Thursday, November 17, 2016

#CitronIndonesia #OneDayTrip - Gunung Batu

Bismillahirrahmanirrahim.

Pada kesempatan kali ini, saya akan bercerita mengenai kesan Rihlah perdana Citron Indonesia.

Sebelumnya perkenalkan,
CITRON Indonesia merupakan sebuah lembaga nonprofit yang bergerak pada bidang pendidikan dan sosial. Konsenterasi pendidikan kami yaitu seputar IT programming dan Desain Komunikasi Visual. Kami berusaha untuk memberikan pendidikan gratis bagi kaum yatim dan dhuafa usia 17-25 tahun dengan konsep Asrama. Mereka diberikan pendidikan tentang IT dan DKV sekaligus mengikuti program hafalan Al Qur'an sebagai penyeimbang kemampuan dunia dan akhirat.

Hari Selasa tanggal 15 November 2016 lalu, keluarga besar Citron Indonesia mengadakan Kegiatan Rihlah untuk kali pertamanya dalam periode ini yang dijadwalkan setiap empat bulan sekali. Destinasi Rihlah perdana ini adalah Gunung Batu, Jonggol.

sumber: penelusuran gambar di google
***


Perjalanan kami dimulai sekitar pukul 6.30 dari Cimanggis Depok sebagai titik kumpul sebelum keberangkatan. Rombongan kami ketika itu sekitar 11 orang, termasuk 4 akademika dan 7 orang pengurus plus-plus dengan rincian 3 orang perempuan lalu sisanya laki-laki. Perjalanan ditempuh sekitar 2 - 3 jam dengan rute jalan berkelok-kelok dan sesekali disertai lubang-lubang yang membuat kami sang pengemudi harus berhati-hati dalam mengemudikan kendaraan.


Salah satu hal yang cukup berkesan di awal perjalanan menuju lokasi adalah ketika mobil yang saya dan kedua teman perempuan saya (F dan S) tumpangi sempat tidak mau digas. Sebagai orang yang kurang tau mengenai otomotif, kami bertiga sempat terdiam dan duduk manis di dalam mobil sambil celingak-celinguk karena tak tau apa yang bisa kami bantu hingga akhirnya kami turun dari mobil, kemudian beberapa orang dari mobil satunya bantu membantu untuk mendorong mobil sampai lokasi parkir...


Setelah memastikan kendaraan berada di tempat yang seharusnya, kami meluangkan waktu sebentar untuk mempersiapkan diri, berdo'a, kemudian bersiap untuk mendaki.



Salah satu keberuntungan bagi kami adalah karena kami pergi mendaki ketika sore hari pada hari-hari sebelumnya hampir selalu turun hujan. Oleh karenanya, jalan menuju puncak yang harus kami lewati terlihat berkilau karena licin.


Secara perlahan dan beriringan, kami mulai mendaki selangkah demi selangkah sambil memilih jalan yang kelihatannya tidak terlalu licin. Bagi saya pribadi, salah satu kendala pendakian adalah alas kaki yang katanya sendal gunung tetapi ternyata alasnya benar-benar licin (mungkin karena biasa digunakan untuk sehari-hari). Rasanya itu yang menjadi alasan terbesar saya untuk berhati-hati dalam melangkahkan kaki sambil mencari apapun yang bisa dipegang untuk menahan tubuh, baik pohon ataupun rumput.

Setelah semangat melangkah meskipun perlahan, sampailah kami pada titik aman pertama untuk cek kondisi dan mengatur formasi (^^;


Setelah itu, kami semua melanjutkan perjalanan yang masih licin hingga sampailah di titik aman berikutnya dimana pada posisi ini kami sudah dapat melihat pemandangan sekitar yang sudah membuat saya merasa takjub. Tertegun. Dan masyaaAllah.


Perjalanan berlanjut. Meskipun sudah mulai terlihat pemandangan alam yang indah di sekeliling, sampai sejauh ini pendakian kami belum sampai setengah dari keseluruhan pendakian.


Apabila rute perjalanan sebelumnya terlihat seperti jalan setapak beralaskan tanah yang licin, kali ini jalan ke atas mulai terhalang oleh rumput dan tanaman yang cukup tinggi sehingga jalan yang harus terus kami tapaki agak tertutup oleh ketinggian tanaman tersebut.


Tiba di titik aman berikutnya, pemandangan sekitar semakin mempesona dan begitu menyegarkan mata. Duh, masyaaAllah...


Kamipun melanjutkan perjalan. Kali ini jalur pendakian mulai terjal dan berbatu, sampai-sampai ada saat dimana kami bertiga (pendaki perempuan) terdiam untuk berpikir dan mengatur strategi. Bagaimana tidak? Ketika itu kami dihadapkan dengan jalur menanjak dan berbatu, terlebih lagi ketika itu tidak ada pijakan terdekat yang akhirnya sempat menjadi pertimbangan panjang. Meskipun dalam beberapa tempat di jalur pendakian terdapat tali tambang yang cukup besar dan kuat untuk menahan berat adan kami, hanya saja apabila tidak ada pijakan rasanya tetap harus disiasati. Ini serius loh.


Alhamdulillah, singkatnya kami para pendaki perempuan dapat melewati jalur menanjak tersebut dan ketika itu kami sampai posisi dimana kami dapat melihat bendera merah-putih berkibar di bagian puncak.

Ini belum di puncak (^^;)v
Pendakian masih berlanjut, rasanya hanya tinggal selangkah lagi kami dapat mencapai puncak. Hanya saja, selangkah disini tetap berarti kami harus berjuang. Titik.

Saya melihat betul jalur pendakian dengan tingkat kemiringan nyaris sembilan puluh derajat. Hal itu jelas menunjukkan bahwa satu-satunya cara yang harus ditempuh untuk mencapai puncak adalah dengan berpijak dan merangkah pada batu. Tetapi bagi saya pribadi, jalur ini lebih mendingan daripada sebelumnya karena jarak pijakan masih memungkinkan meskipun tingkat kemiringannya berbeda.

Setelah beberapa saat... Yeeeeyy, alhamdulillah kami berhasil mendaki...

Jalur ke bawah sampai tak terlihat saking mantapnya bagian ini.
FYI yang berwarna biru di sebelah kiri watermark itu salah satu rombongan kami. Terlihat kecil yaaa (^^;
Sekitar pukul 11.30, kami semua berhasil mencapai puncak.


Pendakian untuk mencapai puncak Gunung Batu memakan waktu kurang lebih satu setengah jam. Bisa kurang, bisa lebih. Terlihat bendera merah-putih berkibar kesana kemari, padahal rombongan kami tidak begitu merasakan hadirnya angin atau mungkin karena langit mulai mendung? Ntahlah.


Di puncak ini, ada banyak binatang yang sayapun kurang mengetahui namanya tetapi dapat menggigit atau menyengat apabila diganggu. Sayangnya saya tidak mengabadikan binatang tersebut dalam gambar (^^;)

Inilah kami~
Kami berada di puncak sekitar setengah jam untuk beristirahat sejenak, minum, makan, berfoto dan memastikan bahwa diri kami baik-baik saja. Kemudian ada salah satu komando yang mengatakan sekaligus mengajak untuk turun. Saya sebagai seorang pendaki pemula ketika itu secara refleks bertanya, "Hah, seriusan turun? Udah gini doang di puncaknya?" kemudian ada beberapa yang mengiyakan sambil bertanya kembali, "Emang mau ngapain lagi?" Dan disitulah saya menyimpulkan bahwa mendaki gunung itu yang asyik yaaa perjalanannya, meskipun ketika sampai puncak memang tak kalah asyik karena pemandangan sekeliling tuh benar-benar tidak dapat diungkapkan melalui kata-kata. Ahh, alhamdulillah masih dapat menikmati indahnya penciptaan-NYA...

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal" - QS. Ali Imran : 190

Perjalanan kami masih berlanjut. Untuk dapat mencapai titik awal dimana kami memulai pendakian, maka kami harus kembali melewati jalur-jalur yang telah kami tempuh.

Kali ini dimulai dari jalur bebatuan dengan kemiringan yang membuat kami terlihat seperti menuruni tebing...


kemudian jalur bebatuan dengan jalan menurun yang cukup terjal...


Perjalanan berlanjut sampai kami bertemu kembali dengan jalur menurun yang dipenuhi rerumputan dan semak-semak...


Hingga tibalah kami bertemu dengan jalur berupa tanah yang masih terlihat licin...


Kesan lainnya dalam perjalanan menurun ini adalah ketika rombongan kami mulai menuruni jalur tanah tersebut secara perlahan dan berhati-hati, untuk beberapa kali ada anggota rombongan kami yang sempat terpeleset termasuk saya sendiri. Alhamdulillah kami para korban masih dapat menahan dan mengendalikan diri kami sehingga tidak tergelincir lebih jauh lagi.

Selain itu, ketika kami mulai menemui jalan licin tersebut, secara perlahan nyanyian hujan mulai ikut mengiringi langkah kaki kami menuruni gunung. Kebayang kan bagaimana jalan yang sudah licin ketika terkena air? Dan tepat.. jalur menurun yang kami tapaki terlihat lebih berkilau dari sebelumnya karena semakin licin. Hal tersebut membuat kami harus lebih berhati-hati dalam melangkah dan harus pandai memilih pijakan kaki agar tidak tergelincir, terlebih lagi bagi anggota rombongan yang menggunakan alas kaki yang licin.. yaa, termasuk saya...

Perjalanan menurun ini membuat formasi rombongan kami memiliki jarak yang cukup jauh antara yang satu dengan yang lainnya.


Untuk saya pribadi, pada saat perjalanan turun ditemani rintikan hujan ketika itu membuat saya fokus memilih jalan dan berhati-hati dalam melangkah hingga membuat saya jarang sekali menoleh ke belakang. Kaki gunung sekaligus titik awal kami mendaki sudah mulai terlihat. Hal tersebut yang membuat diri berambisi untuk segera sampai kaki gunung dengan catatan harus tetap berati-hati karena semakin ke bawah semakin terlihat licin dan semakin sedikit ruang berupa rumput dan akar pohon yang dapat menahan langkah kaki kami. Oleh karenanya... hati-hati...

Alhamdulillah, satu demi satu anggota tim rombongan kami dapat sampai ke titik awal dengan selamat meskipun ada kotor pada pakaian tetapi yang penting kami senang. Alhamdulillah..

Pada akhirnya, pendakian kami berakhir sampai disini. Kami beristirahat untuk beberapa waktu, menuju mobil dan bersiap untuk perjalanan pulang mengingat bahwa itu adalah hari kerja dimana perjalanan kami menuju Depok bertepatan dengan jam pulang kantor. Kami sempat singgah di dua tempat untuk melaksanakan ibadah wajib sekaligus menunaikan tugas sebagai seorang hamba. Dan Alhamdulillah, sekitar pukul setengah delapan malam kami semua sampai di Depok dengan selamat.

Sebagai penutup..
Pada awalnya mendapat kabar dari pengurus yang lainnya bahwa trek Gunung Batu cocok untuk pendaki pemula. Setelah agak komplain dan klarifikasi, katanya ketika itu saya salah dengar, ntahlah ._.
Salah seorang kawan yang sebelumnya pernah mendaki dan kemarin juga ikut dalam perjalanan inipun berkata kalau trek ini lebih terjal dari gunung yang pernah dia daki sebelumnya. Alhasil, sebagai pendaki awam yang memang sebelumnya saya tidak ada persiapan apa-apa, maksudnya tidak melakukan pemanasan sebelumnya, pada akhirnya membawa oleh-oleh yaitu kaki saya terasa kencang sekali sejak siang tadi sampai dengan ditulisnya kalimat penutup ini. Alhamdulillah, nikmati saja rasa nikmatnya~

Jadi, selanjutnya kita kemana?

15 November 2016

6 comments:

  1. waaaaaahhh, lucky udah ke gunung batu yang di bogor yaaa.
    ka bena aja belum kesana. hahaaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kaben.. sama sekali ngga ada pemanasan karena aku kira itu tuh macam bukit atau gunung gunungan gitu, taunya emang gunung beneran 😂💔

      Delete
  2. Jadi pengen ke Gunung Batu. Tapi sepertinya harus melatih fisik dulu. Sudah terlalu lama ga diajak ngebolang badan ini, olahraga pun tidak. Persiapan harus mateng biar ga bentar-bentar ngerengek ke suami minta istirahat :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, iya kak diii.. harusnya latfis dulu sebelumnya untuk mempersiapkan diri supaya ngga merasakan apa yang dirasa kakiku setelahnya :'D

      Delete
  3. ada tau, Lucky-san,

    Deket rumahku, ada bukit yang sering dipanggil gunung, nama kecamatan pula,

    Gunung Putri namanya,


    *apasih (promosi dikiiit)

    Btw, di Jonggol ketemu wakwaw? ^^ hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wuih, senpai tinggal dekat gunung putri?
      Biasanya keliatan di beberapa lokasi dari Depok loh, termasuk gunung Gede lalu gunung Salak dan gunung Pangrango (^^;)

      Aku baru ngeh kalau itu lagu ckck, pantesan kayak pernah denger gitu sebelum berangkat XD

      Delete