Wednesday, July 27, 2016

Aku Tidak Tau Bagaimana Caranya Tersenyum

Bismillahirrahmanirrahim.

Pelajaran hari lalu adalah..
tempat, situasi dan kondisi dapat merubah seseorang :)



Aku pernah berguru pada matahari,
Tetapi panasnya membuatku tersiksa.

Aku pernah berguru pada angin,
Tetapi polusi yang hadir bersamanya buatku menderita.

Aku pernah berguru dengan burung,
Tetapi kicaunya terkadang menyisakan luka.

Aku pernah berguru pada bunga,
Tetapi warnanya yang memudar hadirkan derita.

Aku pernah berguru pada rumput,
Tetapi hanya "hijau"nya yang membuatku tersenyum.

Aku pernah berguru pada langit,
Tetapi awan mendung menggugurkan senyumanku.

Kemudian, selanjutnya apa?

...

Kisah ini belum usai,
Kemudian terimakasih :)

2016年07月24日

Di Dunia Ini, "KITA" Tidak Bisa Melarikan Diri

Bismillahirrahmanirrahim.

"Perbanyaklah oleh kalian mengingat sesuatu yang menghancurkan segala kelezatan, yaitu kematian. Tidak seorangpun yang mengingat kematian di saat ia dalam kesempitan, melainkan hal itu akan melapangkan hatinya. Dan tiada pula orang yang mengingatnya di saat sedang lapang, melainkan hal itu akan menyempitkan hatinya." - HR. Ibnu Hibban, Tirmidzi dan Nasa'i

Sedikit mengingat, ketika duduk di bangku SMA sekitar 4-5 tahun lalu tuh giat sekali baca buku tentang akhir zaman, kiamat dan juga kematian. Beberapa orang kawan sempat mengatakan kalau buku bacaannya syeram, tetapi bagi saya ketika itu tuh jenis bacaan semacam itu yang rasanya memang dibutuhkan karena disamping sebagai pengingat, bacaan semacam itu juga buat diri ini sadar bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara. Oleh karenanya, alangkah baiknya jika kita memanfaatkan sisa waktu yang dimiliki di dunia untuk mempersiapkan diri serta melakukan hal-hal lainnya yang mengarah kepada kebaikan.

Bukankah Allah berfirman, yang artinya:

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." - QS. Ali Imran : 185

Kematian adalah sebuah keniscayaan. Setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mengalami yang namanya kematian. Siapapun itu. Dimanapun. Kapanpun. Dalam kondisi bagaimanapun. Titik.

Tak ada satu orangpun dari manusia yang dapat menolak ataupun lari dari kematian. Sekalipun ia adalah seorang pejabat tinggi syekali dengan pangkat dan gelar berlapis-lapis. Sekalipun ia seorang penuntut ilmu yang telah menguasai hampir setengah ataupun seluruh ilmu pengetahuan yang ada di bumi. Sekalipun ia adalah seorang yang memiliki IQ tertinggi tak tersaingi. Sekalipun ia adalah seorang yang banyak dikenal dan memiliki banyak bawahan. Sekalipun ia adalah seorang yang berkebalikan dengan apa yang telah disebutkan. Dan sekalipun ia berlari ataupun bersembunyi dalam tempat yang luput dari pandangan manusia.

Nah, kali ini sedikit berbicara mengenai hal yang sangat disayangkan dan masih berkaitan dengan hal tersebut. Pada kenyataannya, yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah bahwa tidak dapat dikatakan sedikit orang yang melupakan kematian. Mereka sibuk untuk menyibukkan diri untuk berburu kenikmatan di dunia. Iya, hanya sampai di dunia.

Mereka lupa atau pura-pura lupa bahwa pada hakikatnya kehidupan di dunia ini hanyalah sebagai tempat singgah dan itu bersifat sementara. Mereka lupa atau pura-pura lupa bahwa dunia ini bukanlah tujuan hidup manusia yang sesungguhnya. Mereka lupa atau pura-pura lupa bahwa kenikmatan yang dirasa di dunia ini hanya sekedar kesenangan yang memperdayakan.

Illahi Rabbi.. jaga dan lindungi kami..
semoga kami bukan termasuk satu diantara mereka..
:"

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." - QS. Al Hadid : 20

Adalah menjadi hal yang tak dapat disangkal bahwa sebagian besar orang merasa takut dan khawatir ketika harus menghadapi kematian. Apakah kita termasuk satu diantaranya? Mari tanyakan pada diri.

Salah satu faktor mendasar yang menyebabkan mereka merasa takut dan khawatir akan kematian adalah karena merasa belum memiliki persiapan atau perbekalan yang cukup untuk menghadapi kematian. Mereka juga tak tau bagaimana seharusnya menghadapi kematian. Dan tak sedikit pula yang tak tau bagaimana cata memperoleh akhir kehidupan yang indah dan bahagia atau dapat disebut khusnul khatimah.

Andai saja setiap orang tau bahwa kematian dapat direncanakan, maka mereka tidak akan pernah takut menghadapi kematian. Tetapi sekali lagi, satu hal yang perlu diingat adalah bahwa kematian merupakan suatu misteri Illahi. Tak ada seorangpun yang tau kapan hal itu akan terjadi pada dirinya. Tidak. Sekali lagi, tidak ada.

Hal berikutnya yang perlu diketahui adalah bahwa amalan serta perbuatan kita di dunia ini sangat menentukan bagaimana keadaan kita di hari kemudian kelak, termasuk pada saat kita menghadapi kematian. Oleh karenanya, perbanyak beramal serta berbuat baik kepada siapapun itu.

"...Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun." - QS. An Nisa' : 77

Itu sedikit pengingat serta nasehat teruntuk diri sendiri agar tidak lupa untuk mengingat kematian.

Illahi Rabbi..
Jaga kami..
Lindungi kami..
Jauhkan kami dari orang-orang yang berbuat dzalim..
Jauhkan kami dari orang-orang yang justru mendekatkan kami pada kemungkaran..
Jauhkan kami dari orang-orang yang justru membuat kami lupa untuk mengingat-Mu..
Semoga Engkau senantiasa Mencintai kami...

Allahumma aamiin..

__________

Referensi: Pengantar buku berjudul "Anda Ingin MATI Seperti Apa ?"

Monday, July 25, 2016

Sebuah Buku: "Hak Rakyat Digasak, Mahasiswa Bergerak!"

Bismillahirrahmanirrahim.

Kali ini mulai resensi perdana di bulan Juli 2016



Judul Buku: Hak Rakyat Digasak, Mahasiswa Bergerak!
                    Praktik Gerakan Sosial untuk Rakyat Marginal
Penulis: Inayah Adi Oktaviana, Elvira J, Saraswati, Egi Mahira Irham, dkk.
Penerbit: Beasiswa Aktivis Nusantara - Beastudi Indonesia
Yayasan Pendidikan Dompet Dhuafa
ISBN: 978-602-7807-59-4
Cetakan: Pertama
Tahun Terbit: 2016
Tebal: 204 Halaman

Resensor: L. Yuniasari


___________

"Negeri ini belum bertindak bijak terhadap warganya, terutama warga marginal. Dan bagi saya, jika negeri ini belum bijak kepada warganya, para mahasiswalah yang harus berperan menjadi garda terdepan untuk membantu mereka (warga marginal) menyelesaikan permasalahan hidupnya, setidaknya kebutuhan utama mereka dalam pendidikan dan kesehatan tercukupi." - Vica Asrianti Dwiputri, mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota ITB


Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang juga sebagai idaman maju atau tidaknya suatu negeri. Bukan hanya bermodalkan prestasi akademik yang telah diperoleh, bukan juga sekedar kegagahan ketika berorasi apalagi jika hanya bungkam dan berdiam diri.

Buku ini terdiri dari 4 sub-judul dengan 34 aktivis muda sebagai penulis berbeda di tiap sub-judulnya. Mereka menceritakan berbagai kisah, kejadian, pengalaman, kesaksian bahkan rencana aksi dalam rangka menggalang kepedulian bagi rakyat marginal yang mungkin jarang sekali dipandang oleh para orang-orang yang memiliki kedudukan di negeri tercinta ini.


Tanpa terlepas dari itu semua, tanpa berbasa-basi dengan teori ataupun sekedar menyanjung diri sendiri, mahasiswa sebagai idaman bangsa dan negara harus dapat berperan aktif serta terjun langsung ke dalam satu kondisi dimana mereka bisa mengabdikan diri agar keberadaan mereka benar-benar dikatakan sebagai generasi yang dapat diharapkan oleh suatu bangsa. Mereka harus bisa membuktikan melalui tindakan nyata yang bukan sekedar omong kosong belaka. Mereka harus bisa membuktikan bahwa mereka bisa menjadi pion-pion penggerak suatu bangsa untuk dapat mencapai apa yang dicitakan oleh bangsanya.

"Pelajaran terpenting adalah bagaimana kita mampu membaca dunia masyarakat atas dasar kacamata mereka sendiri, kemudian mengungkapkannya melalui aksi nyata. Dalam setiap tidakan kita, atasi ketakutan diri, lakukan saja terus perbaikan itu jika dirasa benar berdasar pada hati nurani dan keyakinan kuat. Adapun terhadap masyarakat, kita tumbuhkan rasa keberpihakan dan keadilan untuk diperjuangkan bersama. Bukan tentang jubah dan gelar pembela kebenaran. Bukankah kebenaran harus ditegakkan, terlebih lagi atas mereka yang tertindas? Dan lagi, tiada yang membesarkan nama mahasiswa, selain mereka tumbuh dari dan bersama dengan masyarakat." - Siti Qulsyum Shofiyani, mahasiswa Psikologi UGM


Untuk itulah, melalui buku ini dapat dilihat aksi nyata beberapa orang mahasiswa dari berbagai Universitas di Indonesia. Selain itu, melalui buku ini para pembaca juga secara tidak langsung diajak melihat bagaimana kondisi negeri ini berdasarkan realita yang terjadi dalam negeri, namun tidak begitu disorot oleh media atau pemberitaan lainnya.



Melalui buku ini pula, mahasiswa (seperti saya) dan juga para pembaca lainnya dapat merasa tergerak untuk melakukan berbagai macam tindakan sosial guna meminimalisir permasalahan yang terjadi dalam negeri. Sebut saja mulai dari masalah kemiskinan, pendidikan yang layak, permasalahan ekonomi, diskriminasi serta berbagai permasalahan lainnya.



Mahasiswa yang 'cuma' bisa duduk menimba ilmu di ruang kuliah? Bersibuk di kampus hingga akhirnya masa wisuda tiba lantas 'getol' mencari pekerjaan yang membuatnya bahagia? Sungguh kasihan negeri ini apabila kaum terpelajarnya seperti ini.. *jleb



Sebagai penutup, beberapa aktu belakangan ini Indonesia tengah dilanda krisis moral. Anak-anak di bawah umur seolah "tua sebelum waktunya". Mereka tidak segan berbuat layaknya 'orang dewasa' tanpa ada lagi rasa malu. Hal itu bahkan bukan lagi sebagai 'rahasia' yang melanda generasi muda saat ini.



Oleh karena itu, buku ini dapat menjadi salah satu motivator serta sumber inspirasi agar generasi muda sebagai penerus bangsa dapat melakukan tindakan nyata sebagai upaya pencegahan terjadinya hal-hal yang jauh lebih buruk lagi yang dapat melanda negeri ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa di samping adanya peran orang tua serta keluarga di rumah, peran generasi penerus bangsa termasuk mahasiswa juga sangat dibutuhkan sebagai perwujudan untuk merawat negeri ini.


"...Jika hari ini dunia pendidikan cuma memproduksi ‘robot-robot bernyawa’, masa depan bangsa akan jauh dari kreativitas dan berdaya. Jika hari ini kampus hanya menghasilkan sarjana yang pandai beretorika, kebangkitan bangsa Indonesia hanya akan berkutat dalam wacana. Namun, ketika hari ini banyak sekumpulan pemuda yang peduli terhadap masyarakatnya, dan berkontribusi nyata dengan segenap cinta bagi bangsa dan negara, masa depan bangsa akan cerah dan berjaya. Menuju kegemilangan Indonesia yang dimulai hari ini, dari diri kita, untuk mulai menebar karya dan kontribusi nyata demi kemajuan bangsa..." (Purwo Udiutomo, 2016 : xii)



Maka, ketika sebagian orang termasuk mahasiswa tengah melakukan advokasi sosial melalui tindakan nyata.. lantas, masihkah diri ini hanya duduk berdiam diri serta termenung sebagai penonton saja?


Depok, 25 Juli 2016

*ditulis sekaligus teguran untuk diri sendiri

Saturday, July 16, 2016

Jadikan Diri Lebih Bijaksana di tengah Perkembangan Teknologi yang Semakin Menggila

Bismillahirrahmanirrahim.

Pada kesempatan kali ini, ingin sekedar mengingatkan terkhusus untuk diri saya sendiri. Jadilah orang yang cerdas dalam memanfaatkan teknologi, bukan malah dimanfaatkan oleh teknologi.

Langsung saja..
Berikut ini salah satu bacaan yang didapat dari dua grup sekitar empat hari yang lalu...

Assalamu'alaikum 

PENTINGNYA SILATURAHIM FISIK
Bismillahirrahmanirrahim

Petikan khutbah Jumat di Masjidil Haram

PECANDU HAND PHONE

Imam Masjidil Al Haram Asy-Syaikh Su’ud asy-Syuraim dalam sebuah Khutbah Jumat beliau berkata: 
"Adakah dari kita yang tidak melihat perubahan dalam kehidupannya setelah masuknya WhatsApp, Facebook, Instagram dan yang lainnya dalam kehidupannya ?"

Bacalah ! 

Hal ini merupakan "Ghazwul fikri" yang menyerang akal. 
Namun sangat disayangkan kita telah tunduk padanya dan kita telah jauh dari dien Islam yang lurus dan dari dzikir kepada Allah.

Kenapa hati kita mengeras? 

Itu karena seringnya kita melihat cuplikan video yang menakutkan, dan juga kejadian-kejadian yang di-share..

Hati kita kini memunyai kebiasaan yang tak lagi takut pada sesuatu pun. Oleh karena itulah, hati kita menjadi mengeras bagai batu. 

Kenapa kita terpecah belah dan kita putus tali kekerabatan ?

Karena kini silaturrahmi kita hanya via WhatsApp saja, seakan kita bertemu mereka setiap hari. 

Padahal bukan begitu tata cara bersilaturrahim dalam agama Islam karena seharusnya kita perlu datang secara fisik, mengucap salam, bersalaman, membawa oleh-oleh, saling ingat mengingat kan, nasihat menasihati, saling doa mendoakan, dll.

Kenapa kita sangat sering mengghibah (ngrumpi), padahal kita tidak sedang duduk dengan seorang pun ?

Itu karena saat kita mendapatkan satu message yang berisi ghibah terhadap seseorang atau suatu kelompok, dengan cepat kita sebar ke grup-grup yang kita punya. 

Dengan begitu cepatnya kita mengghibah, sedang kita tidak sadar berapa banyak dosa yang kita dapatkan dari hal itu.

Sangat disayangkan, kita telah menjadi pecandu.

Kita makan, handphone ada di tangan kiri kita.

Kita duduk bersama teman-teman, HP ada di genggaman. 

Berbicara dengan ayah dan ibu yang wajib kita hormati, akan tetapi handphone ada di tangan pula.

Sedang mengemudi kendaraan, HP juga di tangan. 

Sampai-sampai anak-anak kita pun telah kehilangan kasih sayang dari kita, karena kita telah berpaling dari mereka dan lebih mementingkan handphone.

"Aku tidak ingin mendengar seseorang yang memberi pembelaan pada teknologi ini. 
Karena sekarang, jika sesaat saja HP kita tertinggal, betapa kita merasa sangat kehilangan... 
Ah, andai perasaan seperti itu ada juga pada shalat dan tilawatul (pembacaan) Quran kita..."

Adakah dari kita yang mengingkari hal ini?

Dan siapa yang tidak mendapatkan perubahan negatif dalam kehidupannya, setelah masuknya teknologi ini pada kehidupannya dan setelah menjadi pecandu?

Demi Allah,

Siapakah yang akan menjadi teman kita nanti di kubur ? 

Apakah HP ? 

Mari kita sama-sama kembali kepada Allah, jangan sampai ada hal-hal yang menyibukkan kita dari dien (agama) kita. Karenanya kita tidak tahu, berapa lamakah sisa umur kita.

ALLAH berfirman:
“Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit." - QS.Thoha : 124. 

Semoga handphone yang kita miliki adalah wasilah untuk kebaikan dan bukan wasilah dalam keburukan..

Jangan disembunyikan nasihat ini, agar tidak menjadi seseorang yang menyembunyikan ilmu... 

Semoga bermanfaat

***

Sekitar ba'da isya lalu sempat ada diskusi unik di salah satu grup teknologi (bukan nama grup sebenarnya). Berawal dari pertanyaan yang dilemparkan oleh sang ketua, yaitu:

"Mengapa kamu menyukai teknologi?"

Setiap orang yang tergabung dalam grup tersebut diminta untuk memberikan jawaban pada list yang telah disediakan. Dari sana juga saya sekaligus mengevaluasi diri saya sendiri, apakah saya sudah memanfaatkan penggunaan teknologi dengan sebaik mungkin? apa yang menjadi alasan saya menggunakannya? kebutuhan? biar ngga kudet? biar dibilang gawl *pake w* atau....? apakah sejauh ini penggunaan teknologi yang saya lakukan masih dalam batasan yang wajar atau....? Tentunya saya bertanya kepada diri dan berusaha menjawabnya sesuai dengan tanggapan dari penghuni grup lainnya.

Hal ini juga berkaitan dengan pembahasan pada hari sebelumnya di grup lainnya mengenai penyebaran informasi yang belum dapat dipastikan ke-valid-annya atau dapat dikatakan hoax. Maka, sudahkah diri ini menjadi netizen yang cerdas dalam memilah informasi? Sudahkah melakukan klarifikasi sebelum dipublikasi?

Masih berkaitan dengan bacaan di atas. Seketika diri ini teringat akan suatu hal yang terjadi beberapa tahun lalu. Ketika itu saya tengah duduk di bangku kelas XII atau sama dengan kelas tiga SMA. Di samping ikut organisasi serta kegiatan di kalangan pelajar (internal ataupun eksternal ruang lingkup sekolah), saya juga sedang gencar-gencarnya aktif di beberapa komunitas. Kali ini ngga akan bahas lebih lanjut mengenai komunitas yang dimaksud.

Siang itu nongkrong di NQ bersama salah seorang kawan, sebut saja NN. Sambil mengisi waktu luang, saya sempat sibuk bergulat dengan papan keyboard handphone (ketika itu belum hitz yang namanya touchscreen) untuk membaca dan berbagi cerita dengan beberapa kawan komunitas. Nah, NN tuh sempat bilang: "Ki, aku iri deh sama hape kamu. Dia diperhatiin terus sama kamu..."

*terdiam sejenak*

Kalimat sederhana yang begitu jleb bahkan sampai dengan hari ini masih saya ingat. Nasehat sekaligus teguran ketika itu, tentunya saya yakin bahwa dia ingin agar saya dapat introspeksi dan berusaha berbenah diri. Terimakasih yaaa kamu, iya.... kamuuuu... :')

Rasanya ngga beda jauh juga dengan chat yang malam lalu saya dapatkan. Nasehat sekaligus teguran yang pada dasarnya memiliki kesimpulan yang sama, hanya saja dikemas dengan bahasa yang berbeda. Untuk malam inipun terimakasih banyak, termasuk kepada beliau beliau sebagai perantara yang DIA kirimkan untuk mengingatkan saya melalui chat di dua grup berbeda sekitar empat hari lalu. Terimakasih banyak :')

Yaaa, itulah..
Seringkali diri ini lepas kendali sehingga dengan begitu mudahnya justru dikendalikan oleh benda mati. Iya, tak bernyawa tetapi begitu memperdayakan. Dalam kasus ini, saya akui bahwa tidak hanya sekali-duakali-tigakali dikalahkan oleh perangkat kecil, tipis dan tak bernyawa itu.

*istighfar*

Oleh karenanya, yuk sama-sama berusaha menjadi manusia yang bijaksana dalam menjalani kehidupan di dunia yang fana ini. Termasuk bijaksana dalam menempatkan diri. Jangan sampai diri ini dikendalikan oleh perkembangan teknologi yang terjadi. Jangan sampai adanya teknologi justru benar-benar menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang sebenarnya jauh. Mari saling mengingatkan dalam kebaikan.

Terakhir,
Kepada siapa saja yang berada dimana saja dan sebelumnya telah saya rugikan atau kecewakan, mohon maafkan atas segala macam salah dan kekhilafan. Semoga diri ini dapat lebih berbenah dan menuju perbaikan.

Salam sehat dan SEMANGAT!

Wednesday, July 13, 2016

これは漢詩ですか?

Bismillahirrahmanirrahim.

今日、私は処罰しました。
私は自分自身を紹介するとき、すべてが起こりました。

( ´・・)

"雲を追いかけているかのように日は夕方であった​​ことを合図ドラムの音は、ドラムの音が、それが鳴った夕日と光が家を照らす夕暮れ、に向けて"

詩は、先に死刑のなされたと宇宙皇子は辞任死と受け入れ。

その前に、
夕暮れや"赤い空"について話したとき… 著作昨日の夜を思わせます。
夕暮れについて…
レッドスカイについて…
あの、ちはやふるのアニメについて…

:)

"花の色は
うつりにけりな
いたずらに
わが身世にふる
ながめせしまに"

上の書き込みは百人一首の詩です。

今、私は"ちはやふる"または"かるた"について話をするつもりはありません。
しかし、どのように私は、文字列の単語、一般的に日本の詩のような厳粛な詩にしようとしました。

***

心といえば、完全に開示されていないものが存在しなければなりません
拘束。
虐げます。
負担になります。



我々が起こることになっているあらゆる種類のものを避けるために、
右足をステップするとき、
我々はかわすことができますか?
ない場合、
その理由は?



そして午後は、
庭で..
乾燥した葉が落ちているように歌うことを思い出します。
魅力的な輝きと夕暮れと赤い空を含みます。



葉の一つ一つ、
風に吹かれました。
そしてゆっくりと落ちます。



私たちの我々は
戻って見ることができない場合があります。



その日の午後、
例えば。
落下歌って乾燥葉を破壊するかのように空は、
もはや友人とみなされていない場合。



それから、
約残念であることがありますか?



あなたは現実を見ていても、
その後、
誰もが理解することはできません。



わかりましたか?

その...

それは心の話をするときに何が起こるかです。

***

誰にでも、
どこでも...

いろいろ、
本当にごめんなさい。
すみませんございました。

(。-人-。)

うまくいけば、
未来は良いかもしれません。

aamiin allahumma aamiin~

私は言って得意ではありませんよ、

これがあっても言葉を失いました。

ありがとうございました。

__________

エピローグ:

それはそうです...
この後、
私は本をたくさん読みます。
それから、
勉強を持っています。

Kesan Singkat: Sabtu Bersama Bapak

Bismillahirrahmanirrahim.


“Jika ingin menilai seseorang, jangan nilai dia dari bagaimana dia berinteraksi dengan kita, karena itu bisa saja tertutup topeng. Tapi nilai dia dari bagaimana orang itu berinteraksi dengan orang-orang yang dia sayang.” ― Adhitya Mulya, Sabtu Bersama Bapak


Hm.. ngga pernah terpikir sebelumnya untuk me-review sebuah film, apapun itu. Tetapi memang ketika beres nonton (film lain) bersama sepupu beberapa hari lalu tuh sempat berniat untuk memberi tanggapan terhadap film yang ternyata bisa ditonton malam ini.



:)


Sebuah film yang diangkat dari sebuah novel yang dapat terbilang sukses. Menceritakan tentang hadirnya seorang kepala keluarga yang memberikan pendidikan, pengajaran serta bimbingan melalui video yang secara rutin diputar pada hari Sabtu. Mengapa Sabtu???

*kemudian hening*

“Hai, Satya! Hai, Cakra!” Sang Bapak melambaikan tangan.
“Ini Bapak. Iya, benar kok, ini Bapak..



Bapak cuma pindah ke tempat lain.
Gak sakit.
Alhamdulillah, berkat doa Satya dan Cakra. 

Mungkin Bapak tidak dapat duduk dan bermain di samping kalian. 

Tapi, Bapak tetap ingin kalian tumbuh dengan Bapak di samping kalian.
Ingin tetap dapat bercerita kepada kalian.
Ingin tetap dapat mengajarkan kalian.
Bapak sudah siapkan...

***
Film SABTU BERSAMA BAPAK bercerita tentang Gunawan, suami dan bapak dari keluarga Garnida. Dia memiliki seorang istri bernama itje dan dua orang anak bernama Satya dan Cakra. Hidup mereka berubah ketika Gunawan tahu, dia hanya memiliki satu tahun lagi untuk hidup. Dia khawatir tidak dapat membimbing kedua anak hingga dewasa. Dia khawatir membiarkan sang istri mendidik mereka sendiri. 

Gunawan memutuskan sesuatu. Kematian boleh membawanya pergi, tetapi kematian tidak dapat membatasinya dari menyayangi kedua anak. Ia membuat banyak rekaman berisikan pesan-pesan untuk kedua anaknya. Setelah Gunawan berpulang, sang istri memutuskan agar kedua anak dapat bertemu sang bapak satu kali seminggu, setiap hari Sabtu. 

Kehidupan mereka berlanjut. Dengan mengikuti pesan sang bapak, Satya selaku anak pertama terlalu kaku dengan pemikirannya sehingga terasa ada jarak dengan istrinya. Mengikuti pesan sang bapak pula, Cakra fokus bertahun-tahun menyiapkan materi sehingga lupa menyiapkan diri untuk mencari pasangan. Itje, sang ibu, menyimpang sebuah rahasia dan tidak ingin diketahui oleh kedua anaknya. Baginya ketika anak-anaknya kecil tidak menyusahkan dirinya, sehingga iapun tak ingin menyusahkan mereka...
***
Jujur saja, saya sendiri belum pernah membaca novelnya. Ketika mendengar judul film yang akan tayang di bioskop pada momen lebaran ini rasanya sudah tertarik untuk melihat. Seperti rasa penasaran sekaligus 'ingin mengenang' bercampur-baur menjadi satu.


Ini adalah sebuah cerita. Tentang seorang pemuda yang belajar mencari cinta. Tentang seorang pria yang belajar menjadi bapak dan suami yang baik. Tentang seorang ibu yang membesarkan mereka dengan penuh kasih. Dan…, tentang seorang bapak yang meninggalkan pesan dan berjanji selalu ada bersama mereka.

Secara keseluruhan, ini bagus, keren, menarik dan memang tidak sedikit nasehat serta motivasi yang dapat kita ambil untuk kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Hanya saja...
Mohon maaf, rasanya ada beberapa bagian yang kurang pantas untuk ditayangkan. Tidak ingin berkomentar mengenai ini, tetapi rasanya harus. Bagaimana tidak, film ini merupakan tontonan untuk Semua Umur (SU) ― dari tulisan yang terpampang pada bagian penjualan tiket di bioskop-bioskop sih gitu ― Tetapi saya sendiri 'agak' merasa kecewa dengan beberapa bagian yang juga buat saya malu ketika melihatnya. Beberapa bagian yang ngga bisa semudah itu dibilang pantas untuk semua umur. Terlebih lagi dalam ruangan tersebut tidak hanya remaja ataupun dewasa tetapi juga anak kecil yang masih di bawah umur, bahkan usia anak di sebelah saya tadi sekitar tujuh sampai sembilan tahun.

Kembali lagi, untuk keseluruhan dari film tersebut sudah baik. Bisa dibilang recommended, meskipun ngga recommended juga sih sebenarnya karena adanya beberapa bagian yang bagi saya cukup annoying juga. Sehingga mungkin kalau boleh, saya lebih menyarankan untuk membaca novelnya daripada menonton filmnya. Duh, maafkan.. ini hanya pendapat pribadi saja..

Salah satu kalimat yang cukup jleb tuh...
"Waktu dulu kita jadi anak, kita ngga nyusahin orangtua
Nanti kita sudah tua, kita ngga nyusahin anak.."

Menurut saya, Sabtu Bersama Bapak ini mengajarkan pula untuk menghargai kedua orangtua. Tidak hanya seorang Bapak yang dijadikan judul baik dalam novel ataupun film ini, tetapi juga seorang Ibu yang telah menjadi teman hidup Bapak dalam suatu keluarga.

Ayah terimakasih, ananda haturkan kepadamu
yang telah mendidik dan membesarkanku bersama Ibu

Ayah, engkaulah guruku yang terbaik sepanjang usiaku
yang telah membimbing masa kecilku meniti jalan Tuhanku

Allah semoga Kau berkenan membalas semua kebaikannya
menerimanya dan meridhainya di hadirat-Mu..

Selain itu, kita juga diajarkan agar ngga gengsi untuk meminta maaf. Kemudian berusaha untuk tidak mudah menyerah begitu saja. Dalam salah satu bagian dialognya disebutkan,
Kemenangan tuh diraih, bukan dikasih.
Kalau kurang pinter, belajar lagi biar lebih pinter.
Kalau kurang kuat, latihan lebih banyak lagi.

Sampai dengan pertengahan ketika film diputar tuh juga sempat agak kaget karena ternyata apa yang ditonton ngga sesuai dengan ekspektasi dan segala macam hal yang terlintas dalam pikiran. Pada awalnya, terhitung sejak membaca judul ketika film tersebut masih berstatus coming soon tuh merasa bahwa film ini akan melow, melankolis dan sedih-sedihan gitu... :')

Dan ternyata.... cukup salut juga dengan pihak yang memproduksi film ini karena bisa mengemas suatu film menjadi menarik. Hal menariknya disini adalah bahwa ini film yang cukup syedih, tetapi diiringi dengan 'kejutan' yang membuat alur dari film inipun ngga begitu 'flat' dan mudah ditebak (?) 

Lagi-lagi ini hanya sekedar pandangan saya terhadap apa yang telah saya saksikan. Mungkin lain orang memiliki pandangan ataupun pendapat yang lain pula. Nah, pandangan ataupun pendapat yang belainan itu justru yang membuat kita bisa saling melengkapi sekaligus menghargai. Bukan begitu? :)

Sebelum diakhiri...
Alhamdulillah, malam ini ada hal tak terduga lainnya...

Saya memiliki dua orang kakak, satunya di Depok (dalam kota yang sama) dan satunya lagi di Pontianak (Kalimantan Barat). Pukul 20.22 lalu ketika membuka grup keluarga di wasap, kakak saya yang tinggal di seberang mengirimkan sebuah gambar berupa foto empat tiket yang ternyata adalah tiket film yang sama. Ternyata beliau bersama istri dan beberapa keluarga disana-pun menonton film yang sama pada hari yang sama. Uniknya lagi, seat atau tempat duduk kamipun sama. Saya berada di baris C seat 8, dan kakak saya beserta rombongannya berada di baris C seat 7-10. Dan iyaaa, seat 8 termasuk didalamnya, bukan?

Secara ngga langsung bisa romantis juga persaudaraan kita yaaa (/ω\*)
Maha Luar Biasanya Engkau, Illahi Rabbi..
Bukan suatu hal yang penting bagi sebagian besar orang, memang.. Tetapi menurut saya hal ini adalah sesuatu yang tak bisa begitu saja dibilang biasa. Lain tempat, lain kota, lain pulau dengan film di hari dan tempat duduk yang sama. Duh, masyaaAllah..

Jika kalian menyaksikan video ini, artinya sebentar lagi kalian akan menikah. Akan menjadi kepala dari sebuah keluarga. Suami dari seorang istri. Dan Bapak dari seorang anak. Tugas Bapak membimbing kalian, selesai disini.

Tugas kalian sekarang, membimbing keluarga kecil kalian. Selalu ingatkan kepada diri kalian untuk memberikan yang terbaik bagi mereka. Karena kehadiran mreka adalah hal terbaik yang terjadi pada kalian. Sebagaimana kehadiran mama dan kalian, menjadi hal terbaik dalam hidup bapak.

Terimakasih untuk itu. Terimakasih sudah membahagiakan bapak.
Anak-anakku.. Istriku..
Maafkan semua kesalahan bapak.. Maaf..

Illahi Rabbi..
melalui rangkaian kata ini, inginku titipkan
"maaf" dan "terimakasih"-ku yang belum tersampaikan
serta sapaan hangat lainnya untuk dia yang jauh dari jangkauan
semoga Kau senantiasa Memberikannya perlindungan
sampai akhirnya kami dapat kembali disatukan
dalam jannah-Mu di hari kemudian..
Allahumma aamiin~

In YOUR dearest memories,
do you remember loving me?

Was it fate that brought us close and now leaves me behind?
A voice from the past, joining YOURS and mine
Adding up the layers of harmony
And so it goes, on and on
Melodies of life..
To the sky beyond the flying bird
– forever and on

If I should leave this lonely world behind
YOUR VOICE will still remember OUR MELODY
Now I know we’ll carry on
Melodies of life..
Come circle round and grow deep in our hearts,
as long as we remember...
___________
  • Brothers - Kenangan Bersama Ayah
  • Emiko Shiratori - Melodies Of LIfe
  • http://movie.co.id/sabtu-bersama-bapak/
  • http://www.trivia.id/post/7-kutipan-dari-buku-sabtu-bersama-bapak-yang-akan-mengubah-pandanganmu-tentang-pernikahan

Tuesday, July 12, 2016

Berkilaunya Warna Langit Merah

Bismillahirrahmanirrahim.

"Di langit merah.
Apakah penjaga tak melihat lambaian tangannya padaku?"
(Penggalan puisi yang ditulis oleh istri Kaisar Tenji, Putri Nukata)

Kali ini merasa begitu bahagia
Perasaan yang ntah mengapa
Tetapi tiba-tiba hadir begitu saja
Diri inipun tak tau darimana asalnya
Satu yang ku tau bahwa.. aku bahagia~

Alhamdulillah..

Sebelumnya aku begitu menyukai senja
Tetapi kisah itu berlalu ketika aku menjumpai senja yang lainnya
Ialah senja yang membiarkan diri ini menjadi enggan menghormati sesama
Duhai dikau, semoga kau baik-baik saja disana
Selebihnya adalah egomu itu dapat diarahkan secara bijaksana

Aamiin..

Langit merah itu mengingatkan juga kepada kisah-kisah lainnya
Kisah singkat dan menyakitkan termasuk juga di dalamnya
Berbagai kisah lainnya pula yang membuatku semakin gagah perkasa
Illahi Rabbi.. semoga aku dapat mengambil hikmah dari segala yang terjadi sebelumnya

Aamiin..

Masih berkaitan dengan langit merah yang membawaku bersamanya
Ini merupakan salah satu kisah lama yang tak lagi aku sapa
Bahkan untuk beberapa kali, hadirnya itu sempat terlupa
Illahi Rabbi.. terimakasih telah menghadirkan orang-orang hebat seperti mereka

:')

Untuk selanjutnya, apa yang bisa membuat diri ini lebih kuat?
Sudahkah diri ini menjadi hamba-Nya yang taat?
Masihkah diri ini bermain dalam lingkaran maksiat?
Illahi Rabbi.. maafkan atas segala khilaf dan salah yang telah banyak aku perbuat

…(╥﹏╥)

Langit merah ketika itu menunjukkan kilaunya yang menawan
Suatu pemandangan alam yang tak mudah hilang dari ingatan
Suatu momen dimana yang terjadi dapat tersimpan rapat dalam ingatan
Hingga nantinya dapat tersusun rapi dalam suatu lembaran kenangan

:)

Langit merahpun mengingatkan pada dia yang terkenang
Sosok pahlawan yang hadirnya kini mulai menghilang
Tetapi aroma khasnya masih membuat diri ini terus terkenang
Illahi Rabbi.. sampaikan salamku ini pada dia yang tersayang

...

...

Baiklah, aku akui bahwa itu semua hanya pengalih perhatian
Untuk sesuatu yang rasanya akan sangat mengejutkan
Suatu hal yang sepertinya tak akan mudah untuk dituangkan dalam tulisan
Illahi Rabbi.. semoga Engkau senantiasa menyertai hari-hari hamba-Mu dengan kekuatan

Aamiin..

...

Hari ini bukan Sabtu
Begitupun hari yang telah lalu
Maka, bersabarlah diriku
Semoga tidak berakhir dengan kelabu..

__________

Senja di hari Selasa
Bulan syawal pada Minggu kedua
L. Yuniasari

Wednesday, July 6, 2016

Happy 'Eid Mubarak 1437H

Bismillahirrahmanirrahim.


Untuk kali ini ngga akan berlama-lama dalam merangkai kata.

Begitu banyak hal yang sebenarnya perlu direnungkan.

Mulai dari ibadah, lisan, perbuatan, termasuk bagaimana hari-hari kita di bulan Ramadhan yang telah lalu :'

Illahi Rabbi.. maafkan hamba-Mu ini yang seringkali lupa diri sampai-sampai hanya bisa menyesali apa yang telah terjadi..

#istighfar

Alhamdulillah, suatu nikmat yang tiada terkira ketika bisa diperjumpakan kembali dengan bulan Syawal yang begitu masyaaAllah ini :')

Sepertinya ngga perlu banyak berkata-kata karena diri ini memang banyak salah, khilaf dan kurangajarnya.

Mohon maaf lahir dan bathin atas segala macam hal yang barangkali dirasa tidak berkenan bahkan mengecewakan.

"大好きなその笑顔くもらせてごめんね
祈っても時の流れ速すぎて遠くまで
流されたから戻れなくて.."
♪ Pieces

Selamat berSEMANGAT! 

Semoga aku, kamu, dia, mereka dan kita semuanya benar-benar "pantas" dikatakan sebagai seorang pemenang yang karena Kuasa dan Kebesaran-Nya telah mempertemukan kita dengan bulan Suci penuh Berkah ini :')

Illahi Rabbi..
Semoga Engkau senantiasa mencintai kami..
Allahumma aamiin :')

DIY, 2016年07月06日

30 Ramadhan 1437H - Ketika Ramadhan 'benar-benar' Mulai Berkemas

Bismillahirrahmanirrahim.

30 Ramadhan 1437H


Menjelang Garis Finish
Oleh: Muhammad Nuzul Dzikri

Saudaraku,
Masih ingat sabda Nabi SAW:
"Kehinaan bagi seseorang, yang memasuki bulan Ramadhan lalu disaat Ramadhan berakhir dosa-dosanya belum diampuni oleh ALLAH." - HR. Tirmidzi

Sadarkah kita bahwa waktu kita hanya tinggal beberapa jam saja sebelum ancaman itu datang?!
Jika saat matahari terbenam di sore nanti dan dosa-dosa kita belum diampuni, maka bersiaplah menjadi terhina di dunia dan di akhirat!

Saudaraku,
Masihkah kita tenggelam dalam euforia kemenangan yang belum nyata?!
Segarkan lagi ingatan kita... Berapa dosa yang kita lakukan di bulan suci ini??

Benar... kita berpuasa, namun apakah kita mempuasakan tubuh kita dari dosa?
Benar... kita telah tarawih, namun berapakah tarawih yang kita lakukan dengan khusyu'?
Benar... kita telah mengkhatamkan Al Qur'an, tapi berapa ayatkah yang berhasil kita resapi dan tuangkan dalam kehidupan sehari-hari?
Masih layakkah kita merayakan hari kemenangan esok hari?

Saudaraku, jangan berkecil hati...
Rabb kita berfirman:
"Wahai anak adam, kalaulah dosamu memenuhi langit, lalu kamu memohon ampun pada-Ku, niscaya Aku akan ampuni seluruh dosamu dan Aku tidak peduli sebanyak apapun dosa tersebut." - Hadits Qudsi Riwayat Tirmidzi

Kita memiliki Rabb Yang Maha Pengampun dan Penyanyang, namun Yang Maha Pengampun ini meminta kita berjuang dan beristighfar sampai akhir.

"Istighfar adalah penutup seluruh amal ibadah."
(Itulah yang digariskan oleh Imam Ibnu Rojab dalam Lathaiful Ma'arif: 232)

Marilah kita menutup Ramadhan 1437 H ini dengan memperbanyak istighfar dan bertaubat atas segala khilaf dan lalai.
Dan maksimalkanlah detik-detik yang masih tersisa, karena anda tidak pernah tahu mungkin saja rahmat itu turun di detik terakhir sebelum matahari terbenam.

Juara sejati tidak akan berhenti berlari sampai ia menginjakkan kakinya di garis finish.

__________ 

Begitu cepatnya waktu berlalu hingga akhirnya tibalah kita pada penghujung bulan Ramadhan ini. Yang harus kita lakukan berikutnya adalah evaluasi diri, mulai dari ibadah; lisan; perbuatan serta segala macam hal yang memang perlu dibenahi lainnya.

Atas nama pribadi, saya memohon maaf apabila dalam menunaikan targetan selama 30 hari ini telah melakukan banyak salah dan khilaf apapun itu. Namanya juga lagi belajar berbenah diri, mudah-mudahan untuk berikutnya bisa lebih introspeksi dan juga lebih baik lagi *Allahumma aamiin

Salam sehat dan SEMANGAT! 

29 Ramadhan 1437H - Jaga Lisan dan Perbuatan, bukan hanya pada bulan Ramadhan

Bismillahirrahmanirrahim.

29 Ramadhan 1437H


Sebelum dia benar-benar pergi...
Sekedar ingin mengingatkan kembali.
Pada hakikatnya, puasa itu tak hanya menahan lapar dan dahaga semata,
Tetapi juga menahan hawa nafsu, lisan serta perbuatan juga.

Jika ketika puasa, justru terkalahkan oleh yang namanya hawa nafsu
Maka bukankah itu dapat menggugurkan pahala puasa?

Jika ketika puasa, masih belum bisa menjaga lisan ataupun perkataan
Maka bukankah itu dapat menggugurkan pahala puasa?

Jika ketika puasa, masih belum bisa mengendalikan diri dalam perbuatan
Maka bukankah itu dapat menggugurkan pahala puasa?

Ngga peduli tua, muda, besar ataupun kecil kalau kiranya memang perlu diingatkan yaaa jangan enggan untuk menerima masukan seperti apapun itu. Bukankah DIA memiliki sifat Maha Lembut dan menyukai kelembutan serta sifat lapang dada?

Jika tiap harinya dalam perjalanan hidup kita justru terkalahkan oleh ego yang menuntut bahwa perkataan ataupun tindakan kitalah yang benar, maka bersiaplah diri untuk menuju kehancuran.
Bagaimana tidak? Sudah tau manusia tuh ngga ada yang sempurna, kemudian ketika ingin diberi masukan ataupun nasehat oleh orang lain justru seolah menolak karena 'mantap' dengan ego pribadi tuh ya ampuuuunn.... #istighfar

Ya ampun, apa sih yang dicari di dunia ini? Padahal kita tuh hanya sekedar 'numpang singgah' disini.

Apa yang sebenarnya diinginkan? Padahal seharusnya kita menyibukkan diri untuk mempersiapkan perbekalan.

Adakah kau lupa bahwa ada yang mengejar kita? Ialah kematian yang bisa datang kapan saja tanpa memandang usia, waktu tempat serta kondisi.

Mari bersama menjadi hamba-Nya yang ngga pernah bosan untuk introspeksi diri. Sebelum men-judge orang lain dengan komentar ini dan itu, bukankah lebih baik untuk memeriksa kembali bagaimana diri ini?

Illahi Rabbi.. maafkan segala macam khilaf dan kurangnya kami..
Semoga Engkau tetap Menghadirkan rahmat dan hidayah dalam hari-hari kami..
Semoga Engkau tetap Mencintai kami..
Allahumma aamiin~

Sebagai kalimat penghujung, satu hal yang perlu diingat bahwa mengendalikan diri dari bahaya lisan dan perbuatan tuh bukan hanya ketika Ramadhan tetapi harus juga diterapkan pada bulan-bulan lainnya. SEMANGAT menuju perubahan!

Yogyakarta, 2016年07月04日
L. Yuniasari

__________
*catatan pengingat dari dan untuk diri sendiri

28 Ramadhan 1437H - Ramadhan akan segera berakhir, MENANGISLAH

Bismillahirrahmanirrahim.

28 Ramadhan 1437H


Alhamdulillah, baru saja kemarin berbuka puasa di Ibukota dan sekarang sudah tiba di kota lainnya (/ω\)

Ngga terasa 'akan' benar-benar menginjak penghujung Ramadhan tahun ini. Dan pada kesempatan kali ini ingin berbagi tulisan yang didapat dari beberapa grup wasap :')

***

Menangislah..

Sebelum Ramadhan Pergi...

Kita pernah berjanji mengkhatamkan Qur'an..
Setelah Ramadhan di akhir hitungan, kita tak jua beranjak dari juz awalan..


Menangislah..

Sebelum Ramadhan Pergi...

Kita pernah berjanji menyempurnakan qiyamullail yang bolong penuh tambalan..
Setelah Ramadhan di akhir hitungan, kita tak jua menyempurnakan bilangan..


Menangislah..

Sebelum Ramadhan Pergi...

Kita berdoa sejak Rajab dan Sya'ban agar disampaikan ke Ramadhan..
Setelah Ramadhan di akhir hitungan..Ternyata masih juga tak bisa menahan dari kesia-siaan..

Ternyata masih juga tak bisa menambah ibadah sunnah..
Bahkan..
Hampir terlewat dari menunaikan yang wajib...

Menangislah wahai saudaraku...

Biar butir bening itu jadi saksi di yaumil akhir..

Bahwa ada satu hamba yang bodoh, lalai, sombong lagi terlena..
Sehingga Ramadhan yang mulia pun tersia-sia..


Menangislah..

Dan tuntaskan semuanya malam ini..

atas i'tikaf yang belum juga kita kerjakan..
atas lembaran Qur'an yang menunggu dikhatamkan..
atas lembaran mata uang yang menunggu disalurkan..
atas sholat sunnah yang menunggu jadi amal tambahan..


Menangislah..

Lebih keras lagi...

Karena Allah tidak menjanjikan apapun untuk Ramadhan tahun depan..
Apakah kita masih disertakan.. 


Selamat menghidupkan malam-malam terakhir di Bulan Ramadhan :')
Salam sehat dan SEMANGAT! ✊

27 Ramadhan 1437H - Yuk, MUDIK!

Bismillahirrahmanirrahim.

27 Ramadhan 1437H


Sekitar awal-awal Ramadhan lalu mama sempat bilang, "Mudah-mudahan Syawal tahun ini kita bisa pulang yaaa dek, khawatir kaget kalau di rumah..."

:)

Alhamdulillah, atas Kuasa dan Kebesarannya ternyata kami masih diberikan waktu dan kesempatan untuk menempuh perjalanan meninggalkan Rawakalong dan Depok tercinta (/ω\*)

Bismillah.. semoga safar bukan menjadi alasan untuk melalaikan targetan yang sejauh ini Alhamdulillah bisa berjalan meskipun ada beberapa yag terlambat ckck ✌

Siang sampai sore tadi sempat singgah di Terminalnya Damri gitu, dan agak syedihnya tuh ketika momen mudik seperti ini ngga sedikit juga yang justru secara ngga langsung melupakan kewajiban yang seharusnya ditunaikan, terlebih lagi ini kan bulan Ramadhan. Beberapa ada yang puasanya ditinggalkan, ibadah lima waktu juga seolah ngga dipedulikan karena 'sibuk' atau mungkin 'menyibukkan diri' untuk menunggu jemputan yang akan mengantar menuju kampung halaman. Duh, jadi pengingat buat diri sendiri juga mudah-mudahan bukan termasuk satu diantara mereka (╥﹏╥)

...

•┈┈┈┈•✿❁❁✿•┈┈┈┈•

Mudik Kampung Akhirat dan Mudik Kampung Dunia

Renungan antara dua mudik:

1) Rasa gembira dan rasa takut
Benar, mudik lebaran ke kempung dunia membuat hati terasa gembira dan bahagia
Tapi, mudik ke kampung akhirat, sebagian takut dan cemas, iya karena Al-wahn, yaitu cinta dunia dan takut mati

2) Dinanti-nantikan dan dihindari
Iya, betapa bahagia ketika mendapat cuti liburan panjang akan mudik kampung dunia
Tapi, mudik kampung akhirat dihindari, dicemaskan bahkan sekedar berita kematian saja sudah ngeri

3) Persiapan mudik
Benar, mudik lebaran mempersiapkan segalanya, baju terbaru, kendaran performa terbaik, senyuman dan suasana menyenangkan
Tapi, mudik akhirat? Seadanya?  tidak tahu bekalnya apa? Bahkan tidak ada yang siap mudik sekarang juga

4) Buah tangan mudik
Iya, bahagia sekali bisa membawa buah tangan oleh-oleh bagi mereka yang dikampung, buah tangan tidak seberapa tetapi bernilai
Tapi, buah tangan mudik akhirat belum jelas? Karena tempat persinggahan belum tentu bertemu

5) Selama merantau
Benar, selama merantau, hidup seadanya, pakaian, makanan dan tempat tinggal, yang penting pulang kampung sukses dan membawa semua keberhasilan di perantauan
Tapi, mudik akhirat telah dilupakan, pura-pura lupa atau sengaja dilupakan, malah bermegah-megah di tanah perantauan, sejatinya tanah perantauan semu

Kitalah perantau itu..
Sekedar lewat, sebagaimana musafir yang mampir sebentar di bawah pohon kemudian pergi

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apa peduliku dengan dunia?! Tidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti musafir yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu musafir tersebut meninggalkannya.”(HR. Tirmidzi)

~Raehanul Bahraen

Tiga hari lg menuju Kemenangan! Yang lagi pada mudik, Fii amanilillah... 
Semoga selamat sampai tujuan. Selamat berkumpul dengan keluarga.

•┈┈┈┈•✿❁❁✿•┈┈┈┈•

SEMANGAT Ramadhan!
Selamat menikmati perjalanan bagi siapa saja yang sedang berada dalam perjalanan!
Semoga kali ini kita bisa benar-benar meraih KEMENANGAN :')
Allahumma aamiin~

Monday, July 4, 2016

Ternyata Ini Adalah Rintikan Hujan Salju

Bismillahirrahmanirrahim.

Ternyata benar, untuk menghasilkan suatu tulisan perlu menunggu momennya. Meskipun ngga bisa dipungkiri juga bahwa sebenarnya tiap saat pasti ada momen yang terjadi dalam hidup kita, hanya saja seringkali manusianya yang kurang peka. Ckck.

Pagi ini ternyata dihadirkan dengan kesedihan. Suatu hal yang sebelumnya memang tidak diharapkan. Illahi Rabbi, jadikan kami hamba-Mu yang tetap berada dalam koridor ketaatan. Semoga kami dapat mengambil hikmah dalam tiap kejadian.
Allahumma aamiin.

Hujan itu mengingatkan akan ketakutan. Rasa khawatir yang berlebihan terhadap suatu kejadian. Terkadang justru hilang dan menjauh dari ingatan. Illahi Rabbi, jaga dan berikan kami kekuatan..

Ketika hujan sudah terlanjur datang. Aneka macam pikiran semakin meradang. Seketika teringat tempat untuk pulang. Tetapi bagaimana jika perbekalan kita masih kurang?

Istighfar.

Mengenai salju..
Sebelumnya aku hanya satu kali pernah bercerita tentangnya.
Adalah sapaan pelepas rindu yang tiada terkira.
Yang bahkan sampai dengan hari inipun belum benar-benar tersampaikan padanya.
Sudahlah, tidak mengapa :)

Butir-butir kecil yang mulai jatuh perlahan.
Menjadi saksi bisu akan kisah tak terlupakan.
Kisah pengantar yang kehadirannya tak diinginkan.
Semoga darinya kita dapat mengambil pelajaran.

Berikutnya tentang rindu.
Beberapa hari ini ada perasaan yang hadir dalam kalbu.
Tanpa jelas kemana rasa itu tertuju.
Illahi Rabbi, semoga kami senantiasa dalam penjagaan-Mu.
Dan tetap pada ajaran-Mu, duhai Dzat Yang Maha Satu.

"Kau sudah berjuang keras...", sanjungku pada diri ketika itu.
Ketika tanah belum menggumpal menjadi batu.
Ketika air laut itu masih jelas berwarna biru.
Ketika langit cerah, tiada kelabu.
Ketika rintikan hujan belum berubah menjadi salju...

Kemudian, untuk selanjutnya bagaimana?
Apakah tanah, laut dan langit akan kembali seperti sediakala?
Apakah salju akan pergi dan menghilang begitu saja?
Akankah rintikan hujan menjadi seperti sebelumnya?
...

Rangkaian kata ini belum benar-benar berakhir.
Rasanya masih ada hal yang belum 'ikut' terukir.
Selanjutnya, perkenankan diri ini untuk kembali berpikir.
Sehingga diri ini tak menjadi hamba yang menyalahkan takdir.

...

Teruntuk kau Yang Terkasih,
Aku ingin mengucapkan terimakasih
Atas segala macam hal yang kau kasih
Sungguh.. Engkaulah sebaik-baik Maha Pengasih

Saturday, July 2, 2016

26 Ramadhan 1437H - Kita Sudah Jauh Berjalan, Apa yang Sudah Kita Bawa?

Bismillahirrahmanirrahim.

26 Ramadhan 1437H


Menemukan Kesejatian Diri
Oleh: Muhammad Anis Matta, Lc

Kita sudah relatif jauh berjalan. Banyak yang sudah kita lihat dan yang kita raih. Tapi banyak yang masih kita keluhkan: rintangan yang menghambat, goncangan yang melelahkan fisik dan jiwa, suara-suara gaduh yang memekakkan telinga dari mereka yang mengobrol tanpa ilmu, dan tikungan-tikungan tajam yang menegangkan. Sementara, banyak pemandangan indah yang terlewatkan dan tak sempat kita potret. Dan masih banyak lagi.

Jadi, mari kita berhenti sejenak disini!
Ber’itikaf.

Kita memerlukan saat-saat itu, saat dimana kita membebaskan diri dari rutinitas yang mengurangi kepekaan spiritual; saat dimana kita melepaskan sejenak beban kehidupan yang selama ini kita pikul dan mungkin menguras stamina kita.

Kita memerlukan saat-saat seperti itu, karena kita perlu membuka kembali peta perjalanan kita; melihat-lihat jauhnya jarak yang telah kita tempuh dan sisa perjalanan yang masih harus kita lalui; menengok kembali hasil-hasil yang telah kita lalui; meneliti rintangan yang mungkin menghambat laju pertumbuhan kita; memandang ke alam sekitar karena banyak aspek dari lingkungan strategis kita telah berubah.

I’tikaf kita butuhkan untuk dua keperluan.

Pertama, untuk memantau keseimbangan antara berbagai perubahan pada lingkungan strategis dengan kondisi internal dakwah serta laju pertumbuhannya. Yang ingin dicapai dari upaya ini adalah memperbarui dan mempertajam orientasi kita; melakukan penyelarasan dan penyeimbangan berkesinambungan antara kapasitas internal dakwah, peluang yang disediakan lingkungan eksternal, dan target-target yang dapat kita raih.

Kedua, untuk mengisi ulang hati kita dengan energi baru sekaligus membersihkan debu-debu yang melekat padanya selama menapaki jalan dakwah. Yang ingin kita raih adalah memperbarui komitmen dan janji setia kita kepada Allah SWT bahwa kita akan tetap tegar menghadapi semua tantangan; bahwa yang kita harap dari semua ini hanyalah ridha-Nya.

Karena itu, i’tikaf harus menjadi tradisi yang semakin kita butuhkan ketika perjalanan hidup sudah semakin jauh.

Tradisi i’tikaf ini harus kita lakukan dalam dua tingkatan; individu atau jamaah. Pada tingkatan individu, tradisi ini dikukuhkan melalui kebiasaan merenungi, menghayati, dan menyelami telaga akal kita untuk menemukan gagasan baru yang kreatif, matang, dan aktual di samping kebiasaan muhasabah, memperbarui niat, menguatkan kesadaran dan motivasi, serta memelihara kesinambungan semangat jihad.

Kalau ada pemaknaan yang aplikatif terhadap hakikat kekhusyukan yang disebutkan Al-Qur’an, maka ini salah satunya. Penghentian seperti inilah yang mewariskan kemampuan berpikir strategis, penghayatan emosional yang menyatu secara kuat dengan kesadaran dan keterarahan yang senantiasa terjaga di sepanjang jalan dakwah yang berliku dan curam.

Maka, Allah SWT mengatakan, “Belumkah datang saat bagi orang-orang beriman untuk mengkhusyukan hati dalam mengingat Allah dan dalam (menjalankan) kebenaran yang diturunkan. Dan bahwa hendaklah mereka tidak menjadi seperti orang-orang yang telah diberikan Alkitab sebelumnya (dimana) ketika jarak antara mereka (dengan sang rasul) telah jauh, maka hati-hati mereka jadi keras, dan banyak dari mereka jadi fasik.” (QS. Al Hadid: 16)

Di masa Islam, Allah mensyariatkan i’tikaf sepuluh hari terakhir pada setiap Bulan Ramadhan. Begini pula akhirnya kita memahami mengapa majelis-majelis kecil para sahabat Rasulullah SAW di masjid atau di rumah-rumah berubah menjadi wacana merawat kesinambungan iman dan semangat jihad. Maka ucapan mereka, kata Ali bin Abi Thalib, adalah dzikir, dan diam mereka adalah perenungan.

Tradisi inilah yang hilang di antara kita, sehingga diam kita berubah jadi imajinasi yang liar, ucapan kita kehilangan arah dan makna. Maka, dakwah kehilangan semua yang ia butuhkan berupa pikiran-pikiran baru yang matang dan brilian, kesadaran yang senantiasa melahirkan kepekaan, dan semangat jihad yang tak pernah padam di sepanjang jalan dakwah yang jauh dan berliku.

***

Beberapa hari menuju penghujung Ramadhan, sudah sejauh mana diri kita melangkah?
Perubahan seperti apa yang sudah kita bawa?
Sudah lebih baik-kah diri ini?
Mari tanyakan pada diri~

*renungan sekaligus pengingat dari dan untuk diri sendiri 🍃

25 Ramadhan 1437H - Ramadhan Masih Belum Usai

Bismillahirrahmanirrahim.

25 Ramadhan 1437H


Mumpung Masih Ramadhan..

Allah menjanjikan bagi siapa saja yang mau bersedekah, Allah akan memeliharanya dari segala bentuk kekhawatiran dan segala bentuk kesedihan. Anda saat ini sedang punya masalah? Makanya ayo segera bersedekah..

Mumpung Masih Ramadhan..

Mumpung masih bisa berlomba-lomba melakukan kebaikan. Karena tidak ada yang tahu kapan kematian akan datang. Tidak ada yang tahu apakah kita bisa berjumpa dengan ramadhan tahun depan?
Wallahu'alam.

Deketin Allah dengan Sedekah. Deketin juga Keluarga Allah, Para Penghafal Qur’an. Biar kita semua jadi ahlul Qur’an. Insya Allah.

***

Ingat, Ramadhan belum usai

Jangan berhenti sebelum kakimu menginjak garis finish!

Seorang alim ulama’ berkata;
.
:العبرة بكمال النهايات لا بنقص البدايات
.
"Yang menjadi ukuran adalah kesempurnaan penutupnya, bukan kekurangan yang terjadi di permulaannya"

Jangan sampai terbalik!
Awal-awal ramadhan begitu semangat, tetapi akhirnya loyo…

Ayo semangat!
Siapa tahu malam ini atau malam-malam yang masih tersisa adalah malam lailatul qadr.

Rasulullah SAW tidak keluar dari tempat I’tikafnya, sampai benar-benar kakinya mencapai garis FINISH.

Yang mudik, tetap dijaga lisannya untuk selalu basah dengan dzikrullah.

Yang belum khatam qur’annya, pending semua aktivitas yang bisa dipending, usahakan sebelum terbenam mentari di akhir ramadhan tahun ini, kecuali kau sudah mengkhatamkannya.
.
إِنْ شَاءَ اللّه
.
BISA..
Asalkan niat dan berazam.

Ingat belum saatnya menebar, ucapan selamat. Karena kau belum mencapai finish

- Ustadz DR. Syafiq bin Riza Basalamah MA, hafidzohulloh

24 Ramadhan 1437H - AYO I'TIKAF

Bismillahirrahmanirrahim.

24 Ramadhan 1437H


Allahumma shayyiban naafi'aan. MasyaaAllah, berkah.. berkah.. berkah.. ☔💦

Tetiba sempat ditunjukkan video singkat gitu tentang i'tikaf. Oleh karenanya, AYO I'TIKAF 🙌✨

Dari دكتور رسلي حسبي Lc. MA :
Sekilas FIQIH I'TIKAF

Dalam tinjauan bahasa Arab, al-i’tikaf bermakna al-ihtibas (tertahan) dan al-muqam (menetap).
(sumber: At-Ta’rifat karya ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali Asy-Syarif Al-Husaini Al-Jurjani atau sering disebut dengan Al-Jurjani)

Sedangkan definisinya menurut para fuqaha adalah:
.
الْمُكْثُ فِي الْمَسْجِدِ بِنِيَّةِ القُرْبَةِ
.
Menetap di masjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah.
(Mu’jam Lughah Al-Fuqaha karya Muhammad Rawwas Qal’ah Ji 1/76)

Atau:
.
لُزُومُ الْمَسْجِدِ لِطَاعَةِ اللهِ وَالاِنْقِطَاعِ لِعِبَادَتِهِ، وَالتَّفَرُّغِ مِنْ شَوَاغِلِ الْحَيَاةِ
.
Menetap di masjid untuk taat dan melaksanakan ibadah kepada Allah saja, serta meninggalkan berbagai kesibukan dunia.

Hukum dan Dalil Disyariatkannya I’tikaf

Hukumnya sunnah, dan sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan karena hampir tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah saw) di sepuluh hari terakhir Ramadhan. I’tikaf menjadi wajib jika seseorang telah bernadzar untuk melakukannya.

Dalil-dalilnya:
.
وَعَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
.
Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud”. (Al-Baqarah (2): 125).
.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي كُلِّ رَمَضَانَ عَشْرَةَ أَيَّامٍ فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا (رواه البخاري)
.
Dari Abu Hurairah ra ia berkata: Nabi Muhammad saw selalu i’tikaf setiap bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Dan pada tahun wafatnya, beliau i’tikaf selama dua puluh hari. (HR. Bukhari).
.
قَوْلُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ [رواه البخاري ومسلم]
.
Aisyah ra berkata: Rasulullah saw melakukan i’tikaf di sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan) sampai Allah mewafatkan beliau. Kemudian para istrinya melakukan i’tikaf sepeninggal beliau. (HR. Bukhari dan Muslim)

Para ulama sepakat bahwa i’tikaf seorang istri harus seizin suaminya.

Tujuan dan Manfaat I’tikaf

Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa tujuan disyariatkannya i’tikaf adalah agar hati terfokus kepada Allah saja, terputus dari berbagai kesibukan kepada selain-Nya, sehingga yang mendominasi hati hanyalah cinta kepada Allah, berdzikir kepada-Nya, semangat menggapai kemuliaan ukhrawi dan ketenangan hati sepenuhnya hanya bersama Allah swt. Tentunya tujuan ini akan lebih mudah dicapai ketika seorang hamba melakukannya dalam keadaan berpuasa, oleh karena itu i’tikaf sangat dianjurkan pada bulan Ramadhan khususnya di sepuluh hari terakhir.
(Zadul Ma’ad 2/82)

Adapun manfaat i’tikaf di antaranya adalah:
  1. Terbiasa melakukan shalat lima waktu berjamaah tepat waktu.
  2. Terlatih meninggalkan kesibukan dunia demi memenuhi panggilan Allah.
  3. Terlatih untuk meninggalkan kesenangan jasmani sehingga hati bertambah khusyu’ dalam beribadah kepada Allah swt.
  4. Terbiasa meluangkan waktu untuk berdoa, membaca Al-Quran, berdzikir, qiyamullail, dan ibadah lainnya dengan kualitas dan kuantitas yang baik.
  5. Terlatih meninggalkan hal-hal yang tidak berguna bagi penghambaannya kepada Allah swt.
  6. Memperbesar kemungkinan meraih lailatul qadar.
  7. Waktu i’tikaf adalah waktu yang tepat untuk melakukan muhasabah dan bertaubat kepada Allah swt.
Rukun I’tikaf

Rukun i’tikaf ada empat:
(sumber: Raudhah At-Thalibin wa ‘Umdah Al-Muftin karya Imam An-Nawawi: 1/281)
  1. Mu’takif (orang yang beri’tikaf)(المُعْتَكِفُ)
  2. Niat (النِّيَّة)
  3. Menetap (اللُّبْثُ). Tidak ada batasan minimal yang disebutkan oleh Al-Quran maupun Hadits tentang lamanya menetap di masjid. Namun untuk i’tikaf sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan waktu i’tikaf yang ideal dimulai pada saat maghrib malam ke-21 sampai maghrib malam takbiran.
  4. Tempat i’tikaf (المُعْتَكَفُ فِيهِ)
Syarat I’tikaf
  1. Syarat yang terkait dengan mu’takif : beragama Islam, berakal sehat, mampu membedakan perbuatan baik dan buruk (mumayyiz), suci dari hadats besar (tidak junub, haid, atau nifas).
  2. Syarat yang terkait dengan tempat i’tikaf : masjid yang dilakukan shalat Jumat dan shalat berjamaah lima waktu di dalamnya agar mu’takif tidak keluar dari tempat i’tikafnya untuk keperluan tersebut.
Yang Membatalkan I’tikaf
  1. Kehilangan salah satu syarat i’tikaf yang terkait dengan mu’takif.
  2. Keluar dengan seluruh badan dari tempat i’tikaf, kecuali untuk memenuhi hajat (makan, minum, dan buang air jika tidak dapat dilakukan di lingkungan masjid) dan melaksanakan kewajiban yg tak dapat ditunda seperti menghadiri jenazah orang tua, dan menjenguk orang sakit bila menjadi kewajiban mu'takif.
Mengeluarkan sebagian anggota badan dari tempat i’tikaf tidak membatalkan i’tikaf sesuai dengan ungkapan ‘Aisyah ra:
.
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يُخْرِجُ رَأْسَهُ مِنَ الْمَسْجِدِ وَهُوَ مُعْتَكِفٌ فَأَغْسِلُهُ وَأَنَا حَائِضٌ
.
Nabi Muhammad saw mengeluarkan kepalanya dari masjid (ke ruangan rumahnya) saat beliau i’tikaf lalu aku mencucinya sedang aku dalam keadaan haid.
(HR. Bukhari).

Adab atau hal yang harus diperhatikan oleh Mu’takif
  1. Selalu menghadirkan keagungan Allah di dalam hati sehingga niatnya terus terjaga.
  2. Menyibukkan diri dengan amal yang dapat mencapai tujuan i’tikaf.
  3. Bersahaja dan tidak berlebihan dalam melakukan perbuatan mubah seperti makan, minum, berbicara, tidur dan hal-hal lain yang biasa dilakukan di luar masjid.
  4. Menjauhi amal perbuatan yang dapat merusak tujuan i’tikaf seperti pembicaraan tentang materi (jual beli, kekayaan dan lain-lain).
  5. Memelihara kebersihan diri dan tempat i’tikaf serta menjaga ketertiban dan keteraturan dalam segala hal.
  6. Tidak melalaikan kewajiban yang tidak dapat ditunda pelaksanaannya, seperti nafkah untuk keluarga, menolong orang yang terancam keselamatannya, dan lain-lain.
***

Maha Benar Allah dengan segala Firman-Nya 😊

SEMANGAT Ramadhan!