Friday, May 29, 2015

Bedah Buku: "Ladies, Belanjakan saja semua Uangmu"

28 Mei 2015
Oleh: Ai Nur Bayinah, S.El., M.M.

***

Ternyata uang itu setelah diterima, jangan malah dibendung atau ditahan. Dalam Islam itu tidak diperbolehkan untuk menahan uang. Buktinya apa?
Dapat dilihat misalnya kalau kita menahan uang sampai banyak, maka akan diwajibkan untuk zakat. Berarti Islam memang mengajarkan agar uang tidak hanya untuk ditahan atau ditimbun.

Pemuda pemimpin
Sebagian besar follower Rasulullah SAW di awal Islam adalah pemuda. Umar bin Khaththab selalu meminta pendapat para pemuda pada saat bermusyawarah dalam pemerintahannya.
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah"
[QS. Al-Ahzab : 21]

Ciri pemuda terbaik
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik."
[QS. Ali-Imran : 110]

Bener ngga sih, harus perempuan yang mengatur keuangan?
Jawabnya pendapat masing-masing atau berdasarkan pengalaman pribadi aja deh yaaa :p

Siapa sosok shahabiyyah yang paling pandai mengurus uang?
Jawabannya adalah Siti Khadijah, karena beliau kaya dan sukses. Beliau punya tiga hal yang seharusnya juga kita contoh:
・Mandiri
・Percaya diri
・Peduli

Financial Planning
Meluruskan Pola Belanja

Fakta:
- Perempuan lebih senang belanja dibandingkan dengan laki-laki
- 70% masyarakat tak punya rencana keuangan jangka panjang
- Perilaku keuangan di kalangan pelajar dan mahasiswa cenderung konsumtif
- ...

Financial Literacy
"Dan janganlah kamu serahkan kepada orang- orang yang belum sempurna akalnya , harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik."
[QS. An-Nisa' : 5]

Look This Example
Ini kisah mengenai saudara kembar, sebut saja fulan dan fulanah. Mereka sama-sama diberi uang saku sebanyak Rp 600.000,00 / bulan.
~ Bulan pertama
Fulan merupakan seorang yang gemar menabung. Paling tidak, dia selaku menyisakan uang sakunya Rp 5.000,00 / hari.
Fulanah merupakan seorang yang 'tidak tahan' menahan uang sakunya tersebut, sehingga belum mencapai akhir bulan tuh terkadang uangnya sudah terlanjur habis tak tersisa.
~ Bulan kedua
Seperti yang terjadi pada bulan sebelumnya, Fulan masih tetap menyisihkan Rp. 5.000,00 dari uang saku bulanannya itu. Sisa uang yang masih dia miliki terkadang ikut dia simpan, ataupun dia gunakan untuk membeli apapun yang kiranya menjadi kebutuhannya.
Fulanah juga tak beda jauh dari bulan sebelumnya. Dalam satu hari, dia jajan bisa mencapai Rp 20.000,00 bahkan lebih. Itu juga baru buat makan aja, belum dan lain-lainnya ._.
~ Bulan ketiga
Fulan masih tetap melakukan kebiasaan menabung sebanyak Rp 5.000,00 tiap harinya. Dan sebagaimana bulan-bulan sebelumnya, uang yang masih tersisa kadang ikut ditabung atau digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat, tidak hanya sebatas untuk makan dan jalan-jalan saja.
Sama halnya dengan Fulanah yang juga sama seperti bulan sebelumnya, dia menggunakan uang tersebut untuk membeli apapun yang disukainya. Hingga pada suatu hari, ketika Fulanah pulang dari 'belanja'... ia bertabrakan dengan seseorang yang menyebabkan kacamatanya terlepas kemudian patah. Sedangkan ia tak memiliki cukup uang untuk mengganti kacamatanya itu.
Fulan yang mengetahui hal tersebut pun dengan segera memberikan sebagian uang tabungannya kepada Fulanah agar Fulanah dapat mengganti kacamatanya.
~ Bulan berikutnya
Apa yang dilakukan oleh Fulan juga masih tetap sama seperti bulan-bulan sebelumnya.
Begitu juga yang dilakukan oleh Fulanah dengan kacamata barunya.
~ Bulan ke-duabelas
Fulan masih tetap melakukan kebiasaannya untuk menyisihkan uang saku bulanannya sebesar Rp 5.000,00.
Fulanah juga masih terbilang kurang pandai dalam me-manage keuangan.
Hingga pada suatu hari di akhir tahun...
Ada acara studytour di sekolah mereka dengan biaya Rp 500.000,00 / siswa. Nah, kira-kira apa yang selanjutnya terjadi?
Kalau Fulan, jelas. Dia memiliki tabungan untuk dapat mengikuti studytour tersebut. Bagaimana dengan Fulanah? Di satu sisi dia ingin mengikuti studytour, tetapi di sisi lain dia pun memperhitungkan mengenai keuangan. Dia sudah bertekad untuk tidak meminta bantuan si Fulan agar tidak merepotkan saudara kembarnya itu. Dia bisa saja mengikuti studytour dengan 2 opsi:
Pertama, menggunakan uang saku bulanannya tersebut, tetapi dia harus mengorbankan hal-hal yang ingin dia beli dan lalala.
Kedua, dia merelakan untuk tidak mengikuti studytour tersebut, sehingga uang sakunya-pun masih utuh.
Kira-kira, hal apa yang akan dilakukan oleh si Fulanah?
Lalu, hikmah apa yang dapat diambil dari kisah tersebut?
*jeng.. jeng.. jeng..*
*jawab sendiri aja deh yaaa, agak lelah juga buat ngetik X"Dv

"Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya."
[QS. Al-Kahf : 7]

"Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
[QS. An-Nahl : 97]

Q-A session
(+) Bagaimana yaaa kalau kita punya uang, sudah berusaha supaya ngga menghamburkan uang itu begitu saja tapi ternyata malah mengeluarkan uang itu tanpa disadari, kemudian menyesal diakhirnya?
(-) Hal yang paling pertama kita lakukan adalah menentukan prioritas. Nah, karena prioritas tiap orang tuh berbeda makanya kita harus bisa menempatkan prioritas dengan tepat.

"Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu dan meninggalkan isteri, hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya, (yaitu) diberi nafkah hingga setahun lamanya dan tidak disuruh pindah (dari rumahnya). Akan tetapi jika mereka pindah (sendiri), maka tidak ada dosa bagimu (wali atau waris dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat yang ma'ruf terhadap diri mereka. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
[QS. Al-Baqarah : 240]

***

Jadi sepertinya yang ingin lebih ditekankan oleh beliau adalah bagaimana kita dapat mengelola pengeluaran kita bukan untuk hal-hal yang sia-sia atau lebih banyak mudharatnya, melainkan justru untuk hal-hal yang bermanfaat berdasarkan apa yang menjadi prioritas kita. Terlebih lagi, bagaimana kita mengelola serta mengatur pengeluaran bukan hanya untuk hal-hal dunia semata, tetapi juga untuk hal-hal lain yang bisa menjadi 'tabungan' atau perbekalan kita di akhirat :)

Mohon maaf jika banyak hal yang kurang dalam rangkaian kata, kalimat dan paragraf di atas. Itu tadi intisari dari apa yang telah aku dapat dan begitulah yang bisa disampaikan ^^'v

Ingin tau lebih lanjut? Silahkan saja beli buku karangan beliau tersebut ehhehehe :D

Wa'alaykumussalam.

Tuesday, May 26, 2015

Kisah Marbot Masjid Atta’awun Cisarua Puncak Bogor

sumber: Official Account LOVE INDONESIA

Bismillahirrahmanirrahim..

Cerita ini nyata yang mengisahkan dua sahabat yang terpisah cukup lama; Ahmad dan Zaenal. Ahmad ini pintar sekali. Cerdas. Tapi dikisahkan kurang beruntung secara ekonomi. Sedangkan Zaenal adalah sahabat yang biasa-biasa saja. Namun keadaan orang tuanya mendukung karir dan masa depan Zaenal.

Setelah terpisah cukup lama, keduanya bertemu. Bertemu di tempat yang istimewa; di koridor wudhu, koridor toilet sebuah masjid megah dengan arsitektur yang cantik, yang memiliki view pegunungan dengan kebun teh yang terhampar hijau di bawahnya. Mesjid tersebut adalah mesjid At-Ta’awun yang berada di puncak Bogor.

Adalah Zaenal, sudah menjelma menjadi seorang manager kelas menengah. Necis. Parlente. Tapi tetap menjaga kesalehannya.

Ia punya kebiasaan. Setiap keluar kota, ia sempatkan singgah di masjid di kota yang ia singgahi. Untuk memperbaharui wudhu, dan sujud syukur. Syukur-syukur masih dapat waktu yang diperbolehkan shalat sunnah, maka ia shalat sunnah juga sebagai tambahan.

Seperti biasa, ia tiba di Puncak Pas, Bogor. Ia mencari masjid. Ia pinggirkan mobilnya, dan bergegas masuk ke masjid yang ia temukan.

Di sanalah ia menemukan Ahmad. Cukup terperangah Zaenal ini. Ia tahu sahabatnya ini meski berasal dari keluarga tak punya, tapi pintarnya minta ampun.

Zaenal tidak menyangka bila berpuluh tahun kemudian ia menemukan Ahmad sebagai merbot masjid..!

“Maaf,” katanya menegor sang merbot. “Kamu Ahmad kan? Ahmad kawan SMP saya dulu?”.

Yang ditegor tidak kalah mengenali. Lalu keduanya berpelukan, Ahmad berucap
“Keren sekali Kamu ya Mas… Manteb…”. Zaenal terlihat masih dlm keadaan memakai dasi. Lengan yang digulungnya untuk persiapan wudhu, menyebabkan jam bermerknya terlihat oleh Ahmad. “Ah, biasa saja…”.

Zaenal menaruh iba. Ahmad dilihatnya sedang memegang kain pel. Khas merbot sekali. Celana digulung, dan peci didongakkan sehingga jidatnya yang lebar terlihat jelas.

“Mad… Ini kartu nama saya…”.

Ahmad melihat. “Manager Area…”. Wuah, bener-bener keren.”

“Mad, nanti habis saya shalat, kita ngobrol ya. Maaf, kalau kamu berminat, di kantor saya ada pekerjaan yang lebih baik dari sekedar merbot di masjid ini. Maaf…”.

Ahmad tersenyum. Ia mengangguk. “Terima kasih ya… Nanti kita ngobrol. Selesaikan saja dulu shalatnya. Saya pun menyelesaikan pekerjaan bersih-bersih dulu… Silahkan ya. Yang nyaman”.

Sambil wudhu, Zaenal tidak habis pikir. Mengapa Ahmad yang pintar, kemudian harus terlempar darik kehidupan normal. Ya, meskipun tidak ada yang salah dengan pekerjaan sebagai merbot, tapi merbot… ah, pikirannya tidak mampu membenarkan.
Zaenal menyesalkan kondisi negerinya ini yang tidak berpihak kepada orang-orang yang sebenarnya memiliki talenta dan kecerdasan, namun miskin.

Air wudhu membasahi wajahnya…

Sekali lagi Zaenal melewati Ahmad yang sedang bersih-bersih. Andai saja Ahmad mengerjakan pekerjaannya ini di perkantoran, maka sebutannya bukan merbot. Melainkan “office boy”.

Tanpa sadar, ada yang shalat di belakang Zaenal. Sama-sama shalat sunnah sepertinya.
Setelah menyelesaikan shalatnya Zaenal sempat melirik. “Barangkali ini kawannya Ahmad…”, gumamnya.
Zaenal menyelesaikan doanya secara singkat. Ia ingin segera bicara dengan Ahmad.

“Pak,” tiba2 anak muda yg shalat di belakangnya menegur.

“Iya Mas..?”

“Pak, Bapak kenal emangnya sama bapak Insinyur Haji Ahmad…?”

“Insinyur Haji Ahmad…?”

“Ya, insinyur Haji Ahmad…”

“Insinyur Haji Ahmad yang mana…?”

“Itu, yang barusan ngobrol sama Bapak…”

“Oh… Ahmad… Iya. Kenal. Kawan saya dulu di SMP. Emangnya udah haji dia?”

“Dari dulu udah haji Pak. Dari sebelum beliau bangun ini masjid…”.

Kalimat itu begitu datar. Tapi cukup menampar hatinya Zaenal… Dari dulu sudah haji… Dari sebelum beliau bangun masjid ini…

Anak muda ini kemudian menambahkan, “Beliau orang hebat Pak. Tawadhu’. Saya lah yang merbot asli masjid ini. Saya karyawannya beliau. Beliau yang bangun masjid ini Pak. Di atas tanah wakafnya sendiri. Beliau biayai sendiri pembangunan masjid indah ini, sebagai masjid transit mereka yang mau shalat. Bapak lihat  hotel indah di sebelah sana? … Itu semua milik beliau… Tapi beliau lebih suka menghabiskan waktunya di sini. Bahkan salah satu kesukaannya, aneh. Yaitu senangnya menggantikan posisi saya. Karena suara saya bagus, kadang saya disuruh mengaji saja dan azan…”.

Zaenal tertegun, entah apa yang ada di hati dan di pikiran Zaenal saat itu

***

Ada pelajaran dari kisah pertemuan Zaenal dan Ahmad. Jika Ahmad itu adalah kita, mungkin begitu bertemu kawan lama yang sedang melihat kita membersihkan toilet, segera kita beritahu posisi kita yang sebenarnya.

Dan jika kemudian kawan lama kita ini menyangka kita merbot masjid, maka kita akan menyangkal dan kemudian menjelaskan secara detail begini dan begitu. Sehingga tahulah kawan kita bahwa kita inilah pewakaf dan yang membangun masjid ini.

Tapi kita bukan Haji Ahmad. Dan Haji Ahmad bukannya kita. Semoga ia selamat dari rusaknya nilai amal, sebab ia tetap tenang dan tidak risih dengan penilaian manusia. Haji Ahmad merasa tidak perlu menjelaskan apa-apa. Dan kemudian Allah yg memberitahu siapa dia sebenarnya…

“Al mukhlishu, man yaktumu hasanaatihi kamaa yaktumu sayyi-aatihi”
Orang yang ikhlas itu adalah orang yang menyembunyikan kebaikan-kebaikannya, seperti ia menyembunyikan keburukan-keburukan dirinya.
[Ya’qub YahimaHullah, dalam kitab Tazkiyatun Nafs]

masyaaAllah :')

Thursday, May 21, 2015

Tentang Takdir : Kenapa Saya yang Disalahkan Jika Tuhan Sudah Tahu Apa yang Akan Saya Lakukan?

Bismillahirrahmanirrahim..

Kenapa Saya yang Disalahkan Jika Tuhan Sudah Tahu Apa yang Akan Saya Lakukan? (Tentang Takdir)

Berikut ini adalah potongan diskusi tentang “takdir” oleh Nouman Ali Khan dan Brother Eddie dalam acara The Deen Show.

Pertanyaan:

Saya kesulitan memahami konsep takdir dalam Islam. Jika Tuhan sudah menakdirkan siapa yang akan menghuni surga atau neraka, kenapa saya harus repot-repot berusaha?

Jawaban:

Ada sebuah analogi sederhana untuk memahami hal ini. Guruku menjelaskan hal ini kepadaku karena dulu aku punya pertanyaan yang sama. Bayangkan aku akan mengadakan pesta. Aku membuat dua daftar tamu, siapa saja yang akan aku undang. DAFTAR A dan DAFTAR B. DAFTAR A adalah daftar rahasia orang-orang yang akan aku undang, tak ada yang tahu siapa yang ada dalam daftar ini, hanya aku yang tahu. DAFTAR B terbuka untuk umum. Siapa saja bisa masuk dalam DAFTAR B asalkan mereka bisa menjalankan syarat-syarat yang kuberikan.

Kau, misalnya, ingin datang ke pestaku. Kau punya dua pilihan. “Mungkin aku ada dalam DAFTAR A atau mungkin aku harus berusaha masuk ke dalam DAFTAR B. Jika kau berkata, “Yaaa, aku mungkin sudah ada dalam DAFTAR A, tak perlu repot-repot, bersusah payah masuk ke DAFTAR B dengan segala persyaratannya,” kau tahu itu membuktikan apa? Itu membuktikan bahwa kau tak terlalu ingin datang ke pestaku. Tapi jika kau berkata “Mungkin aku ada dalam DAFTAR A atau mungkin tidak, tapi aku ingin sekali datang ke pesta ini. Apa yang harus kulakukan? Aku akan berusaha sekuat tenaga mengerjakan sebaik-baiknya syarat-syarat yang diberikan untuk masuk dalam DAFTAR B.”

Seperti itulah sebenarnya takdir bekerja. Allah memutuskan siapa yang akan masuk surga dan siapa yang akan masuk neraka, ada sebuah DAFTAR RAHASIA. Tapi, ada juga sebuah DAFTAR TERBUKA. Lakukan ini, ini dan ini, kau akan masuk DAFTAR TERBUKA. Luar biasanya, setelah kau masuk dalam DAFTAR B, setelah semua jerih payahmu, kau menyadari bahwa namamu juga ada dalam DAFTAR A. Semua orang yang terpilih dalam DAFTAR B, namanya sudah ada dalam DAFTAR A, dan semua orang yang tidak bersusah payah untuk masuk dalam DAFTAR B, namanya juga tak ada dalam DAFTAR A.

Artinya, Allah secara misterius memandu sebagian orang, tapi orang-orang itu adalah mereka yang memang sudah bersusah payah sejak awal untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhkan larangan-Nya. Allah secara misterius memutuskan sebagian orang tak layak mendapat petunjuk, tapi tahu tidak, mereka memang orang-orang yang sejak awal tak berbuat apapun untuk mendapat petunjuk Allah. Kedua hal tersebut, dalam filosofi disebut “KEHENDAK TUHAN” dan “USAHA MANUSIA.” Di dalam Islam, keduanya berpadu. Dan ada satu kalimat dalam Al Quran, yang menjelaskan perpaduan ini, di surat Al Fatihah, ayat “IYYAKA NASTA'IN.” (Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan) Kata “nasta’in” dalam bahasa Arab sangat penting. Ada beragam cara kita meminta pertolongan.

Akan kuberikan analogi dari kalimat ini.
“Ban mobilku kempes, tapi aku duduk-duduk saja di dalam mobil, mendengarkan radio. Lalu kau lewat dan aku berkata, “Sob, bisa tolong gantikan ban mobilku? Akan kubukakan bagasinya.” Lalu aku duduk-duduk saja di mobil selagi kau mengganti ban mobilku. Itu meminta bantuan, tapi itu cara yang cukup konyol dalam meminta bantuan.

Sekarang bayangkan banku kempes, aku lalu keluar dari mobil, kukeluarkan dongkrak, kucoba dongkrak sendiri, tapi aku tak cukup kuat, lalu kau lewat dan aku berkata, “Hei, Danny, sepertinya badanmu cukup besar, bisakah kau membantuku?” Aku berusaha lebih dulu, lalu aku meminta bantuanmu. Itulah yang disebut “nasta’in.” Aku sudah berusaha sekuat tenaga, setelah itu aku meminta bantuanmu.

Apa yang kita pelajari dari itu? Satu-satunya saat kita berhak meminta pertolongan Allah adalah setelah kita melakukan apa lebih dulu? Berusaha lebih dulu. Jika kita tak berusaha, kita tak berhak memohon pertolongan Allah. Itu yang selalu Allah lakukan. Para sahabat bertempur dalam Perang Badr. Para malaikat tiba sesudahnya. Para malaikat tak ada di sana sebelum peperangan terjadi. Para sahabat tak bilang kepada para malaikat, “Bro, kami sudah bertempur sejak jam 3, dari mana saja kalian?” Tidak, tidak, tidak. Kau harus berusaha lebih dulu, lalu pertolongan datang.

Apa yang terjadi pada Ibrahim Alaihissalam? Dia dilemparkan ke dalam api lebih dulu, lalu apinya menjadi dingin. Usaha manusia lebih dulu, pertolongan Allah setelahnya. Tapi kedua hal itu adalah satu-kesatuan dan itu pada dasarnya penjelasan sederhana dari “Takdir.” Setelah kau berusaha sekuat tenaga, Alllah berkehendak memberimu petunjuk.

www.nakindonesia.tumblr.com
Fb: Nouman Ali Khan Indonesia
IG, youtube: nakindonesia
Twitter: NoumanAliKhanID

Monday, May 4, 2015

Tabayyun :)

Assalamu'alaykum.
MasyaaAllah, ini bacaan yang PAS BANGET!
Jadi tuh memang sebelumnya pengen share bahasan tentang tabayyun gitu karena ini tuh ceritanya kayak ada salah paham gitu daaaann gitu deh ~o~
Alhamdulillah, sore tadi tuh baca di salah satu grup ada postingan yang PAS BANGET!
"Maka nikmat Rabb kamu manakah yang kamu dustakan?"
- QS. Ar-Rahman -

Bismillahirrahmanirrahim.
OASE DAKWAH
Senin, 4 Mei 2015

Tabayyun
By: Rudifillah el Karo

Saudaraku...
Maukah engkau ku tunjukkan satu cara memuliakanku?
Sebagai tanda cintamu kepadaku karena Allah.
Agar aku jauh dari musibah fitnah di muka bumi ini.
Juga untuk menjaga kemuliaanmu di hadapan Allah dan ummat manusia.
Yaitu; jika ada berita tentangku... Tabayyunlah...

Sungguh, sifat tabayyun itu hanya Allah letakkan di hati ORANG BERIMAN.
Orang yang berhati-hati dalam menjaga diri dan saudaranya.
Orang yang tidak ingin ada musibah yang menimpa diri dan saudaranya.
Karena dia tahu setiap PRASANGKA adalah BERITA PALING DUSTA.

"Karena sesungguhnya prasangka adalah berita yang paling dusta." (HR Al-Bukhari dan Muslim)

“Jauhilah kalian dari kebanyakan prasangkaan, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa”  (QS al-Hujuraat: 12)

Saudaraku...
Bukankah Rasulullah pernah mengajarkan kepada kita tentang menjaga diri dari buruknya prasangka.
Bahwa jika prasangka itu benar maka ia adalah ghibah dan jika tidak maka ia adalah fitnah.
Maka jangan pernah jerumuskan dirimu dalam perkara ini, apalagi itu tentangku.
Sebagai bukti bahwa engkau memuliakanku karena Allah.

Jika nanti kita bertemu di akhirat...
Aku ingin bertemu denganmu sebagai saudara yang saling menjaga kehormatan.
Sebagai golongan yang bertabayyun karena cinta.
Sebagai kaum yang menjaga lidah dari fitnah dan ghibah.
Sebagai orang yang saling mencari udzur bagi saudaranya.

Saudaraku...
Mari saling menjaga dengan bertabayyun.

***
Divisi Tarqiyah Imaniyah PSDM ODOJ
DTI/32/04/05/2015
oaseodoj@gmail.com