini hari Sabtu,
meskipun tak lagi bersama...

Selamat malam! :)

13 comments:

  1. Kebetulan saya sudah baca novrlnya dan menyaksikan filmnya. Berkesan 2 2 nya... :)

    Yg belum baca novel ini harus baca atau nonton filmnya....

    ReplyDelete
  2. Saya baru baca novel ini setengah, jadi tambah penasaran bagaimana endingnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yuk kak, selesaikan hihihi ^^
      Nasehat di dalamnya juga bagus-bagus :')

      Delete
  3. Kalimat yang terakhir itu aku sukak! Udah pernah dijadiin status juga :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mau dong kirimin link statusnya ka riaaa, nanti aku like deh :p XD

      Delete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. "Mengejar mimpi itu butuh untuk dimulai sedini mungkin. Karena ada banyak sekali hal-hal yang menentukan dan membatasi pilihan kita ke sana..."

    "Bapak minta kalian bermimpi setinggi mungkin. Dengan syarat, kalian merencanakannya dengan baik."

    "Bapak minta kalian bermimpi setinggi mungkin. Dengan syarat, kalian rajin dan tidak menyerah."

    "Bapak minta kalian bermimpi setinggi mungkin. Tapi mimpi tanpa rencana dan action, hanya akan membuat anak istri kalian lapar."

    "Kejar mimpi kalian."

    "Rencanakan."

    "Kerjakan."

    "Kasih deadline."

    "Bapak sayang kalian"

    Noted ^^


    Aku udh baca novelnya Lucky-san tapi belum nonton filmnya euy,

    Walaupun baca novel, tp itu tetep bikin meweeek T.T

    apalagi filmnya yaaaaahh (>.<)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wuih, suatu kehormatan dikomentari oleh senpai sati ini >w</

      Btw senpai... aku sendiri sih lebih me-rekomendasikan novelnya aja karena filmnya... bisa baca di http://justformylucky.blogspot.co.id/2016/07/kesan-singkat-sabtu-bersama-bapak.html senpai :3

      Delete
    2. Oh, gitu

      Tidak sesuai ekspetasi yah dari novelnya yah,

      Biasanya mah gitu,

      Kan klo novel kita ngebayangin sendiri, suasananya, orangnya, dll

      Ah, sepertinya aku baca novel itu 2 - 3 tahun yg lalu, minjem dr temen

      Delete
    3. Benar sekali. Sebenarnya bagus juga sih, tapi mungkin karena di-visualisasikan jadinya ada beberapa bagian yang akupun kurang suka jadinya 😅
      Aku baru tahun ini baca novelnya ckck 😅💦

      Delete
  6. Replies
    1. Sama NEJI yaaaa barternya, yang asli loh.. 😏

      Delete